Jakarta, CNN Indonesia -- Barack Hussein Obama dahulu hanya seorang pemuda Kenya yang punya perhatian besar terhadap literasi di Afrika. Pada 1950-an ia menulis beberapa buku dalam Luo, bahasa ibunya.
Luo merupakan salah satu bahasa asli Afrika. Bahasa itu punya berbagai dialek dan banyak digunakan orang-orang di Kenya, Uganda maupun Sudan. Obama adalah salah satu dari sedikit yang masih menggunakannya, apalagi dalam literatur.
Namun berkat itulah ia mendapat bantuan untuk mendaftar ke University of Hawaii. Elizabeth Mooney menganggapnya bertalenta dan membiayai perjalanan Obama ke Hawaii untuk kuliah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan hidup Obama berlanjut. Ia bertemu mahasiswa jurusan Antropologi Budaya yang akhirnya dinikahinya, dan punya anak yang namanya sama dengannya. Anak itu menjadi Presiden Amerika Serikat pertama yang berkulit hitam, dan menjabat sampai dua periode.
Salinan orisinal buku-buku Obama yang mengubah hidupnya itu, baru saja ditemukan di tangan seorang warga sipil di Belanda. Mengutip
New York Times, buku-buku itu dilelang melalui sebuah rumah lelang Belanda, dengan perkiraan harga US$2.800 sampai US$4.000.
Penemuan buku-buku itu di tangan seorang warga Belanda adalah sebuah kejutan baik bagi keluarga Obama maupun kolektor. Sebelumnya, diketahui hanya ada dua salinan buku milik Obama. Satu di Perpustakaan Kongres dan satu lagi dimiliki oleh Nortwestern University.
“Buku-buku itu punya pengaruh yang sangat besar,” kata Mary-Jane Deeb, yang mengepalai Divisi Afrika dan Timur Tengah dari Perpustakaan Kongres di Washington DC.
Pasalnya, buku-buku itu menggunakan bahasa Luo. Terdapat tiga buku yang dipublikasikan East African Literature, namun tidak semuanya selamat. Buku-buku itu bercerita menggunakan perspektif Otieno, seorang pria bijak yang punya segudang nasihat untuk para pembacanya.
Otieno menawarkan nasihat tentang perkebunan, kesehatan, kebiasaan makan dan topik lain.
Adalah Nico Wesselingh, warga Belanda yang menyimpan buku-buku Obama itu. Pria 75 tahun itu bekerja sukarela di Afrika untuk Kementerian Luar Negeri Belanda pad 1960-an. Ia membeli buku-buku Obama untuk membantunya belajar bahasa Luo dan memahami soal pertanian.
“Saya tidak memerhatikan siapa penulisnya waktu itu,” katanya dalam sebuah wawancara.
 Putra Barack Hussein Obama kemudian dikenal sebagai Presiden AS. (REUTERS/John Gress) |
Baru setelah Obama menjadi presiden dan muncul buku
Dreams From My Father: A Story of Race and Inheritance ia menemukan koneksi antara buku-bukunya dengan Obama junior.
“Menarik bagi saya, karena ayahnya bekerja di Kenya di waktu saya juga di sana,” kata Wesselingh.
“Saya membaca buku itu dan melihat Barack Obama di Wikipedia dan mengenali salah satu gambar dari dua bukunya, Otieno Jarieko. Saya bilang pada istri saya, ‘Saya akan naik dan mengecek perpustakaan saya.’ Dan [buku itu] ada di sana,” lanjutnya.