Jakarta, CNN Indonesia --
Rogue One: A Star Wars Story boleh punya Felicity Jones.
Finding Dory boleh punya Ellen DeGeneres.
Suicide Squad pun sah-sah saja menjagokan Margot Robbie. Belakangan ini film laris seperti mereka sudah mulai mengedepankan jagoan perempuan, atas nama gender.
Tapi punya bintang utama perempuan saja belum cukup. Jagoan perempuan pun belum tentu menghapus diskriminasi gender yang sudah melegenda di industri perfilman Hollywood.
Studi terbaru mengklaim, perempuan hanya mengucapkan rata-rata 27 persen dialog dalam film laris sepanjang 2016. Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti Amber Thomas, tidak satu pun dari 10 film paling top tahun lalu yang punya 50 persen dialog untuk tokoh perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip
NME, film yang diteliti Thomas termasuk
Captain America: Civil War, Finding Dory, The Jungle Book, Batman v Superman: Dawn of Justice, Rogue One: A Star Wars Story, Deadpool, dan
Suicide Squad. Hanya ada satu film yang perempuan berdialognya mendekati 50 persen.
Finding Dory, yang memang bintang utamanya perempuan dan disuarakan oleh DeGeneres, punya 43 persen dialog untuk karakter-karakter perempuan yang dimilikinya. Agar sampai 50 persen, film itu butuh delapan karakter perempuan lain, atau dialog yang lebih banyak lagi.
Film yang terburuk menurut penelitian itu adalah
Rogue One. Hanya sembilan persen dari karakter yang berdialog, adalah perempuan. Karakter perempuan yang dimaksud termasuk suara komputer dan salah satu figur yang tampil tak sampai lima detik di depan kamera.
The Jungle Book, yang dibintangi Scarlett Johansson, hanya 10 persennya yang diucapkan oleh karakter perempuan. Sementara Harley Quinn (Robbie) yang menonjol di
Suicide Squad ternyata hanya berbicara 42 persen dialog. Itu sama besar seperti Deadshot (Will Smith).
Captain America: Civil War, film terlaris tahun lalu, pun tak ‘ramah’ pada perempuan. Karakter perempuan hanya berkontribusi sebanyak 16 persen terhadap keseluruhan dialog.