Jakarta, CNN Indonesia --
Last Tango in Paris sudah dirilis sejak lebih dari empat dekade lalu. Namun baru pekan ini skandal pemerkosaan yang terjadi di film itu ramai diperbincangkan. Tepatnya sejak video yang memuat pengakuan sutradara Bernardo Bertolucci ikut memprakarsai pemerkosaan itu.
Bertolucci berbicara dalam sebuah video yang diunggah lembaga nonprofit asal Spanyol, El Mundo de Alycia. Versi signkat video itu, dengan teks bahasa Spanyol, diunggah ke situs web El Mundo de Alycia dalam rangka Hari Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Hari itu diperingati oleh dunia internasional setiap 25 November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendadak, media Inggris banyak yang mengulasnya. Diawali oleh Elle, yang kemudian menjadi perbincangan banyak selebriti di Twitter. Hampir semuanya mengecam apa yang dilakukan Bertolucci dan aktor utamanya, Marlon Brando terhadap aktris Maria Schneider di film itu.
Mereka mengaku terinspirasi mentega saat sarapan, sehingga menggunakannya sebagai pelicin untuk memerkosa Schneider di depan kamera. Ironisnya, adegan itu tidak diberitahukan kepada Schneider sebelumnya. Alasannya, mereka butuh ekspresi natural korban pemerkosaan.
“Saya ingin reaksinya sebagai perempuan, bukan sebagai aktris. Saya ingin dia bereaksi terhina,” kata Bertolucci dalam videonya. Atas itu, Schneider membencinya bertahun-tahun.
Sementara ia dan Brando mendapat nominasi Sutradara Terbaik dan Aktor Terbaik untuk Oscar.
Schneider pernah mencoba bersuara. Setelah film
Last Tango in Paris, ia berkata pada media bahwa dirinya sangat marah dan merasa sedikit diperkosa, oleh Bertolucci dan Brando. “Meskipun yang dia lakukan tidak nyata, saya menangis air mata sungguhan,” ungkapnya.
Di belakangnya, Brando hanya berbisik, “Maria, jangan khawatir, ini hanya film.”
“Saya merasa terhina dan jujur saja, saya merasa sedikit diperkosa, baik oleh Marlon maupun Bertolucci. Setelah adegan itu, Marlon tidak mendekati saya atau meminta maaf. Untunglah hanya butuh sekali pengambilan gambar,” kata Schneider lagi, yang mengaku tak bisa menelepon agensi atau pengacaranya karena ia tak tahu dirinya bisa melakukan itu.
Schneider masih terlalu muda. Usianya 19 tahun kala itu, sementara Brando 48 tahun.
Ia juga berbicara di waktu yang ‘kurang tepat.’ Saat itu, dunia perfilman masih didominasi pria. Tidak seperti sekarang, di mana perempuan bisa bebas bersuara. Amy Schumer dan Melissa McCarthy boleh bicara soal membuat perempuan bangga dengan bentuk tubuhnya. Jennifer Lawrence dan Patricia Arquette juga berteriak-teriak soal adanya gap honor.
[Gambas:Youtube]Meski masih ada diskriminasi—aktris dibayar lebih murah, aktris lebih sedikit dipekerjakan—dunia perfilman mulai berubah. Film dengan tokoh utama perempuan kuat, makin banyak. Tidak seperti zaman Schneider, di mana perempuan menjadi ‘objek’ pemerkosaan laki-laki.
Sekitar 10 tahun sebelumnya, Marilyn Monroe pun terkenal karena menjadi simbol seks.
Pelecehan terhadap perempuan memang baru ‘mendapat tempat’ belakangan ini, terutama sejak terungkapnya kasus Bill Cosby. Pelecehan yang dilakukan Donald Trump pun mendapat sorotan.
Jadi, ketika video pengakuan Bertolucci kembali mencuat di waktu-waktu ini, semakin banyak selebriti yang vokal. Padahal dulu saat film itu dirilis pada 1972, kebanyakan kritikus di Hollywood memujinya. Film itu disebut sebagai drama erotis yang populer. Meski akhirnya diberi rating X karena grafisnya terlalu vulgar, ia masuk nominasi Academy Awards.
Schneider pun melejit, meski tak masuk Oscar. Meskipun juga, ia lebih dikenal sebagai simbol seks. Di tengah popularitas itu, ia terjerumus obat-obatan terlarang. Ia juga depresi, yang disebut Bertolucci karena tak bisa menangani popularitasnya. Schneider meninggal dunia pada 2011. Sementara Brando, meninggal sebelumnya, pada Juli 2004.
Bertolucci, yang kini berkursi roda, mengatakan ia merasa bersalah, tapi tak menyesal.