Jepang, CNN Indonesia -- Jauh sebelum Avanza, Innova, Camry, apalagi Alphard berkeliaran di jalanan, Toyota punya seri AA. Bentuknya seperti mobil lawas di kebanyakan film klasik. Kapnya lebar dan bagian belakang mobil melengkung. Itu merupakan mobil pertama yang diproduksi massal Toyota.
Pendiri Toyota sendiri, Kiichiro Toyoda yang membuat replikanya pada 1936.
 Toyoda AA, mobil pertama Toyota. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Replika Toyoda AA masih tersimpan rapi di Museum Toyota, Jepang. Lokasinya di Kota Nagakute, Prefektur Aichi, Jepang. Menuju ke sana tidak sulit, tinggal naik kereta Higashiyama dari Stasiun Nagoya. Setelah turun di Stasiun Fujigaoka, lanjutkan dengan kereta Linimo atau bis Meitetsu. Pengunjung langsung diturunkan di Museum Toyota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toyoda AA merupakan daya tarik pertama yang dipamerkan pada
CNNIndonesia.com saat berkunjung ke museum, Januari lalu. Kami tak bisa tak terpukau oleh bodi hitam mulus mobil itu. Setelah puas menikmati detailnya, pramuwisata mengajak kami naik ke lantai pertama.
Di sana, lebih banyak lagi mobil lawas memamerkan kegagahannya. Meski namanya Museum Toyota, tak hanya kendaraan produksi perusahaan otomotif asal Jepang itu saja yang dikoleksi. Ada pula berbagai kendaraan pabrikan lain dari berbagai zaman.
Sebut saja Benz Paten Motorwagen tahun 1886, Citroen 5CV Type C3 tahun 1925, Ford Model 40 tahun 1934, Chevrolet Convederate Series BA tahun 1932, Hispano Suiza K6 tahun 1935, Bentley 4 ½ Litre tahun 1930, Fiat 500 (Topolino) tahun 1936, Toyopet Crown Model RS tahun 1955, Cadillac Eldorado Biarritz tahun 1959, Ford Falcon tahun 1960, dan Messerchmitt KR200 tahun 1955.
 Koleksi di Museum Toyota. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Museum itu juga memiliki Morgen Aero tahun 1922, Bugatti tahun 1926, BMW 1500 tahun 1963, Lotus Elite tahun 1961, Toyota 2000GT Model MF10 tahun 1968, hingga kendaraan generasi terbaru, Lexus LFA tahun 2009.
Setidaknya terdapat 150 kendaraan berbagai merek tahun produksi yang menjadi koleksi Museum Toyota. Jumlah itu terus bertambah sejak Museum Toyota dibuka pada tahun 1989, yang bertepatan dengan peringatan 50 tahun berdirinya Toyota.
 Koleksi mobil di Museum Toyota. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Setelah puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan dan kafe yang ada di museum tersebut. Di sana pengunjung bisa beristirahat sembari makan dan membaca berbagai koleksi buku dipajang.
Berkeliling Museum Toyota yang buka Selasa hingga Minggu, pukul 09.30 hingga 17.00 waktu setempat itu, membutuhkan kocek 1.000 Yen atau sekitar Rp125 ribu untuk dewasa. Sementara lansia dikenai biaya 500 Yen dan pelajar sekitar 600 Yen.
 Pengunjung Museum Toyota harus membayar 1.000 Yen. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Museum Seni Kontemporer Abad 21Kalau di Prefektur Aichi ada Museum Toyota, Kota Kanazawa, Prefektur Ishikawa punya atraksi yang tak kalah menarik: Museum Seni Kontemporer Abad 21. Dari bernostalgia dengan mobil-mobil lawas yang memikat, kini kami dimanjakan gedung-gedung nan modern.
Museum Seni Kontemporer Abad 21 ditandai dengan bangunan unik yang didominasi kaca. Konsep arsitekturnya terbuka. Tak heran jika pengunjung terpikat, arsitek museum itu merupakan dua kenamaan asal Jepang, Kazuyo Sejima dan Ryue Nishizawa.
Mereka mendesain museum itu sebagai 'alun-alun' Kota Kanazawa. Lokasinya di jantung kota dan mudah dijangkau. Dari Bandara Komatsu, naik bus menuju Terminal Kanazawa, yang dilanjutkan bus lokal langsung menuju museum. Ia juga bisa ditempuh dengan kereta.
Dari Stasiun Kanazawa, tinggal naik bus menuju Hirosaka, lalu Korinbo.
 Kolam renang menjadi salah satu koleksi permanen di museum. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Pencinta seni tidak akan menyesal mengunjunginya, karena bangunan museum berluas lebih dari 20 ribu meter persegi. Ada pameran dari seniman yang berbeda setiap periodenya. Saat kami berkunjung, seniman kontemporer Janet Cardiff dan George Bures Miller tengah menjadi pemaran utama. Tujuh karya kontemporer diletakkan di tujuh ruangan berbeda.
Untuk menyaksikan pameran itu, pengunjung harus merogoh kocek 1.000 Yen atau sekitar Rp125 ribu. Namun jika sekadar masuk dan menikmati keindahan arsitektur, pengunjung sama sekali tidak dipungut biaya.
 Salah satu koleksi menarik di museum. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Selain karya dalam pameran, kami juga sempat menikmati karya-karya permanen milik sejumlah seniman besar dunia yang dibangun di kawasan museum, seperti The Swimming Pool karya Leandro Erlich, Green Bridge karya Patrick Blanc, Wrapping karya LAR dan Fernando Romero, serta Klangfeld Nr.3 für Alina karya Florian Claar.
(rsa)