Jakarta, CNN Indonesia -- Demi Lovato menilai keputusan majalah
TIME untuk memilih Presiden Donald Trump sebagai
Runner-Up Person of the Year 2017 tidak tepat. Menurut Demi, Trump tidak pantas menyandang titel tersebut.
Di sisi lain,
TIME sendiri telah memutuskan untuk menganugerahi para perempuan yang berani berbicara tentang pelecehan seksual sebagai
Person of the Year 2017.
Melalui akun Twitter, pelantun
Sorry Not Sorry itu mempertanyakan keputusan editor sembari mengkritik keras majalah
TIME.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
TIME menyoroti perempuan yang berani untuk melawan pelecehan seksual di sampul, tapi menamai pria dengan tuduhan pelecehan seksual sebagai runner-up
Person of the Year. Serius
TIME?" cuitnya sembari memberikan tagar munafik.
Lebih lanjut, mantan bintang Disney itu seolah memberikan saran kepada
TIME bahwa sebaiknya pemilihan
Person of the Year (POTY) tidak hanya berdasarkan dampak yang ia buat, tapi memang karena hal positif.
"Untuk disebut POTY oleh TIME seharusnya dengan melakukan sesuatu yang positif dan berani seperti para perempuan di sampulnya. Ini menyebalkan bahwa ini hanya dampak dari berita," tambahnya.
Menurut laporan
Ace Showbiz, pihak perwakilan
TIME belum menanggapi kritik keras yang disampaikan Lovato di Twitter.
Dalam edisi tahun ini,
TIME menobatkan penghargaan kepada sejumlah perempuan yang berani berbicara tentang pelecehan seksual.
Mereka disebut sebagai "The Silence Breakers", yang merujuk pada "individu yang memulai gerakan nasional mengenai prevalensi pelecehan seksual."
Di antara sejumlah perempuan tersebut, ada Taylor Swift yang turut menjadi bagian sampul
TIME bersama Ashley Judd, sang pembongkar kecabulan Harvey Weinstein.
"Mereka ini telah memulai sebuah revolusi penolakan, mengumpulkan kekuatan dari hari ke hari, dan dalam dua bulan terakhir saja, kemarahan kolektif mereka telah memacu hasil yang cepat dan mengejutkan, hampir setiap hari, para CEO telah dipecat, penguasa terguling, ikon dipermalukan," tulis
TIME. (end)