Malaysia Ikut 'Mati-matian' Menjaga Pantun

CNN Indonesia
Minggu, 16 Apr 2017 11:27 WIB
Malaysia tak main-main menjadikan pantun sebagai warisan dunia. Sudah ada beberapa strategi yang disiapkan Malaysia demi menjaga pantun tetap lestari.
Malaysia tak main-main menjadikan pantun sebagai warisan dunia. Sudah ada beberapa strategi yang disiapkan Malaysia demi menjaga pantun tetap lestari. (Thinkstock/Vincent_St_Thomas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai negara serumpun dengan budaya yang mirip, Indonesia menggandeng Malaysia mengusung pantun jadi warisan dunia takbenda UNESCO. Malaysia pun sudah memiliki serangkaian strategi menjaga warisan budaya Melayu itu.

Keterlibatan Malaysia bukan tanpa cerita. Awalnya, Indonesia turut mengundang Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam yang memiliki sejarah serta keterkaitan budaya dengan Melayu.

Namun dalam perjalanannya, hanya Malaysia yang menyatakan siap bergabung dengan Indonesia mengusung pantun. Keduanya pun sudah resmi mengajukan dossier atau dokumen pantun sebagai Representative List of Humanity ke UNESCO pada 31 Maret lalu.

Director General of Department National Heritage Malaysia Zainah Ibrahim mengaku hanya menyiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam waktu yang sangat singkat, satu bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami tidak punya banyak waktu, jadi dalam waktu sebulan sejak Indonesia berkunjung ke Malaysia kami siapkan semuanya dengan usaha yang gigih dan bertungkus lumus (mati-matian). Kami optimis,” kata Zainah kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Meski singkat, Malaysia tak main-main menjadikan pantun sebagai warisan dunia. Zainah menjabarkan kepada CNNIndonesia.com beberapa strategi yang disiapkan Malaysia demi menjaga pantun tetap lestari pasca penetapan sebagai warisan budaya dunia.

Pendidikan

Malaysia memasukkan pantun dalam sistem pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pengajaran tentang pantun itu terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Melayu.

“Pantun ini kami salurkan ke generasi muda adalah melalui sistem pendidikan dalam silabus pengajaran,” tutur Zainah.

Melalui pendidikan, pantun dapat dikenal dengan lebih dini kepada generasi penerus sehingga menumbuhkan peluang terciptanya penutur pantun di masa depan.

Lembaga Pantun

Tak berhenti pada jenjang pendidikan, Zainah menyebut Malaysia juga sudah memiliki asosiasi atau lembaga khusus pantun di berbagai tingkatan.

Di tingkat universitas, melalui Institusi Seni Malaysia Melaka, Malaysia memiliki program yang dirancang khusus untuk melestarikan budaya Melayu itu.

“Sebab, Melaka itu sangat terkenal dengan negeri yang banyak melaksanakan aktivitas tradisi lisan contohnya pantun yang berkaitan dengan elemen tidak tertulis,” ujar Zainah.

Pusat Kajian Pantun

Zainah menyebut Malaysia juga tengah mengembangkan pusat kajian pantun yang berguna bagi siapa saja yang tertarik untuk mendalami pantun.

Tempat ini juga dapat digunakan bagi para ahli untuk meneliti pantun. Zainah menjelaskan di tempat ini pula berbagai pantun pusaka Melayu dikumpulkan.

"Di universitas memang ada fakultas tertentu dan para akademisi juga ilmuwan yang masih meneliti, mengumpulkan, dan mendokumentasikan, serta mempublikasikan dari segi buku, manuskrip, dan sebagainya yang berkaitan,"

Dokumentasi Pantun

Malaysia hingga saat ini masih terus melakukan pengumpulan pantun-pantun pusaka yang masih beredar di masyarakat sebagai tradisi lisan.

Dalam proses pengumpulan itu, pantun-pantun bakal didokumentasikan dan dipublikasikan. Zainah menyatakan dia tak bisa memprediksi berapa jumlah pantun yang beredar.

Dia menceritakan, ketika meminta bantuan dari kaum akademisi di Malaysia, di rumah seorang professor budaya Melayu terdapat kumpulan buku mengenai pantun dan belum dihitung.

“Malaysia ada banyak sekali. Tapi, kalau yang sudah diangkat dalam buku warisan ada lebih dari 300,” kata Zainah.

Promosi

Zainah mengatakan Malaysia bakal terus menggalakkan pantun agar digunakan di seluruh tingkatan, mulai dari rumah, kegiatan formal, hingga tingkat istana.

Pantun juga akan digunakan dalam acara-acara adat maupun kenegaraan.

“Kami akan membuat program hibah seperti mengadakan kompetisi antar pelajar, universitas, komunitas, dan organisasi,” tutur Zainah.

Mengingat baik Indonesia dan Malaysia kerap bersitegang terkait klaim budaya, Zainah menilai pengajuan bersama ini merupakan solusi yang tepat bagi kedua negara.

Dia berharap pengajuan pantun ini bisa jadi awal yang baik untuk dapat bekerja sama pada budaya yang serupa, bukan justru mempersalahkannya.

"Ini win-win solution, supaya kita lebih dekat karena persamaan. Ini baik bagi masyarakat Nusantara yang mengamalkan pantun," ujar Zainah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER