Cinta Raja Bandit & Pengemis di 'Opera Ikan Asin' Teater Koma

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Kamis, 23 Feb 2017 20:50 WIB
Lakon ini pernah dipentaskan pada Juli hingga Agustus 1983, 1999, dan tahun ini kembali diusung Teater Koma dalam peringatan hari jadinya.
Lakon ini pernah dipentaskan pada Juli hingga Agustus 1983, 1999, dan tahun ini kembali diusung Teater Koma dalam peringatan hari jadinya. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Teater Koma akan kembali mementaskan 'Opera Ikan Asin' menyambut peringatan hari jadinya yang ke-40 tahun. Sebelumnya, mereka pernah mementaskan lakon ini pada Juli hingga Agustus 1983 di Teater Tertutup dan Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki.  

"Apa yang terjadi dalam lakon tersebut ternyata masih relevan," ungkap Nano Riantiarno, sutradara 'Opera Ikan Asin,' di Balai Latihan Kesenian Jakarta Pusat, Kamis (23/2).

Pementasan yang menjadi produksi Teater Koma yang ke-147 ini digelar di Ciputra Artpreneur Jakarta mulai dari tanggal 2 hingga 5 Maret 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Opera Ikan Asin' sendiri disadur dari lakon The Beggar's Opera karya John Gay dan musik J.C. Pepusch yang dipentaskan pada 1728 di London. Kemudian, diusung lagi lewat lakon Die Dreigroschenoper atau The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht dengan komposisi musik dari Kurt Weill dan dipentaskan pertama kali di Theater Schiffbauerdam, Berlin pada 31 Agustus 1928.

Lakon yang disadur Nano dan judulnya diubah menjadi 'Opera lkan Asin' itu mulanya menggambarkan peristiwa di London pada sekitar abad ke-19, yang kemudian diubah berlatar Batavia abad ke-20, jaman Hindia Belanda.

"Ini lakon tentang sebuah era yang penuh ketidakjelasan. Raja Bandit dijadikan pahlawan oleh masyarakat. Para petinggi hukum bersahabat dengan para penjahat kakap, sogok menyogok adalah sebuah kewajaran," ujar Nano menambahkan. 

Menurutnya, naskah yang akan ditampilkan kali ini masih sama seperti naskah yang asli, dan komposisi musik karya Kurt Weill yang terkenal dalam lakon The Threepenny Opera pun tidak diubah. "Hanya diaransemen kembali oleh Fero," ujarnya.

Refleksi hari ini 

Opera Ikan Asin terbagi dalam dua sesi dengan durasi total dua jam 50 menit. Sesi pertama berlangsung selama satu jam 30 menit, dan dilanjutkan sesi dua selama satu jam 20 menit. 

Rayakan 40 Tahun, Teater Koma Pentaskan 'Opera Ikan Asin'Adegan dalam Opera Ikan Asin. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Pentas 'Opera Ikan Asin' bercerita tentang Raja Bandit Batavia, Mekhit alias Mat Piso yang berkehendak menikahi Poli Picum, putri Natasasmita Picum, seorang juragan pengemis se-Batavia. Picum tidak bisa menerimanya. Ia lalu menghadap Kartamarma, asisten kepala Polisi Batavia dan mengancam akan melakukan aksi dengan membawa serta para pengemis untuk mengacaukan upacara penobatan Gubernur Jendral yang baru. 

Kartamarma di sisi lain adalah sahabat Raja Bandit Mekhit. Pada akhirnya, meski Mekhit ditangkap, ia kemudian dilepas berkat surat keputusan Gubernur. 

"Hukum bisa disandera oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Zaman di mana titah penguasa tertinggi memutar balik keputusan pengadilan," ujar Nano.

"Persis seperti [hukum di Indonesia] sekarang, yang saya harapkan penonton bisa mengambil yang baik untuk dilakukan, sebaliknya dengan yang tidak. Ini juga sebagai pembelajaran buat saya dan masyarakat," ungkap Nano.


Muatan kritik

Pentas 'Opera Ikan Asin,' disampaikan Nano, akan sama dengan pentas-pentas sebelumnya tanpa ada perubahan dalam hal cerita. Hal ini disengaja karena Nano merasa kondisi dari naskah lakon yang selang 30-an tahun silam itu ternyata masih relevan dengan kondisi saat ini. Tidak ada yang berubah, yang berarti tidak ada kemajuan sama sekali. 

"Tahun 1983, 1999, sama 2017 ini sama, kayak saya buat 'Opera Kecoa' itu sama, 'Semar Gugat' sama, keadaan apa yang berubah? Hukum dalam tanda petik tidak jalan, walaupun ada yang berusaha menggedornya untuk jalan," tutur dia. 

"Semoga penonton dapat mengambil makna dan pesan moral tersirat yang berusaha kami sampaikan dalam lakon ini," tambah Ratna Riantiarno, Pimpinan Produksi Teater Koma.

Rayakan 40 Tahun, Teater Koma Pentaskan 'Opera Ikan Asin'Adegan dalam Opera Ikan Asin. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Pementasan 'Opera lkan Asin' kali ini menampilkan Budi Ros, Cornelia Agatha, Sari Madjid Prianggoro, Alex Fatahillah, Asmin Timbil, Raheli Dharmawan, Budi Suryadi, Daisy Lantang, Ratna ully. Naomi Lumban Gaol, Suntea Sisca, Dana Hassan, Ariffano Marshall, Allen Guntara, Sir llham Jambak, Ramadan, Bangkit Sanjaya, Bayu Dharmawan Adri Prasetyo, Sekar Dewantari, N Kusumah Saleh, Dewi, Joind Byuwinanda dan Rangga Riantiarno.

Para pemain tersebut akan dibalut dengan kostum dari Samuel Wattimena, koreografi Ratna Ully, bimbingan vokal dari Naomi Lumban Gaol, serta tata rias garapan Sena Sukanya dan PAC Martha Tilaar.


Lirik-lirik gubahan Nano Riantiarno dan komposisi musik Kurt Weill diaransemen ulang komposer Fero Aldiansya Stefanus. Ditemui terpisah, Fero menjanjikan ia akan membawakan komposisi musik seluruhnya secara utuh.  

"Musik diambil versi awal 1928. Pada pentas sebelumnya itu dibawakan, tapi tidak utuh. Kali ini akan berbeda," ujar Fero.

Menurut Nano, beda yang dimaksud Fero adalah pada dua komposisi. Pada pentas 1983, ada komposisi Bandit dan Ending yang tidak dinyanyikan. Pada pentas 1999 Bandit dibawakan tapi Ending-nya tidak. "Pada pentas kali ini, semuanya akan dibawakan. Fero kerja keras untuk ini," ujar dia. (rah/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER