Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak selebriti ‘menggunakan’ ajang penghargaan bergengsi untuk bersuara melawan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Seperti Meryl Streep yang pidatonya menggugah dalam Golden Globes, atau Mahershala Ali yang protes soal kebijakan imigran di SAG Awards.
Di satu sisi, itu menunjukkan kepedulian selebriti terhadap kondisi sosial dan politik di AS. Kebijakan Trump yang ‘nyeleneh’ dari hari ke hari mendorong sisi kritis mereka.
Namun di sisi lain, itu ternyata juga membuat panik para penyelenggara acara di musim penuh penghargaan ini. Diberitakan Independent, penyelenggara BAFTA dilaporkan khawatir dampak kebijakan Trump di dunia pemikiran kritis selebriti juga bakal mengenai mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang mereka takutkan, selebriti yang makin vokal terhadap Trump itu bakal merusak acara.
“Mendengar 15 pidato terus-terusan tentang Trump akan menjadi sebuah bencana dan akan benar-benar mengalihkan perhatian sepenuhnya dari film itu sendiri,” kata seorang sumber. Padahal, ajang-ajang penghargaan itu dibuat untuk mengapresiasi film dan para insannya.
“Tidak seorang pun yang mau mengatakan pada pata bintang apa yang mereka boleh dan tidak boleh ucapkan dan para bos meramalkan referensi yang tidak biasa. Tapi hal terakhir yang mereka inginkan adalah yang berkaitan dengan politik, terutama dengan kunjungan Trump ke UK dan kebijakannya melarang Muslim [masuk AS],” kata sumber itu lagi, melanjutkan.
Salah satu solusinya, BAFTA yang diselenggarakan pada Minggu (12/2) mendatang di Inggris, tidak akan disiarkan langsung. Ada dua jam penundaan dibanding kejadian aslinya. Itu artinya, para bos yang khawatir bisa menyunting pidato para artis yang tak diinginkan.
Menurut sumber dalam itu, jika pidato itu lebih dari sekadar komentar singkat tentang kemenangan mereka, akan langsung disunting. Juru bicara BAFTA sendiri mengatakan, “Dengan hormat kami meminta para pemenang untuk menjaga pidato kemenangannya singkat saja.”
(rsa)