Jakarta, CNN Indonesia -- Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) telah memilih
Turah sebagai film Indonesia yang akan diikutkan pada ajang Oscar dikategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Film itu akan bersaing dengan puluhan perwakilan dari negara lain.
Hasil tersebut diumumkan komite seleksi bentukan PPFI yang beranggotakan sekitar 13 insan film, mulai generasi Christine Hakim sampai Reza Rahadian, pada Selasa (19/9).
Kendati ini sudah kali kesekian Indonesia mengirimkan perwakilan film ke Academy Awards, pemerintah belum juga mendukung penuh upaya menembus ajang penghargaan internasional itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu saat Indonesia mengirimkan
Surat dari Praha, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sempat berjanji akan mencarikan dana untuk tahun ini. Namun itu belum juga terwujud, menurut Kepala Bekraf Triawan Munaf, lantaran tidak ada komunikasi ke pihaknya.
Kini, Ketua Umum PPFI Firman Bintang berharap setelah Turah dipilih pemerintah bisa memberi sokongan konkret untuk biaya promosi dan iklan film yang mewakili Indonesia itu.
"Dengan demikian, gaung film Indonesia yang dikirim ke Oscar 2018, menjadi lebih besar, dan terdengar ke banyak jaringan dan pelaku film di seluruh dunia yang efeknya berimbas untuk kemajuan industri perfilman Indonesia," katanya dalam konferensi pers di Jakarta.
Sejauh ini dukungan yang didapat hanya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui divisi Pusat Pengembangan Perfilman yang dikepalai Maman Wijaya. Maman mengikuti PPFI mulai proses seleksi film sampai pengumuman, memberi bantuan seperti fasilitas rapat.
Namun bantuan dana belum diberikan, baik oleh Kemdikbud maupun Bekraf.
Christine sebagai salah satu anggota komite seleksi pun menyampaikan pesan pada Maman untuk Presiden Joko Widodo, agar pemerintah lebih mendukung film Indonesia ke Oscar.
 Film 'Turah' mewakili Indonesia ke Oscar 2018. (Dok. Wicaksono Wisnu Legowo via youtube.com (Singapore International Film Festival)) |
“Tolong sampaikan kepada Pak Menteri dan Pak Jokowi, di negara maju mana pun pasti melibatkan pemerintahnya. Hamdallah di kalangan Asia, Indonesia bisa menunjukkan kualitasnya, bahkan di Eropa. Memang belum berhasil tapi masih mengupayakan," ujarnya.
Meski film sudah diputuskan, peran pemerintah masih dibutuhkan untuk membantu promosi.
"Dengan promosi yang baik, terukur tepat, pengenalan sebuah produk film akan sangat membantu sekali. Karena seperti pepatah lawas, barang bagus, jika tidak dijual dengan bagus dan tepat, hasilnya tidak akan bagus juga," kata Christine melanjutkan.
Maman yang hadir pun beranji menyampaikan hal itu. "Semoga ini bisa berjalan, dukungan pemerintah mungkin tidak sepenuhnya, tapi diharapkan bisa berpengaruh," katanya.
Panitia Tetap untuk pilih film ke OscarUntuk mempermudah proses seleksi film ke depan, Firman Bintang menggagas rencana pembentukan panitia tetap atau Pantap yang bekerja secara berkesinambungan per tiga tahun.
"Agar Pantap dapat bekerja lebih terjadwal, rapi dan profesional, sehingga penentuan film Indonesia yang akan bertarung di Oscar jadi lebih matang. Kami sepakat [panitia] bersifat tetap, sehingga dari waktu panjang bisa melihat film yang layak dikirim," katanya.
Christine Hakim pun sepakat dengan itu. Menurutnya, Pantap atau Board of Indonesia Committee Science yang akan dibentuk harus bekerja tiga tahun, seperti di negara lain.
Christine mencontohkan, Direktur Festival Film di Sydney pun dikontrak selama tiga tahun, sama seperti Direktur Rotterdam Festival, yang juga dikontrak tiga tahun.
"Sebab dengan waktu tiga tahun itu, mereka bisa bikin perencanaan dan progress. Kalau tidak begitu, kita akan begini terus. Apa yang kita mau bikin kalau tiap tahun orangnya berubah? Direktur festival itu harus dipegang oleh satu orang," Christine menegaskan.
 Piala Oscar yang diperebutkan Indonesia dan puluhan negara lain di kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. (REUTERS/Carlo Allegri) |
Sementara ini, Pantap yang berlaku sampai tiga tahun adalah yang tergabung dalam komite seleksi sekarang. Selain Christine, Reza dan Firman, anggota komite yang akan ditetapkan sebagai Pantap termasuk Alim Sudio, Benni Setiawan, Fauzan Zidny, Jenny Rachman, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Roy Lolang, Tya Subyakto, Wina Armada, dan Zairin Zain.