Jakarta, CNN Indonesia -- Bintang utama kirab Kraton Surakarta Hadiningrat di Solo Jawa Tengah bukan hanya benda pusaka. Sejumlah kerbau peliharaan keraton yang dipercaya sakral juga ikut mengiringi kirab yang dilakukan setiap malam Suro untuk memeringati datangnya 1 Muharram itu.
Atau, itu dikenal juga sebagai peringatan tahun baru Islam.
Kerbau bule itu dikenal dengan nama Kyai Slamet. Namun kerbau Kyai Slamet sendiri sebenarnya sudah wafat puluhan tahun lalu. Kerbau-kerbau yang sekarang adalah turunannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekilas, secara fisik memang mereka terlihat sama. Kulitnya lebih cerah dibanding kerbau lain—karena itu disebut kerbau bule oleh orang Jawa—dan tanduknya lebih besar dan panjang.
Kerbau turunan Kyai Slamet yang dipakai di iringi-iringan kirab Keraton itu kini total berjumlah 15 ekor. Kandang mereka berlokasi di Alun-Alun Selatan Keraton Surakarta. Hanya ada beberapa orang yang bisa mendekat dan memberi makan, ibarat pawang bagi mereka.
Sasongko Eko, salah satu pemeliharanya, didampingi Sumanto, Gepeng, Jumadiyono, dan Heri Sulistyo. Mereka bukan hanya orang-orang khusus yang bisa menjamah kerbau Kyai Slamet, tetapi juga pihak yang bisa berkomunikasi dengan Raja Keraton beserta kerabatnya.
 Hanya ada beberapa orang yang bisa menjadi pawang kerbau Kyai Slamet. (CNN Indonesia/Damar Sinuko) |
Mereka bukan dipilih melalui voting atau wangsit. ‘Jabatan’ pawang kerbai Kyai Slamet diperoleh secara turun-temurun. Heri misalnya, merupakan anak dari pawang sebelumnya.
"Di sini pawangnya saya.Saya warisan meneruskan ayah saya sebelumnya, ayah saya meneruskan kakek saya. Terus diwariskan, saya belum tahu saya ini generasi keberapa,” ujar Heri saat ditemui di tengah mempersiapkan Kyai Slamet untuk prosesi kirab, Kamis (21/9) malam nanti.
Sepekan sebelum prosesi kirab, Heri memilih kerbau dan memberitahukan kepada Raja Keraton soal berapa jumlah yang akan mengawal kirab. Tugas mereka tak berhenti sampai di situ. Bersama empat pemelihara lain, Heri harus puasa. Hari itu, dan hari H pelaksanaan kirab.
Puasanya berbeda seperti dalam Islam. Mereka tidak makan seharian, tapi masih boleh minum. Di hari H pelaksanaan kirab, mereka hanya boleh makan satu kali.
Heri dan pawang-pawang lain sudah memilih tujuh ekor kerbau Kyai Slamet untuk kirab malam satu Suro nanti. Namanya Apon, Welas, Juminten, Pahing, Jabo, Mugi, dan Sukro.
Tujuh kerbau itu sudah dipisahkan dari yang lain. Sekitar pukul 16.00 WIB pada hari H, ketujuh kerbau akan dimandikan dengan bunga setaman. Saat itulah kerbau Kyai Slamet dipercaya memunculkan aura sakralnya. Sisa air bercampur bunga sisa memandikan mereka akan menjadi rebutan ratusan warga yang sejak siang hari sudah menunggu di depan kandang.
 Pawang Kyai Slamet yang memilih kerbau mana yang akan ikut kirab. (CNN Indonesia/Damar Sinuko) |
Usai dimandikan, kerbau diberi kalung bunga dan dibawa masuk keraton untuk prosesi kirab yang biasanya dimulai menjelang tengah malam. Selama prosesi itu, kerbau Kyai Slamet berada di barisan paling depan, seolah menjadi pengawal bagi pusaka yang dikirab.
Iring-iringan kerbau Kyai Slamet didampingi oleh pasukan yang biasa disebut Semut Ireng dan Semut putih, diambil dari pawang dan perawat kerbau. Selama jalannya kirab keliling kota, kotoran kerbau menjadi rebutan warga karena dipercaya bisa membawa berkah.
Mereka menggunakannya untuk menyuburkan tanaman sampai simbol keberuntungan.
(rsa)