Ubah Set Produksi Ulang Film 'Death Note,' Netflix Diprotes

CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2017 19:55 WIB
Netflix menggarap ulang film Death Note. Namun, mereka diprotes karena mengubah set lokasi dan karakter menjadi terlalu kebarat-baratan.
Netflix menggarap ulang film adaptasi manga 'Death Note.' (Foto: Courtesy Netflix US & Canada via Youtube.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cerita Death Note akan kembali diadaptasi ulang menjadi sebuah film. Namun, kisah yang diambil dari seri buku manga populer asal Jepang itu mendapat banyak protes.

Menurut laporan NME, pada adaptasi kali ini, Netflix, sebagai pihak yang menggagas proyek itu, mengubah set Death Note ke Kota Seattle, Amerika Serikat. Padahal, set asli cerita tersebut berada di Jepang.

Tak hanya itu, perusahaan penyedia jasa streaming film dan serial online tingkat dunia itu pun mengubah karakter utama, Light Yagami menjadi orang Amerika Kaukasia bernama Light Turner.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain tokoh Light Yagami yang diubah, karakter wanita utama pun ikut disesuaikan dengan tipikal Amerika, dengan mengganti namanya dari Misa Amane menjadi Mia Sutton.

Kekecewaan penggemar seri itu memuncak ketika cuplikan perdananya dirilis pada Selasa (22/3) lalu. Sejumlah netizen di media sosial mengungkapkan keluhan mereka akan perubahan total dari tampilan Death Note.



Nat Wolff dianggap terlalu 'putih' untuk memerankan karakter Light Yagami.Nat Wolff dianggap terlalu 'putih' untuk memerankan karakter Light Yagami. (Foto: Courtesy Netflix US & Canada via Youtube.com)
Semula, Netflix menjanjikan aktor berwajah Asia-Amerika yang akan membintangi film itu, namun tidak ditepati. Karakter utama Light Tuner yang diperankan Nat Wolff dinilai tidak memiliki wajah Asia. Sama halnya dengan tokoh Mia Sutton yang diperankan Margaret Qualley.

Kondisi itu lantas membuat netizen menilai pemilihan aktor dan aktris terlalu memihak kepada aktor berkulit putih dan mengabaikan fakta bahwa ada aktor Amerika-Asia yang dapat memerankannya.



"Rasanya belum cukup membuat Ghost in The Shell dominan dengan aktor berkulit putih, hingga mereka melakukan hal yang sama dengan Death Note. Saya tidak mempercayai ini," cuit seorang netizen.



Sementara netizen lain yang ikut berkomentar, "Membuat Death Note di Amerika adalah cara bagi mereka untuk menjadikan 'whitewashing' itu seolah benar."

Meski mengubah sejumlah penampilan karakter dan lokasinya, kisah Death Note disebutkan masih seputar seorang siswa yang menemukan buku supernatural. Buku itu memberinya kemampuan untuk membunuh siapapun hanya dengan menulis nama yang wajahnya dia ketahui.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER