Jakarta, CNN Indonesia -- Kejadian pencurian yang dialami museum di Riau beberapa waktu lalu membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud meminta pengelola museum untuk memperketat keamanan.
"Untuk antisipasi terjadi pencurian koleksi, maka sistem keamanan harus lebih ditingkatkan," kata direktur pelestarian cagar budaya dan permuseuman Kemendikbud Harry Widianto, di Padang, Kamis (6/4), seperti dilansir
Antara.
"Koleksi yang disimpan di dalam museum merupakan benda yang memiliki nilai historis. Bila itu dicuri, maka akan menghilangkan bukti sejarah."
Menurut Harry, ada banyak cara untuk meningkatkan pengamanan museum. Selain dengan menambah jumlah personel keamanan, juga memasang kamera tersembunyi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia mengakui bahwa standar keamanan masing-masing museum di Indonesia tidaklah sama. Beberapa museum sudah memiliki standar keamanan yang cukup baik, sedangkan yang lain belum laik.
Beberapa waktu lalu, delapan koleksi Museum Sang Nila Utama Riau dipastikan hilang dalam dua kali kejadian.
Kepala UPT Museum Sang Nila Utama, Sri Mecca mengatakan koleksi yang hilang adalah empat buah keris Melayu yang terdiri dari pedang Melayu Sondang, piring Seladon Emas, kendi VOC, dan kendi Janggut.
"Kejadian pertama terjadi pada akhir Februari 2017 dengan kehilangan tujuh koleksi," kata Sri.
"Selanjutnya juga terjadi kehilangan koleksi keris dari Kabupaten Indragiri Hulu yang terbuat dari gading dan kayu serta dilapisi perak," lanjutnya.
Kasus pencurian benda bersejarah dari museum bukan kali ini saja terjadi. Bahkan, Museum Nasional Indonesia (MNI) yang terletak di ibu kota negara dan tidak jauh dari Istana Negara pernah mengalami kecurian hingga lima kali.
Beberapa kasus pencurian yang pernah dialami museum yang disebut Museum Gajah itu adalah kehilangan emas dan permata oleh kelompok pimpinan Kusni Kasdut pada era 1960-an.
Pencurian ke-dua terjadi pada 1979 dan koleksi uang logam raib dari museum ini. Ke-tiga, MNI kecurian koleksi keramik dengan nilai lebih Rp1,5 miliar.
Seolah tidak belajar dari masa lalu, koleksi karya maestro Basoeki Abdullah dan Affandi pernah hilang pada 1996 dan sempat nyaris terjual di Balai Lelang Christie, Singapura. Koleksi ini sudah dikembalikan berkat upaya negara.
Kasus terbaru, terjadi pada 11 September 2013 dengan hilangnya empat koleksi emas berupa lempeng Naga Mendekam berinkripsi, lempeng Bulan Sabit beraksara, wadah bertutup atau cepuk, serta lempeng Harihara.