Empat Babak Seni Indonesia di Museum MACAN

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Jumat, 03 Nov 2017 16:55 WIB
Indonesia membuka museum seni kontemporer pertama, Museum MACAN untuk publik pada Sabtu (4/11) esok. Harga tiket masuknya Rp30 ribu sampai Rp50 ribu.
Museum MACAN menampilkan pameran inagural bertajuk
Jakarta, CNN Indonesia -- Keluar elevator lantai 5 atau level MM di AKR Tower, Jakarta Barat pengunjung langsung disambut desain dan interior kekinian. Lantai di gedung berdinding kaca itu berbeda. Ia dijadikan Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara alias Museum MACAN.

Ini museum seni kontemporer pertama di Indonesia.

Sebelum dibuka untuk umum pada Sabtu (4/11) ini, CNNIndonesia.com berkesempatan menjelajahi museum seluas 4000 meter persegi itu. Setengahnya dibuat area koleksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tapi sebelum masuk ke ruangan koleksi, berhenti dulu di bagian informasi dan penjualan tiket. Pengunjung harus membayar tiket masuk ke area pameran sebesar Rp50 ribu untuk orang dewasa, Rp40 ribu untuk pelajar dan Rp30 ribu untuk anak-anak.

Museum ini memang ramah anak. Ada ruang ruang seni khusus yang dirancang ramah anak untuk bermain dan belajar tentang seni. Lokasinya di sekitar area publik di paling depan museum.

Memasuki ruangan koleksi, pengunjung bakal melewati taman patung seluas 500 meter persegi. Di sisi taman, terpampang wilayah Jakarta Barat yang tampak dari kaca transparan. Sekilas taman itu seakan dibuat serupa konsep infinity pool. Ia jadi semacam ‘infinity garden’.


Beberapa patung berukuran besar besar menghiasi taman ini.

Di ruang koleksi, pengunjung terlebih dahulu dibawa mengarungi seni sebelum masa kemerdekaaan Indonesia. Ini merupakan babak pertama dari koleksi Museum MACAN.

"Di pembukaan kali ini, kami memiliki 90 karya seni yang berkisar dari era sebelum kemerdekaan Indonesia, setelah kemerdekaan, era transisi, dan globalisasi," kata Direktur Museum MACAN Aaron Seeto saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (2/11).

Salah satu koleksi Museum MACAN.Salah satu koleksi Museum MACAN. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Era sebelum kemerdekaan diberi judul ‘Bumi, Kampung Halaman, Manusia’. Koleksinya terentang dari abad ke-19 hingga awal abad ke-20 dari seniman asal Eropa dan Asia Tenggara.

Di era ini seniman banyak menggambarkan kondisi Indonesia yang ideal lantaran banyak terpengaruh dari penjajah. Karya Raden Saleh, Walter Spies, Miguel Covarrubias dan I Gusti Nyoman Lempad terpanjang di area ini.

Bergerak ke seni di masa ‘Kemerdekaan dan Setelahnya’, para seniman beralih menampilkan tema-tema nasionalisme dengan tujuan memberikan dorongan moral untuk masyarakat.


Karya-karya pada babak ini sebagian besar diciptakan setelah Perang Dunia II dan proklamasi kemerdekaan 1945. Seniman penting yang ada dalam babak ini di antaranya S. Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, dan Sudjana Kerton.

Setelah memastikan kemerdekaan, Museum MACAN mendeskripsikan seni Indonesia dalam babak ‘Pergulatan Seputar Bentuk dan Isi’. Seniman Indonesia dianggap masih mencari identitas artistik. Di era ini para seniman banyak memberikan nilai universal, eksperimental dan kemasyarakatan.

Seni itu terekam dalam karya Srihadi Soedarsono, Djoko Peki, Heri Dono, Andy Warhol, Robert Rauschenberg, dan Arahmaiani.

Salah satu koleksi Museum MACAN.Salah satu koleksi Museum MACAN. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Dalam babak terakhir, seni Indonesia banyak terpengaruh dengan era globalisasi. Lepas dari Orde Baru, para seniman bebas berekspresi dan melahirkan seni kontemporer yang beragam.

Hampir setengah dari ruang koleksi museum dipenuhi oleh karya seni di babak ini. Kebebasan dalam berseni membuat seniman banyak berkarya dengan ukuran yang besar.

"Koleksi di sini sudah dikembangkan oleh pemilik [pendiri Yayasan Museum MACAN, Haryanto Adikoesoemo] lebih dari 25 tahun. Beberapa koleksi juga khusus dibuat untuk museum ini," tutur Seeto.


Lewat koleksi yang beragam dan modern ini, Seeto berharap bisa menggaet masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang.

"Museum merupakan tempat yang bisa dikunjungi di akhir pekan, berbeda dari berbelanja di mal dan ini merupakan tempat sosial di mana kalian juga bisa bertemu dengan teman di sini. Anda bisa datang dan belajar," ucap Seeto. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER