Tiara Sutari
Tiara Sutari
Memilih karier menjadi wartawan di CNNIndonesia.com. Selain meliput, sehari-hari menghabiskan waktu untuk menulis cerita pendek, blogging, memasak, dan menjadi penggemar K-Pop yang tak bisa ditinggalkan. Temui penulis di @tyartir.

'Si Kampungan' BTS yang Lebih Bersinar dari Pacar Sendiri

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Senin, 01 Mei 2017 19:01 WIB
Nama BTS sebenarnya kampungan, Bangtan Boys atau Bulletproof Boys Scout. Gayanya juga 'nyeleneh.' Tapi mereka berhasil jadi boyband Korea yang mendunia.
BTS alias Bangtan Boys, boyband asal Korea yang banyak digandrungi remaja. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- BTS, Bangtan Boys, Bulletproof Boys Scout. Namanya memang kampungan. Artinya bahkan lebih kampungan: anti peluru. Kadang saya sendiri heran, siapa sih yang memberi nama seaneh itu untuk sebuah boyband Korea?

Tapi seperti kata Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Begitu juga dengan BTS, apalah arti sebuah nama ketika Anda bisa merajai chart musik internasional hingga berminggu-minggu. Kampungan, tapi bisa jadi legenda.

BTS memang bukan boyband yang bernaung di perusahan besar. Mereka bahkan pernah berkantor di lantai tiga sebuah kafe di sudut kota Seoul. Mereka juga pernah makan nasi goreng atau Bokkeumbap di Korea. Dijualnya saja di resto murahan pinggir jalan. Hei, BTS juga manusia, bukan dewa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Debut di akhir 2013 dibuat dengan modal seadanya. Boyband ini mencoba mendongkrak gaya musik K-Pop yang saat itu menjual pria cantik dengan lagu mendayu, ditambah latar musik pop dan tarian di atas panggung dengan pakaian dan rambut warna-warni.

BTS membelot. Mereka menjual aliran musik hiphop dengan koreografi super cepat dan gerakan yang sulit. Lagunya bahkan, kadang, menyakiti telinga mereka yang tidak suka musik-musik rap.

Dengan penampilan nyeleneh itu, mereka tidak mudah diterima. Tapi mereka tak mengalah pada selera pasar. BTS tetap menampilkan diri apa adanya. Kampungan. Pelawak di balik panggung. Mau berinteraksi langsung dengan penggemar, seintensif mungkin, melalui media sosial.

[Gambas:Video CNN]

Kelamaan, pengikutnya menembus angka lima juta. Kelamaan, citra kampungan mereka diterima. Kelamaan, musik unik mereka disanjung-sanjung. Termasuk di Indonesia.

Demam Korean Hallyu yang menerjang Indonesia ‘menyerang’ sejak 2002. Itu diawali dengan K-Pop yang merajai stasiun televisi Indonesia dengan beberapa drama yang memang menarik untuk dinikmati berbagai kalangan.

Maka ketika BTS datang pada 2013, tidak butuh waktu lama bagi masyarakat Indonesia untuk mengenalnya. Tapi seperti saya, mereka tidak langsung suka.

Saya mengenal K-Pop lewat drama. Baru ketika menginjak bangku kuliah sekitar awal 2012 seorang teman membuat saya mulai menggeluti ranah permusikan Korea.

Boyband pertama yang saya kenal adalah SHINee. Kegilaan saya tidak asing bagi penggemar K-Pop. Menghabiskan waktu dua hari untuk menonton fans camera atau fancam, sebuah video yang diunggah oleh para penggemar saat konser, reality show, hingga semua video musik mereka tanpa tidur bukan lagi hal baru.

Waktu dan uang juga bukan penghalang besar. 'Apa pun saya berikan: waktu, uang, tenaga. Asal oppa senang, kami siap,’ begitu prinsip penggila K-Pop yang saya anut.

[Gambas:Youtube]

Di pertengahan 2013, saya diperkenalkan oleh YouTube dengan Bangtan Sonyoendan atau dunia musik Internasional lebih mengenal mereka dengan sebutan BTS (Bulletproof Boys Scout). Kampung dan mengerikan, kesan pertama saya. Apalagi lagunya, hip hop tapi tetap berusaha menjadi idol.

Bisa dikatakan, Big Hit Entertainment, perusahaan yang menaungi tujuh pria yang baru menginjak akil baligh ini, memainkan pion catur yang unik di ranah industri musik Korea, yang saat itu gencar menjual musik pop dengan bumbu ‘pria cantik.’ Bukan langkah yang terlalu tepat.

Tapi kenyataanya, empat tahun pasca debut BTS, tiket yang dijual hingga 10 ribu lembar di tiap konser bisa habis dalam waktu tak sampai lima menit.

Lagu-lagu BTS pun bisa merajai K-Pop chart hingga berminggu-minggu dan betah berlama-lama nangkring di Billboard chart. Hitungannya berbulan-bulan. Mereka adalah bukti nyata dari apa yang disebut from nothing to something!

BTS juga punya basis penggemar yang gila. Saya, yang ikut menonton konser perdana mereka di ICE BSD Tangerang Sabtu (29/4) lalu melihat sendiri ribuan remaja menangis histeris sesaat setelah lampu venue dimatikan.

Padahal BTS-nya saja belum terlihat di atas panggung.
Suasana konser BTS di ICE BSD Tangerang, Sabtu (29/4).Foto: Dok. Big Hit Entertainment
Suasana konser BTS di ICE BSD Tangerang, Sabtu (29/4).
Kecintaan mereka terhadap oppa, sebutan bagi perempuan terhadap kakak laki-laki, ternyata sangat besar. Mereka bahkan rela membeli tiket seharga satu hingga tiga juta rupiah untuk menonton penampilan ‘oppanya’ hanya selama 2,5 jam.

Saat situs penjualan tiket mulai dibuka, server sampai down saking banyaknya yang mengakses. Tak sampai satu jam, tiket langsung ludes.

Para ARMY—sebutan penggemar BTS—juga 'dituntut' membeli lightstick yang harganya mencapai setengah juta, album berbagai versi dengan harga tak kalah mahal, hingga berbagai pernak-pernik yang tentunya sama mahalnya dengan album mereka yang muncul tiga bukan sekali itu.

Tapi, seolah tidak peduli, para ARMY dengan sukarela menghabiskan isi kantong mereka untuk mendukung idolanya dengan membeli apa pun yang dijual.

Maka tak heran jika kebanyakan dari mereka memilih hidup sendiri, tanpa pasangan. Sebab, siapa yang mau meladeni kegilaan penggemar K-Pop ketika oppa lebih utama bahkan dari pacar sekali pun.

Saya pribadi pernah ditanya oleh seseorang, “Lebih cinta mana, Jung Hoseok/BTS atau saya?” Saya menjawab, “Tahu batas, tolong.” (rsa/les)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER