Jakarta, CNN Indonesia -- Acara pameran seni jalanan Street Dealin kembali digelar untuk yang kesembilan kalinya. Mengusung konsep
street culture, acara tahunan bagi para seniman jalanan ini berlangsung lebih besar dengan mengajak seniman dari beberapa negara.
"Bila perayaan pertama hingga kedelapan hanya dilakukan di sebuah tempat sempit di daerah Jalan Veteran Bintaro, hanya mengundang satu atau dua seniman graffiti (
bomber), kini lebih besar dengan lebih dari 20 seniman," kata Bima Chris, direktur Gardu House, penyelenggara Street Dealin, saat ditemui di Gudang Sarinah Jalan Pancoran Timur II, Jakarta Selatan, Sabtu (19/12).
Street Dealin tahun ini mengajak 14 lokal seniman grafitti, dan dari berbagai negara di Asia-Pasifik seperti Selandia Baru, Filipina, Singapura, Malaysia, dan Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan bomber lokal diisi oleh bomber dari Makassar, Bali, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Palembang, Bandung, dan Jakarta.
Para seniman grafitti internasional dan lokal tersebut akan bekerja sama membentuk sebuah karya di lahan yang sudah disiapkan.
Terdapat sebuah tembok seukuran 6x50 meter yang akan menjadi kanvas bagi kreativitas mereka. Satu gambar akan dikerjakan oleh dua hingga tiga seniman.
"Ini pertama kalinya ke Jakarta. Nanti saya akan menggambar bersama yang dari Malaysia," kata Hazer, seniman grafitti dari Selandia Baru.
"Belum ada konsep khusus sebenarnya, mengalir ajalah tergantung situasi nanti," lanjutnya.
"Untuk hari ini adalah kali kedua saya ke Jakarta. Sama seperti Hazer, saya juga tidak punya konsep khusus, akan jadi sebuah kejutan nanti saat karyanya sudah rampung," kata Eggfiasco, yang berasal dari Filipina.
"Senang sekali kali ini banyak kolaborasi dengan seniman lokal," lanjutnya.
"Ya, seniman lokalnya banyak sekali. Kalian harus mendukung mereka," timpal Hazer.
Kondisi tanpa konsep para seniman ini diakui seniman grafitti lokal kawakan, Tuts, memang terbiasa terjadi di kalangan perupa grafitti.
Meski sudah diberikan tema dan kebebasan oleh panitia, namun semua dapat berubah tergantung imajinasi perupa saat menggambar grafitti.
"Suasana spontan itulah yang justru memicu keliaran seniman grafitti saat menggambar. Itulah bagian dari seni, menurut saya. Ketika masing-masing orang dengan otak yang berbeda bertemu pertama kali langsung menggambar bersama, lalu ketika sudah usai dan dilihat hasilnya, maka akan jadi kejutan," kata Tuts yang sudah menjadi seniman grafitti sejak 1999.
"Seni itu butuh
chemistry, dan orang-orang yang dari jalanan ini beda
chemistry-nya. Ketika jadi satu, itulah seni." kata Tuts.
Acara Street Dealin ini mulai diselenggarakan sedari pukul 14.00 WIB dengan para seniman mulai 'menggarap' tembok putih kusam Gudang Sarinah.
Dengan berbekal cat semprot kaleng beraneka warna, mereka tampak asik dengan imajinasi masing-masing menggambar di tembok.
Sebagian besar seniman menggambar berupa
lattering, berupa sebuah ataupun kata-kata yang kemudian dihias beraneka bentuk serta warna.
Namun tak sedikit juga yang menggambar karakter, entah melalui foto ataupun hasil imajinasi sendiri. Para pengunjung dari beragam usia pun mulai melihat seniman-seniman ini menggambar.
Di Street Dealin kali ini juga akan ditampilkan suguhan musik melalui
Disc Jockey dan beberapa musisi dalam negeri.
Beberapa yang dijadwalkan tampil adalah Iwa K yang akan pentas sekitar pukul 21.00 WIB, lalu ada juga Sonjah, dan grup hip-hop indie lainnya dari Jakarta dan Bandung.
Setelah para seniman tersebut menggambar dinding kusam Gudang Sarinah, maka karya mereka akan tetap terpajang sebagai bagian dari Jakarta Biennale 2015.
Dengan tema
'Maju Kena Mundur Kena: Bertindak Sekarang!', Jakarta Bienalle akan diselenggarakan di Gudang Sarinah hingga 17 Januari 2016 mendatang.
(ard)