Rahasia China yang Mengancam Hollywood

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 07 Des 2016 12:45 WIB
China menjadi ancaman bagi Hollywood bukan hanya karena ia merupakan pasar perfilman terbesar dunia. Negeri Tirai Bambu itu juga punya konten berkualitas.
Ilustrasi bendera China dan Amerika. (Geoff Burke-USA TODAY Sports)
Singapura, CNN Indonesia -- Beberapa tahun terakhir, China mendapat perhatian khusus dari Hollywood. Negara berpenduduk 1,35 miliar itu kini bukan hanya dianggap sebagai pasar perfilman terbesar dunia. Ia juga makin dilirik sebagai produsen film dan produk televisi kelas dunia.

China bahkan--meminjam istilah yang digunakan aktor Jackie Chan--menjadi ancaman tersendiri bagi Hollywood. Yuan Li, seorang produser di bidang pertelevisian terkemuka di China memandang, itu disebabkan kualitas konten yang menguat.

"Saya rasa, kami bukan hanya unggul dari segi jumlah pasar dan produksi, namun itu datang dari inti konten yang kami buat," kata Li saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di sela kegiatan Singapore Media Festival di Marina Bay Sands Singapura, Senin (6/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Li dikenal sebagai orang di balik layar untuk program-program acara di China, seperti The Voice of China, China's Next Top Model, Dragon's Den CHN, dan White Collar Boxing Live. Ia memerankan peran penting dalam pengawasan kualitas produksi dari banyak acara sukses.

"Bersamaan dengan penciptaan inti konten yang baik, kami juga menyiapkan diri meningkatkan kapasitas mencapai kualitas konten sebaik mungkin untuk pasar internasional," kata Li.

Berdasarkan hitung-hitungan pertumbuhan industri perfilman antara China dan Hollywood, negara asal kungfu itu mencapai pertumbuhan hingga 19 persen seperti yang dilansir dari The Hollywood Reporter. Sementara kiblat film dunia hanya tumbuh dua persen per tahun.

Pada 2020, dengan angka pertumbuhan yang stabil box office China diprediksi bisa mencapai US$15 miliar, sementara Hollywood hanya US$11 miliar. Data itu didapat dari Global Entertainment and Media Outlook.

Itu bisa menjadi kabar baik bagi Hollywood, yang hingga saat ini masih menjadi basis bagi industri perfilman dunia. Namun itu juga mendatangkan kabar buruk. Sebab porsi film Hollywood di box office China, terus menurun. Jika China sudah punya konten-konten perfilman yang sekelas Hollywood, untuk apa lagi mereka membutuhkan film dari AS?

China bahkan bukan hanya memperbaiki dari segi perfilman. Li mengatakan, dunia pertelevisian di China pun kompak membangun diri. Insan kreatif negara itu rajin membangun komunikasi dengan pasar internasional, dengan menciptakan konten baru yang orisinal dan disukai pasar. Mereka juga menganut ‘norma’ yang harus sesuai standar internasional.

Kami juga membangun berbagai fasilitas terstandar dan melatih para kru. Semua disiapkan dari berbagai aspek untuk mencapai standar internasional," kata Li menjelaskan.

Beberapa fasilitas tercatat terbangun di atas daratan China untuk mendukung industri perfilman negara itu. Misalnya, pembangunan Hengdian World Studios seluas 70 hektar di timur China. Lokasi itu kini bahkan menjadi studio film terbesar di dunia.


Bahkan, menurut pengakuan Li, beberapa produser Hollywood datang sendiri ke China untuk mengadakan kerja sama dengan sineas lokal. Para sineas China tentu menerimanya dengan lapang. Itu bahkan jadi kesempatan mempelajari berbagai aspek profesionalisme dari mereka.

Artinya, kerja sama tersebut bukan hanya menguntungkan dari segi produksi, namun para sineas China dapat terlatih mengembangkan konten lokal untuk pasar internasional.

Dari sisi regulasi pun mereka didukung pemerintah. Regulasi tentang pelarangan penayangan beberapa film besar Hollywood, misalnya. Masyarakat memang protes, tapi menurut Li itu berfungsi menenangkan situasi. Terkadang, ada yang perlu direm agar tak terlalu liar.

“Ketika ini semua berkembang terlalu cepat, maka semua akan makin liar. Karena kami di sana menghabiskan banyak biaya di bidang TV dan film, kami harus bisa mengelola uang tersebut untuk menghasilkan konten berkualitas, dan itulah yang kami lakukan," kata Li.

"Untuk pelarangan tertentu, pemerintah dan kami semua bekerja sama. Kadang, kami perlu mengatakan tidak [pada karya impor], terlalu banyak, atau terlalu cepat semua berkembang.” (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER