Seni Lukis, Wadah Terapi Kejiwaan Para Disabilitas Mental

CNN Indonesia
Jumat, 19 Mei 2017 03:18 WIB
Seni bukan hanya bentuk kreativitas bagi mereka yang awam. Namun bagi orang dengan disabilitas mental, seni menjadi wadah terapi yang membantu mereka.
Seni bukan hanya bentuk kreativitas bagi mereka yang awam. Namun bagi orang dengan disabilitas mental, seni menjadi wadah terapi yang membantu mereka. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keterbatasan yang dimiliki orang dengan disabilitas mental tidak lantas menjadi hambatan kreativitas seni mereka. Bahkan, seni dalam hal ini melukis dapat menjadi medium terapi kejiwaan di samping sebagai media ekspresi.

"Sebelumnya, ini harus dibedakan dengan yang benar-benar punya bakat dengan yang tidak punya bakat tapi punya energi untuk menyalurkan frustasinya," kata Nova Riyanti Yusuf, selaku psikiater dalam acara diskusi 'Merintis Jejaring Art Brut Indonesia' di Gedung Kemendikbud, Rabu (17/5).

Nova menuturkan bahwa melukis bagi orang dengan disabilitas mental atau masalah kejiwaan dapat menjadi kesempatan untuk mengekspresikan emosi. Terlebih, jika mereka dengan keterbatasan kemampuan mental itu tidak mau atau sanggup mengungkapkan secara langsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Anak atau orang dengan disabilitas mental memiliki keterbatasan fungsi psikologis dan sosial. Namun, penyebab dan impilasi kekurangan ini tidak dapat dijelaskan secara sederhana.

Beberapa yang tergolong disabilitas mental adalah tunalaras atau sukar mengendalikan emosi dan sosial, dan tunagrahita atau dengan daya tangkap otak yang lemah. Skizofrenia atau gangguan proses berfikir dan tanggapan emosi juga termasuk disabilitas mental.

"Dokter belum tentu memahami apa yang dia rasakan, karena terkadang agar cepat pulang dan tak perlu periksa lagi, mereka akan bilang sudah tidak dengar bisikan yang mengganggu misalnya. Jadi yang bisa dilakukan (sebagai penyaluran) itu dengan melukis," kata Nova.


Menurut Nova, yang menarik, tidak hanya sebagai media ekspresi, karya seni dari para orang dengan disabilitas mental punya nilai yang tidak kalah dari mereka yang dengan kondisi pada umumnya.

"Saya sepakat bahwa karya kaum difabel ditunggu-tunggu karena hal tersebut tidak hanya soal karya, tapi ada sebuah pernyataan di dalamnya," kata Nova.

"Berkarya itu bukan sesuatu yang aneh, orang nulis pun sekarang sudah gampang. Tapi yang berbeda, kaum difabel memberikan rasa dari karyanya. Selain talenta, ada kedalaman rasa dari hal yang tidak bisa mereka ungkapkan," tuturnya.


Nilai positif lain dari mengeluarkan ekspresi lewat sebuah seni, diungkapkan pendamping penyandang disabilitas di Hadiprana Art Center, Timothius Warsito. Menurut dia, seni lukis dapat membantu murid-muridnya lebih fokus dan melatih sistem motorik.

Diakui Timothius, selama ini ia membantu melatih sejumlah anak-anak yang telah memiliki bakat dalam bidang seni lukis. Dia kerap mendapat rekomendasi orang tua atau guru anak-anak yang terlihat memiliki bakat dalam bidang seni lukis.

Tugasnya adalah melihat bakat seni dari setiap anak yang direkomendasikan lalu membantu mengarahkan serta mengeksplorasi bakat tersebut menjadi sebuah potensi serta salah satu terapi kejiwaan.


"(Seni lukis) sangat efektif untuk membantu latihan fokus, secara latihan motorik juga lebih halus dan juga dari komunikasi yang disampaikan ide mereka ke dalam lukisan lebih bagus," kata Timothius yang mengaku sudah mengajar ratusan anak.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER