Jakarta, CNN Indonesia -- Ilham Priananda bagaikan tersengat listrik saat mendengar
She’s Electric. Padahal lagu yang ia dengar itu bukan dari musiknya sendiri. Kasetnya saja pinjaman.
Tapi lagu itulah yang membuatnya ‘tersetrum’ dan jatuh cinta pada
Oasis.
Tahun-tahun berikutnya ia habiskan dengan menjadi kolektor pernak-pernik Oasis. Barang-barang (kebanyakan) langka yang ia buru ke mana-mana itu kini punya wadah khusus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilham membuatkannya ruang yang diberi nama Moleklane Museum. Kata Molek diambil dari nama jalan di mana Ilham tinggal.
Koleksi Ilham awalnya paling banter hanya kaset. Ia ingat betul, dirinya pernah mencuri kaset band asal Inggris itu dari sebuah toko musik di kawasan Mahakam, Jakarta.
Ilham baru lulus SD saat itu. Ia ingin membeli kaset Oasis album
Be Here Now dan
Masterplan yang belum ia miliki. Tapi sisa uang sakunya hanya Rp5 ribu. Sementara harga kaset satunya saja Rp20 ribu. Ilham pun mencoba peruntungan, mengantongi dua kaset.
Sontak alarm berbunyi ketika ia melewati pintu. Penjaga toko dengan sigap memeriksa dan mengambil kaset dari kantong Ilham. Tak tahu harus melakukan apa, Ilham hanya cengegesan.
"Itu masa buruk saat saya enggak punya uang. Ketika sudah besar saya ke sana untuk beli kaset album
Don't Believe The Truth, saya bayar seharga tiga kaset. Saya bilang ke mereka, waktu kecil pernah nyolong," cerita Ilham kepada
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
 Minidisc Oasis koleksi Ilham. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Sejak tragedi nyolong itu, Ilham bertekad jadi kolektor.
Berbagai toko musik ia kunjungi untuk mendapat kaset atau CD Oasis. Tak jarang ujungnya sia-sia karena pada zamannya mencari rilisan fisik band dari luar negeri itu susah. Ilham pun banyak membaca majalah musik untuk tahu perkembangan band bergenre brit pop itu.
Sampai kuliah, Ilham terus berburu barang resmi apa pun yang berkaitan dengan Oasis.
Mulai poster, majalah, kaset, CD dan DVD tersusun rapi di kamar Ilham yang berukuran 2,5 X 8 meter. Kamar itulah yang kini menjadi museum Oasis.
[Gambas:Youtube]"Tahun 2010 saya sering mengajak teman untuk melihat koleksi di rumah, waktu itu enggak dibuka untuk umum. Teman saya yang datang bilang bahwa koleksi saya rapi dan mereka menyarankan untuk bikin museum," kata Ilham.
Ilham pun tertarik. Ia yang kala itu sudah punya pendapatan sendiri dan tak lagi mencuri kaset, lebih memilih menghabiskan uang untuk membeli barang-barang Oasis ketimbang pacaran atau jalan-jalan. Ia hobi mendatangi toko yang menjual barang klasik.
Barang apa pun yang berkaitan dengan Oasis, ia beli. Kelamaan, Ilham mentok.
"Pencarian saya di Indonesia sudah mentok, akhirnya saya menyempatkan ke Inggris pada 2013 untuk hunting barang-barang Oasis. Saya yakin barang di sana lebih banyak karena itu tempat Oasis lahir," kata Ilham.
Benar saja, kunjungan Ilham ke Inggris berbuah manis. Ia pulang dengan dua koper berisi barang-barang Oasis yang tidak bisa ditemukan di Indonesia. Ilham sampai harus memakai tujuh lapis kaus Oasis di pesawat karena berat barang bawaannya sudah mencapai batas.
"Awal 2013 baru saya berani buka [museumnya] untuk publik. Saya yakin barang di Inggris enggak ada di sini. Saya unggah di Instagram, kemudian banyak orang yang tanya dan saya undang untuk datang," kata Ilham.
 Ilham dan koleksi kaus Oasis. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Saat itu Ilham punya semua rilisan fisik Oasis dalam berbagai format. Kaset, mini disc, CD sampai piringan hitam pun ada. Bahkan ia punya sejumlah CD Oasis saat rekaman yang tak beredar di pasaran. Total ia punya 3.000 barang-barang berbau Oasis.
Tahun 2015 Moleklane Museum harus tutup karena Ilham melanjutkan studi S2 jurusan Bisnis Internasional di Universitas Middlesexs, Inggris. Kesempatan menimba ilmu itu tidak ia sia-siakan. Ilham pun kembali berburu barang Oasis.
Sembari kuliah Ilham kerja paruh waktu dan bisa mendapat 2.000 Poundsterling atau saat ini setara dengan Rp36 juta. Uang sebanyak 700 Poundsterling digunakan untuk biaya hidup.
Demi menghemat, Ilham rela sehari-hari hanya makan kentang tumbuk.
Sisa uangnya, ia gunakan untuk membeli barang-barang Oasis.
“Saya terus berburu sampai akhirnya punya punya gitar Noel Gallagher yang pernah dia pakai dan tamborin Liam Gallagher. Barang itu saya dapat dari manajemen Oasis yang saya kenal sewaktu hunting," kata Ilham.
Akhir 2016, Ilham kembali ke Indonesia setelah lulus kuliah. Koleksi di museumnya bertambah. Saat ini total koleksi Ilham kurang lebih berjumlah 5.000 buah.
 Ilham dan museum Oasisnya. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Namun tak semua barang ia pajang di sana.
"Barang yang di sini kurang dari 20 persen dari yang saya punya. Di sini hanya ada barang-barang yang jarang banget di dunia, kayak jam tangan untuk promosi lagu
Stop The Clocks yang cuma ada 25 di dunia dan hologram bertuliskan Oasis yang cuma ada tiga di dunia.”
Ilham senang bisa berbagi euforia Oasis kepada penggemar pelantun
Don’t Look Back in Anger itu dengan membuka museum. Koleksinya bahkan tak hanya bisa dinikmati penggemar Oasis di Indonesia. Ilham pernah pameran koleksi Oasis di Jepang karena ada penggemar yang meminta.
Meski koleksinya sudah ribuan, Ilham tetap ingin menambah barang untuk museumnya.
Apalagi karena di setiap berburu barang itu, Ilham selalu punya kesempatan bertemu personel Oasis langsung. Ia bahkan beberapa kali bertemu Liam dan Noel Gallagher.
Ilham masih ingat pengalaman pertama bertemu Noel. Kala itu ia mendatangi Noel di kantor Radio X di London. Noel wawancara di sana. Ilham pun menunggu di depan pintu.
“Saya nunggu sama anak-anak yang suka One Direction, yang lagi wawancara juga. One Direction keluar duluan saya bodo amat, pas Noel keluar baru saya takjub," kata Ilham.
Sebaliknya, anak-anak muda yang menunggu bersamanya tak terlalu peduli pada Noel. Mereka hanya heboh saat para personel band bentukan X Factor Inggris 2010 keluar.
Setelah pertemuan itu, Ilham percaya ia bisa bertemu personel Oasis lain yang tinggal di London. Ia pun selalu memawa barang Oasis yang muat dimasukkan dalam tas sehari-hari setiap keluar rumah, agar bisa meminta tanda tangan bila bertemu salah satu personel.
Ilham juga pernah bertemu Liam dan gitaris Oasis, Bonehead.
"Bonehead bilang ‘
You f****ng insane', kalau Noel cuma bilang ‘
What the f**k.’ Waktu ketemu Liam saya tidak cerita karena speechless. Kalau dihitung, saya ketemu Noel sekitar lima kali, ketemu Liam sekitar tiga kali," kata Ilham.
[Gambas:Instagram]Malam tadi, saat
Liam Gallagher tiba di bandara menjelang konsernya di Indonesia hari ini, Minggu (14/1) Ilham kembali bertemu sang idola. Tak bosan, ia masih meminta tanda tangan untuk barang-barang koleksi museumnya. Sebagian barangnya bahkan disewa penyelenggara konser.
(rsa)