Jakarta, CNN Indonesia -- Sutradara film
Jakarta Undercover: Refleksi Cinta, Pesta dan Realita, Fajar Nugros, mengungkapkan bahwa film terbaru dari seri Jakarta Undercover yang ia sutradarai tidak akan mempromosikan pornografi. Ia berharap publik paham bahwa setiap adegan dalam film itu semata-mata dibuat karena kebutuhan cerita.
Ungkapan tersebut disampaikan Fajar mengingat buku seri
Jakarta Undercover karya Moammar Emka, identik dengan hal-hal berbau pornografi karena mengupas sisi gelap kehidupan malam ibu kota. Menurutnya, hal itu menjadi tantangan terbesar dalam membuat film ini.
"Jadi kesulitan saya adalah bagaimana menggambarkan bahwa kehidupan malam itu ada, sehingga kalau film ini tidak bisa menunjukkan kehidupan malam itu ya percuma. Penonton pasti berharap menonton adegan-adegan itu, 'Mana ini kehidupan malam yang dibilang
undercover itu?'" ujar Fajar kala berbincang dengan
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara kalau kami menunjukkan itu secara terang-terangan, maka pasti kami akan menabrak banyak hal, baik Lembaga Sensor Film, norma masyarakat, dan lain sebagainya. Jadi saya mengemas film ini dengan berpedoman bahwa apa yang kami tunjukkan di sini adalah bagian dari film, kebutuhan cerita," papar dia.
Karenanya, Fajar berharap LSF dan masyarakat mau melihat adegan-adegan ini sebagai kebutuhan dari cerita, alih-alih cara sineas untuk mempopulerkan pornografi atau kehidupan malam.
"Bayangkan saja misalnya ada film horor dengan judul
Di Sekolah Ada Setan. Di sepanjang film itu ada sekolahnya, tapi tidak ada setan yang muncul. Pasti penonton akan kesal," katanya.
Sutradara yang gemar membuat film bergenre remaja dan komedi ini mengungkapkan,
Jakarta Undercover: Refleksi Cinta, Pesta dan Realita ini akan berbeda dengan film dengan judul sama yang dibuat pada 2006 silam. Pasalnya, film ini lebih fokus pada drama dan interaksi antartokohnya.
"Membangun karakternya enak, karena ceritanya berkutat pada kepentingan tiap karakter yang bersinggungan dan kemudian menjadi konflik. Tiap karakter punya tujuan masing-masing di Jakarta mau apa, mereka berusaha mencapai cita-cita yang diinginkan dan saat berjalan menuju cita-cita itu, mereka saling bersinggungan dan bersikutan," ujarnya.
Fajar bercerita, dirinya menyerahkan kepada Emka sepenuhnya dalam memilih dan merumuskan adegan dari bagian buku seri mana saja yang akan ditampilkan. Menurutnya, sang penulis buku lebih paham mengenai cerita yang paling bagus dan menarik untuk pasar.