Jakarta, CNN Indonesia -- Industri anime Jepang menarik mencetak rekor hingga US$17,7 miliar atau sekira Rp240 triliun tahun lalu. Angka ini diraih berkat anime hit
Your Name, pertumbuhan ekspor dan pendapatan dari lisensi gim ponsel.
Pendapatan di rumah-rumah produksi animasi naik hampir 10 persen dengan total lebih dari Rp240 triliun untuk pertama kalinya. Menurut laporan tahunan dari Asosiasi Animasi Jepang (AJA), angka ini merupakan kulminasi pertumbuhan industri animasi selama tujuh tahun berturut-turut.
Box office domestik dengan fitur anime mencapai 14 persen hingga US$585 juta atau hampir Rp8 miliar. Dari total itu, hampir setengahnya diperoleh dari karya hit Makoto Shinkai,
Your Name.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total pendapatan dari penjualan luar negeri melompat hingga sepertiga menjadi US$6,79 miliar atau Rp92 triliun selama tahun lalu. Angka ini didapat dari penghitungan hak cipta penyiaran, penayangan di bioskop, dan penjualan DVD/Blu-ray serta merchandise.
Melansir
The Hollywood Reporter, juru bicara AJA mengungkap bahwa penjualan di China meningkat, namun figur untuk penjualan di negara lain tidak terkompilasi dalam laporan itu.
Penayangan serial televisi di jaringan Jepang memberikan pendapatan sebesar US$936 juta Rp12,6 triliun. Pendapatan dari Netflix dan Amazon, yang lebih meminta lebih banyak serial orisinal, dipecah secara berbeda oleh 52 rumah produksi anime yang tergabung dalam AJA. Karenanya, angka itu dibagi antara pendapatan domestik dan luar negeri.
Biaya lisensi dari gim ponsel pun telah terbukti sebagai aliran pendapatan yang makin menguntungkan bagi industri anime di Jepang, termasuk
Fate/Grand Order. Gim ini dioperasikan oleh Sony Music di Jepang dan telah meraup banyak uang, hingga Sony Corp menyebutkannya dalam laporan pendapatannya.
Selain itu, lisensi karakter anime yang digunakan mesin untuk
pachinko, sebuah gim taruhan Jepang, juga sangat menguntungkan, dengan kedua tipe gim memberikan miliaran dollar untuk industri anime.
Industri anime kini tengah beroperasi dalam kapasitas penuh, dengan banyak studio telah penuh terpesan hingga 2020. Meski demikian, Negeri Sakura tengah kekurangan pekerja berusia muda.
Faktor usia demografis yang didominasi oleh penduduk tua dan renta diperburuk dengan rendahnya gaji yang dibayarkan kepada animator muda dianggap menjadi penghambat pertumbuhan industri ini lebih jauh.
(res/res)