Karakter LGBT Sedari Dulu Ada dalam Film

CNN Indonesia
Sabtu, 18 Mar 2017 09:33 WIB
Menurut catatan sejarah, karakter LGBT sudah ada di perfilman Hollywood dan Indonesia lebih dari tiga dekade silam. Di Hollywood itu bahkan jadi ladang uang.
Ilustrasi: Menurut catatan sejarah, karakter LGBT sudah ada di perfilman Hollywood dan Indonesia lebih dari tiga dekade silam. (Thinkstock/Nito100)
Beberapa contoh lain seperti Brokeback Mountain (2005) dengan US$83 juta di posisi ke-empat, dan Philadelphia (1993) dengan US$77 juta di posisi ke-enam.

Namun tren sudah berubah. Menurut catatan Indie Wire, pada dekade 1990-an, 48 film dengan LGBT mampu menembus US$1 miliar box office, di dekade 2000-an sebanyak 40, dan usai 2010 tinggal tersisa 15 film.

Ada beberapa sebab yang mungkin jadi alasan, mulai dari tren pergerakan LGBT yang sudah tidak sebesar di masa lalu, masalah pemasaran film LGBT, hingga munculnya figur-figur positif LGBT yang lebih sering ada di televisi.

Dari dahulu

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia belum memiliki catatan secara jelas tentang film bertema atau berkarakter LGBT. Namun sebenarnya sudah dari era dekade 80-an, karakter LGBT muncul dalam film Indonesia.

"Film Indonesia bukan pertama kali ini muncul, ada Istana Kecantikan pada 1988 dan Titian Serambut Dibelah Tujuh pada 1982. Namun LGBT yang ditampilkan selalu mengalami nasib malang, akhirnya selalu bunuh diri, membunuh, dan sebagainya," kata sutradara Joko Anwar ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Dalam cerita Istana Kecantikan (1982), karakter LGBT diwakili oleh Niko (Mathias Muchus) yang berupaya menghindar dari tuntutan menikah karena dia adalah seorang gay.

Namun pelarian tersebut berujung skandal ketika Niko berkencan dengan seorang pegawai salon, Toni. Atas peran ini, Mathias memenangkan penghargaan Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988.

Namun kondisi mulai berubah ketika memasuki era 2000-an, di momen perfilman Indonesia mulai bangkin. Karakter LGBT kembali muncul, meski tidak sebanyak di Hollywood.

"Film Arisan! memang yang menggambarkan karakter LGBT sebagai orang yang hidup normal, tidak berbeda dengan yang bukan LGBT. Ini yang mungkin ingin dikatakan pembuat film bahwa LGBT adalah sama saja dengan kelompok yang lain," kata Joko.

Hingga kini, karakter LGBT masih kerap muncul dalam berbagai penafsiran sineas. Terlepas kontroversi yang ada dan sama seperti keberadaan di masyarakat, LGBT sudah masuk perfilman sedari dahulu.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER