Jejak Karier Titiek Puspa, dari Gagal Kontes hingga ke Istana

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Nov 2017 14:53 WIB
Memulai karier dari kontes Bintang Radio, Titiek Puspa sempat gagal karena hal sepele: tanda tangan Bing Slamet.
Memulai karier dari kontes Bintang Radio, Titiek Puspa sempat gagal karena hal sepele, tanda tangan Bing Slamet. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam artikel sebelumnya, Titiek Puspa sudah mengisahkan soal masa kecilnya hingga ia mulai ikut Bintang Radio...

Kontes Bintang Radio pada 1954 tak akan pernah hilang dari ingatan Titiek Puspa. Momen itu pernah menjadi pengalaman memalukan, sekaligus titik balik kariernya sebagai penyanyi tingkat nasional.

Dalam ingatan yang masih tergambar jelas, Titiek Puspa bercerita soal kontes itu dengan bahasa campuran Indonesia dan Jawa, saat CNNIndonesia.com berkunjung ke kediamannya di Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 54 itu saya juga masih gandrung-gandrungnya ngefan sama Bing Slamet," kata seniman yang kerap disapa dengan panggilan 'eyang' tersebut dengan mata berbinar-binar.

"Saya belum pernah ketemu orangnya. Nah zaman dulu pakai radio roti punya tetangga, suaranya digedein tapi sember. Dia nyanyi aku nangis, suaranya luar biasa," lanjut Titiek sembari memeragakan memeluk radio roti.


Hijrah Titiek dari Semarang ke Jakarta untuk mengikuti Bintang Radio yang diadakan Radio Republik Indonesia sekaligus membuka peluang ia bertemu berbagai idola kala itu, termasuk seniman Bing Slamet.

Dan impian Titiek kesampaian. Pada suatu kali, sehari jelang kompetisi yang diadakan di lapangan Monumen Nasional yang saat itu masih berwujud Lapangan Ikada, Titiek melihat Bing Slamet dari kejauhan.

Selayaknya gadis 17 tahun pada umumnya, Titiek ambil langkah seribu mengejar Bing Slamet hanya untuk meminta tanda tangan. Meski tersandung-sandung, dengan Bing Slamet dalam pandangannya, Titiek terus berlari.

Tanda tangan Bing Slamet pun didapat. Sempat terbengong-bengong, Titiek senang bukan kepalang. Kertas bertanda tangan Bing Slamet ia genggam erat, bahkan sampai saat tidur di malam jelang kontes.

Ia pun memamerkan tanda tangan itu ke peserta lain di keesokan harinya jelang pentas, sampai-sampai ia tak mendengar telah dipanggil berkali-kali. Ketika sadar waktunya bernyanyi, Titiek justru melakukan kesalahan fatal.

Bing Slamet, seniman yang amat diidolakan Titiek Puspa.Bing Slamet, seniman yang amat diidolakan Titiek Puspa. (Film Varia via Wikimedia Commons)
"Aku didorong, terus temenku bilang 'kamu dipanggil'. Saya berdiri depan mikrofon, lalu masuk intro [lagu] dan saya cuma berkata, 'ono opo toh iki?'. Blank," ucap Titiek memeragakan reaksinya dahulu.

"Panitia Semarang sampai bilang ‘guoblok’, mereka marah ini-itu dan saya cuma 'maaf saya lupa' sambil nyengir. Dan saya jadi peserta yang pertama kali kalah karena itu," tambahnya.

Tapi rezeki memang tak ke mana. Itulah yang terjadi dengan Titiek Puspa. Meski tereliminasi pertama, ia kemudian dipilih menjadi pengisi di panggung final Bintang Radio.

Sempat tak percaya, namun ia tetap mengambil tawaran tersebut. Ia pun tampil membawakan Candra Buana. "Alam semesta diselubung sutra/ Gemilang cahaya sang candra/ Bintang sejuta kilauan /Harum madu bunga di taman," lantun Titiek seraya gemulai seolah memegang mikrofon.

Tak ia sangka, penampilannya itu menghasilkan tepuk tangan meriah dari penonton. Bersyukur akan situasi tersebut, ia pun merasa bernyanyi adalah panggilan hidupnya.

"Di situ saya menetapkan diri saya kalah, tapi saya dapat sambutan luar biasa, dan dari situ saya menetapkan menjadi penyanyi. Dari tahun 54," ucap Titiek dengan bangga.

Jejak Karier Titiek Puspa, dari Gagal di Kontes hingga Istana(CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)
Penyanyi Istana dan Papiko

Kembali ke Semarang tidak menghentikan karier Titiek. Ia pun mulai diajak rekaman oleh Lokananta yang rajin datang ke berbagai stasiun RRI.

Ia pun menarik perhatian Nien Lesmana, ibunda musisi Indra Lesmana, untuk melakukan rekaman di label milik Nien, Irama Record.

Baru menetap secara permanen di Jakarta pada 1959, Titiek menarik minat berbagai kalangan masyarakat, hingga Presiden Soekarno yang masih memerintah kala itu. Titiek pun dipanggil oleh presiden yang fotonya tercantum di ruangan pelantun Dansa Yo Dansa tersebut, karena ketenarannya.

Tak sekadar dipanggil, Titiek Puspa pun diminta menyanyi oleh Bung Karno.

Meski gemetaran karena grogi, Titiek sanggup membuat Bung Karno terpukau dan menjadikannya penyanyi Istana Negara pertama.

"Pernah juga ada seniman mau dikirim ke Amerika, lalu saya dipanggil, 'semua sekarang lihat Titiek Puspa, pakai kain seperti dia. Lihat kainnya tidak naik, jalannya gagah', saya cuma, 'ya ampun', itu ada hall panjang di Istana Bogor dari utara selatan melihat," kenangnya akan perintah Soekarno.

[Gambas:Video CNN]

Karier Titiek pun semakin menanjak. Bukan hanya menyanyi, Titiek juga ditawari main film. Adalah Misbach Yusa Biran, mendiang suami aktris Nani Wijaya, yang menerjunkan Titiek ke dunia film melalui Di Balik Tjahaja Gemerlapan (1966).

Titiek menyebut berbagai tawaran yang datang ia ambil lantaran faktor ekonomi. Apa pun akan ia lakukan demi menambah penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Namun, ia lebih senang menyanyi dibanding main film.

"Sudah kerja keras, duitnya dikit dibanding nyanyi. Nyanyi dua jam, sama kayak berbulan-bulan main film," celoteh Titiek yang diketahui telah membintangi 21 judul film tersebut.

Titiek pun dikenal masyarakat bukan hanya dari menyanyi dan film, namun dari operet Papiko atau Persatuan Artis Penyanyi Ibukota yang ia inisiasi pada 1972.

"Waktu itu saya seperti kesetanan, membuat lagu, sampai seminggu reading dan belajar aktingnya. Itu dibuat TV tayang setiap takbiran," kenangnya.

[Gambas:Youtube]

Papiko yang kala itu tayang menjelang momen Idulfitri juga dibangun di antaranya oleh Lilis Suryani, Elly Kasim, Anna Mathovani, Widyaningsih, Titiek Sandhora, Muchsin Alatas, dan masih banyak lagi.

"Itu semua penyanyi kayak 'aku ikut aku ikut' [berebut], sampai yang namanya Rhoma Irama, sebelum jadi kesatria bergitar," katanya.

"Aku bikin bukan cuma buat Lebaran, tapi buat Natal, Hari Ibu, Hari Anak dengan mengambil tema kehidupan sehari-hari, ya ada saja," tambahnya.

Papiko terutama memiliki kesan khusus akan Titiek dan mendiang suaminya, Mus Mualim.

Keduanya menikah pada 1970. Namun Mus Mualim meninggal pada 1 Januari 1991. Titiek mengaku sering menciptakan lagu dibantu oleh Mus yang seorang pianis.

"Kalau buat lagu, 'Ma, ini notnya gimana'. Enggak ada not baloknya, aku nyanyi baru dia bisa gonjreng," kenang Titiek.

Kisah kehidupan Titiek Puspa yang dekat dengan anak-anak ada di artikel Pesan Titiek Puspa untuk Tien Soeharto sampai Jokowi... (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER