Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah 44 Tahun sejak dirilis kali pertama pada 1973 album
Philosophy Gang milik Gang of Harry Roesli dirilis ulang dalam format sama yakni piringan hitam atau vinil.
Sebelumnya, album itu dicetak Lion Records, label rekaman asal Singapura namun tidak dijual secara umum karena masalah pajak dan lainnya.
Kini, La Munai Records menjadi Label rekaman asal Jakarta yang mencetak ulang album tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putra kedua Harry Roesli, Layala Khrisna Patria menyampaikan rasa terima kasih dia atas apresiasi yang lahir kembali untuk sang ayah.
"Intinya, La Munai mewakili anak Harry Roesli. Terima kasih, tidak sangka masih ada yang apresiasi karya bapak," kata Layala saat perilisan ulang album Philoshophy Gang di SAE Institute, Jakarta, Jumat (17/3).
"Karena Zaman sekarang banyak yang tidak tahu siapa Harry Roesli. Selamat datang, 'Harry Roesli' telah kembali," lanjutnya.
Sementara, sang kakak Lahami Khrisna Parana mengungkapkan alasan pewaris memberikan hak perilisan ulangnya pada La Munai.
"Banyak label yang mengajukan rilis ulang, tapi tidak ada yang seserius ini, menelusuri mencari data sendiri. Keinginan kami sama, kami menyayangkan kalau anak muda tidak tahu album ini. Minimal mereka tahu kalau dahulu sudah ada musik begini," ujarnya.
Mendiang Harry Roesli adalah vokalis dan pengisi instrumen musik bas, gitar, dan perkusi untuk Gang of Harry Roesli.
Dalam grup itu ia turut diiringi Albert Wamerin (gitar, perkusi, vokal), Janto Soedjono (drum, perkusi), Indra Rivai (organ, piano, perkusi), Harry Pochang (harmonika, perkusi, vokal), dan Dadang Latief (gitar akustik).
Kini dari enam personil yang ada, hanya dua yang tersisa yaitu Indra Rivai dan Hari Krishnadi, atau yang dikenal Harry Pochang.
Keduanya yang turut hadir dalam perilisan ulang album itu pun mengenang proses kala memproduksinya
 Dua personil Gang of Harry Roesli saat perilisan ulang album Philosophy Gang. Harry Pochang (kiri), dan Indra Rivai (kanan). (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Menurut Harry Pochang, saat hendak masuk studio rekaman, lagu yang siap hanya
Borobudur, Peacockdot dan
Malaria.
Dan empat lagu lainnya yaitu
Roda Angin, Don't Talk About Freedom, Imagine (Blind), dan
Roses, tercipta 'mendadak'.
"Yang lain
blank, dan
magic-nya ada di dalam studio, tiba-tiba empat lagu lain ada. Ada lagu yang panjangnya sampai sembilan menit kayak dengar sebuah mantra, padahal pas di studio itu karena asik-asikan saja," kenang Harry Pochang.
"Sosok almarhum [Harry] itu tidak bisa diduga, dia visioner, musik dia tidak ada yang tahu maksudnya, arahnya kemana terserah dia saja," lanjutnya.
Indra Rivai pun menambahkan, "Rekaman ini ya memang terjadi begitu saja, hanya lima hari rekaman dan seperti
jam session. Setelahnya sempat mikir mau diapain album ini."
Album
Philosophy Gang diketahui mencampurkan beberapa aliran musik seperti funk, jazz, folk, blues, rock, dan sebagainya.
Dengan tujuh buah lagu, album itu tersedia dalam dua bagian. Untuk side A:
Peacock Dog, Roda Angin, dan
Don't Talk About Freedom, sedangkan side B:
Borobudur, Imagine (Blind), Malaria, dan
Roses.Dalam format piringan hitam berukuran 12 inci, album itu kini turut menyertakan
cover gatefold dengan penambahan foto-foto Gang of Harry Roesli,
liner notes dari Herry Dim, sahabat karib mendian Harry serta lirik lagu-lagu dari album tersebut.
Album dan lagu ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai album juga lagu terbaik sepanjang masa versi
Rolling Stone Indonesia.