Film Masih Dianggap Gagal Merangkul LGBT

CNN Indonesia
Jumat, 26 Mei 2017 20:35 WIB
Sebuah penelitian tahunan terbaru menyebut, hanya 18,4 persen dari 125 film tahun 2016 yang mengandung karakter LGBT.
Dunia film masih dianggap kurang menampung konten LGBT. (Ilustrasi/REUTERS/Kham)
Jakarta, CNN Indonesia -- Isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) menggebrak dunia perfilman belakangan ini. Beauty and the Beast dan Power Rangers yang jelas-jelas mengusung konten LGBT ditolak di beberapa negara, bukan hanya dengan alasan agama. Namun itu terjadi di 2017.

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan Glaad, dunia perfilman tahun lalu masih belum berhasil merepresentasikan LGBT. Studi tahunan yang dikenal dengan nama Studio Responsibility Index itu menilai 125 film dari tahun lalu.

Hasilnya, hanya ditemukan 18,4 persen film yang mengandung karakter LGBT. Kebanyakan masih diberi peran yang minor, bukan utama. Bahkan, di 10 dari 23 film yang punya karakter LGBT hanya memunculkannya selama kurang dari satu menit di layar bioskop.
Masing-masing rumah produksi besar mendapat rating dari penelitian itu. Disney, Sony dan Lionsgate dinilai sebagai studio yang ‘gagal’ merepresentasikan LGBT. Fox, Paramount dan Warner Bros. disebut masih ‘miskin’ karakter maupun cerita LGBT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karakter LGBT di Universal disebut ‘belum cukup,’ meski mereka sudah merilis komedi Neighbors 2: Sorority Rising yang di dalamnya menceritakan pernikahan sesama jenis.

Menurut Presiden Glaad Sarah Kate Ellis, “[Representasi LGBT di film] tidak membaik.”
Ia melanjutkan, seperti dikutip The Guardian, “Punya representasi, terutama di film yang didistribusikan luas, tidak hanya di Amerika Serikat, mereka mengubah hati dan pikiran. [Film-film] itu memungkinkan orang yang LGBTQ melihat diri mereka direpresentasikan. Itulah kenapa itu penting.”

Namun dalam laporannya, Ellis menyampaikan ada awal yang menjanjikan untuk film-film 2017, karena adanya karakter LGBT dalam karya besar seperti Beauty and the Beast dan Power Rangers. Hanya saja, program televisi masih merepresentasikan kepanikan atau homofobia.

“Millennials dengan usia 18 hingga 34 tahun dua kali lebih mungkin diidentifikasi sebagai LGBTQ daripada generasi tua,” tulis Ellis. Ia melanjutkan, jika film ingin tetap dianggap relevan dengan penonton, mereka harus merefleksikan keberagaman di dunia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER