Manado, CNN Indonesia -- Festival Film Indonesia (FFI) 2017 juga memberikan penghargaan khusus bertajuk Lifetime Achievement Award, atau Penghargaan Sepanjang Masa. Apresiasi itu diberikan pada individu yang berdedikasi seumur hidup dalam dunia perfilman Indonesia.
Jika tahun lalu penghargaan ini diberikan pada bintang ternama Christine Hakim, tahun ini jatuh pada orang yang berada di balik layar. Dia adalah produser kawakan Budiyati Abiyoga.
Walau nama Budiyati tak banyak dibicarakan, kontribusinya untuk layar lebar Indonesia tak bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FESTIVAL FILM INDONESIA 2017 |
Perempuan kelahiran Sumenep, Madura, Jawa Timur pada 1 Desember 1944 itu baru aktif sebagai produser film di usia 39 tahun. Sebelumnya, Budiyati yang lulus dari Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung itu bekerja di Departemen Pekerjaan Umum.
Dia kemudian menjadi konsultan di berbagai bidang. Pada saat yang bersamaan, Budiyati juga menjadi penulis fiksi cerita pendek dan novel. Salah satu novel Budiyati dengan nama pena Prasanti diangkat menjadi film, yaitu
Hati yang Perawan.
Budiyati baru benar-benar terjun ke dunia film saat dia mendirikan PT Prasidi Teta Film pada 1983. Perusahaannya itu berhasil mengeluarkan film-film ternama yang menyabet Piala Citra di ajang FFI.
Mulai dari
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985) yang memenangi Skenario Terbaik FFI 1986,
Naga Bonar (1986) sebagai Film Terbaik FFI 1987, dan
Noesa Penida (1988) yang meraih tiga piala citra di FFI 1989.
Budiyati juga memproduksi
Cinta dalam Sepotong Roti (1990) yang menjadi Film Terbaik FFI 1991 dan
Piala Antemas sebagai film terlaris pada 1991-1992.
Tak hanya di kancah nasional, film Budiyati juga berkiprah di ajang internasional. Seperti
Surat untuk Bidadari (1993) yang meraih penghargaan dari festival film Berlin dan Tokyo. Film ini dianggap sebagai awal baru perfilman Indonesia di mancanegara.
 Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi |
Di tahun 2000-an, Budiyati bernaung di bawah PT Bumi Prasidi Bi-Epsi. Dia mengorbitkan film
Nagabonar Jadi 2 (2007) yang menjadi Film Terbaik FFI 2007,
Malam Minggu Miko Movie (2014) dan yang teranyar film anak-anak
Iqro: Petualangan Meraih Bintang (2017).
Tak cukup memproduksi film, Budiyati ikut mendirikan Pusat Pendidikan Film dan Televisi (P2FTV). Dia juga menjadi pembimbing dalam komunitas Salman Film Academy di Bandung.
Beragam karya dan kontribusi ini membuat Budiyati mendapatkan Lifetime Achievement Award 2017. Penghargaannya diantarkan oleh Mira Lesmana.
(rsa)