Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak perlu susah-susah menyontek budaya negara lain—budaya Amerika misalnya—jika ingin dikenal sampai tingkat dunia. Cukup percaya dan berbangga dengan budaya sendiri. Itu sudah dibuktikan oleh agensi raksasa yang telah mendunia asal Korea Selatan, SM Entertainment.
Menurut pendiri SM Entertainment, Lee Soo Man, budaya adalah kunci membuka pasar ekonomi di negara lain. “Saya percaya, jika budaya dikenalkan terlebih dahulu ke negara lain dan budaya itu dicintai, kita akan bisa mempengaruhi sektor ekonomi juga," tutur Soo Man saat menghadiri Indonesia-Korea Business Summit di Hotel Shangri-la Jakarta, Selasa (14/3).
Soo Man mendirikan SM Entertainment pada 1989. Setelah 17 tahun beroperasi, ia menjadi agensi selebriti yang dihormati di negara asalnya. SM Entertainment menaungi sejumlah idola musik papan atas asal Negeri Ginseng, di antaranya: Kwon BoA, TVXQ, Super Junior, Girl's Generation, Exo, Red Velvet dan NCT. Mereka punya banyak penggemar lintas negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keuntungannya tak perlu ditanya. Pada 2015, SM Entertainment meraup pendapatan bersih sebesar 21,7 miliar won atau lebih dari Rp250 miliar.
Soo Man berhasil menularkan virus budaya pop korea ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Hal itu bisa terjadi karena kecintaan penggemar kepada artis asuhan SM Entertainment. Dari sosok selebriti, penggemar dibawa mengenali budaya Korea lebih dalam.
Mulai musik, bahasa, fesyen, hingga kuliner. Sektor ekonomi pun bergerak mengikutinya.
Terbukti, kini SM Entertainment memiliki banyak anak usaha di berbagai bidang. Ia bukan hanya agensi selebriti, yang itu sendiri sudah merentangkan sayap di Jepang serta China.
SM Entertainment punya anak usaha di bidang makanan dan minuman, yang bernama SM Food & Beverage. Di bidang budaya ada SM Culture & Contents. Perusahaan raksasa itu juga punya bagian khusus yang menangani produksi konser, bernama DreamMaker Entertainment.
Soo Man menjelaskan, kemajuan perusahaannya terutama diawali saat ia mulai fokus memasuki pasar asing. Itu dilakukan pada 2007. Di tahun itu, artis SM Entertainment mulai aktif melakukan konser ke berbagai negara di dunia. Tak hanya di Asia, tetapi hingga ke Amerika.
Artis-artis asuhan SM Entertainment juga ‘diekspor’ ke Jepang dan China. Demi menggaet penggemar setempat, mereka bahkan menelurkan album-album musik dengan bahasa lokal.
"Kalau dulu kita fokus pada ekonomi dahulu baru kemudian budaya, tetapi setelah saya masuk ke pasar asing sejak 2007, pengalaman saya menekankan bahwa budaya dahulu, baru ekonomi.”
Soo Man juga menerapkan konsep yang disebutnya Cultural Technology (CT) untuk mengembangkan SM Entertainment. Misalnya, melalui pelatihan untuk pencarian bakat baru yang dilakukan secara terstruktur. Pemasaran yang matang dan penyelenggaraan konser yang memukau juga menjadi bagian dari konsep itu. Penetrasi budaya pun lebih mudah dengan itu.
Di Indonesia, Soo Man akan mulai menerapkannya dengan melakukan audisi untuk anggota boyband global Neo Culture Technology (NCT). Itu merupakan bentukan SM Entertainment yang anggotanya bisa berasal dari berbagai negara, khususnya di Asia. Sejauh ini, anggota NCT ada yang berasal dari Korea, China, Jepang, dan Thailand. Nantinya akan ada NCT Indonesia.
Peserta yang lolos audisi dari Indonesia, akan dilatih dan dipersiapkan menjadi idola global oleh SM Entertainment. Pelatihan terstruktur semacam itulah yang disebutnya CT.
 Foto: Safir Makki Super Junior termasuk boyband mendunia yang diasuh oleh SM Entertainment. |