Jakarta, CNN Indonesia -- Ruko Blok A nomor 20 di kawasan Lotte Fatmawati, Jakarta Selatan itu berbeda dibanding yang lain. Bukan promosi jualan barang yang menyambut
CNNIndonesdia.com saat datang dan memarkir kendaraan. Di depan ruko itu, terdapat
action figure penjahat super
Marvel.
Black Order sampai Thanos seakan 'menjaga' bangunan itu.
Namun ruko tiga lantai itu bukan markas sang penjahat di
Avengers: Infinity War. Bernama Marv Toys, lantai dua bangunan itu justru merupakan tempat para penggemar Marvel di Indonesia, yang tergabung dalam Komunitas Marvel Indonesia (KMI), berkumpul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi Fadim, salah satu pendiri KMI menyambut
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
"Anak-anak biasanya ke sini kalau ada rapat menjelang acara. Atau kadang datang buat nongkrong saja," kata Dedi yang pada September 2009 membentuk KMI bersama lima pencinta Marvel lain. Mereka berlima bertemu setelah berdiskusi pahlawan super di dunia maya.
Lima orang itu bak Avengers. Tinggal di lokasi yang berbeda-beda-Jakarta, Bandung, Solo dan Surabaya-serta punya ketertarikan yang tak sama. Ada kolektor komik, penggila film, kolektor
merchandise, sampai yang suka menggambar. Mereka disatukan kecintaan terhadap pahlawan super Marvel. Suatu saat, mereka bertemu di sebuah pameran di Jakarta.
"Di pertemuan itu kami setuju untuk membuat KMI," kata Dedi.
Mereka pun langsung membuat blog sebagai wadah pencinta pahlawan super Marvel. Namun responsnya sangat kecil. Blog pun ditutup dan mereka berpindah ke akun
Facebook.
Tak ingin sekadar memakai nama Marvel, Ketua KMI Krisna mencoba mendapatkan legitimasi dari Marvel Entertainment. Ia pun mengirim surat elektronik kepada perusahaan komik asal Amerika itu. Tanpa mengharap balasan, surat elektronik dikirim pada September 2009.
 Komunitas Marvel Indonesia berawal dari hanya lima orang pencinta Marvel. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Dedi menjelaskan, e-mail itu berisikan permintaan izin mendirikan komunitas di Indonesia. Dalam e-mail itu juga dijelaskan bahwa komunitas berisikan penggemar Marvel.
"E-mail itu baru dibalas tiga bulan kemudian, kata mereka kami boleh mendirikan komunitas asal tidak dengan tujuan komersil," kata Dedi. Balasan itu seakan menjadi 'dasar hukum' berdirinya KMI. Marvel Entertainment pun sudah mengizinkan mereka berdiri.
"Sampai sekarang e-mail itu masih ada, bahkan di-
print," kata Dedi sambil tertawa.
 'Gerbang' menuju markas KMI. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Sejak terbentuk, KMI belum memiliki markas dan hanya berdiskusi di dunia maya. Lewat
Facebook mereka sering memberikan fakta-fakta menarik pahlawan super yang belum diketahui banyak orang. Akhirnya orang yang membaca pun penasaran dan ikut berdiskusi.
Cara itu berhasil membuat banyak orang bergabung di akun
Facebook KMI. Namun kelamaan akun itu makin berantakan, karena yang aktif berkomentar bisa sembarang orang. Akhirnya pada 2011 pendiri KMI memutuskan membuat grup itu terbatas hanya untuk orang yang disetujui.
"Bukan mau eksklusif atau apa, tapi kami enggak ingin komunitas ini hanya sekadar nama dan berantakan. Mereka yang mau gabung harus isi formulir yang kami kasih, supaya kita tahu seberapa suka Marvel dia," kata Dedi menjelaskan.
Saat
The Avengers rilis pada 2012, anggota KMI bertambah secara signifikan. Banyak orang yang ingin mengetahui lebih dalam tentang pahlawan super Marvel. Hampir setiap minggu anggota KMI bertambah belasan orang, padahal biasanya hanya satu sampai dua orang.
"Sekarang anggota di
Facebook ada sekitar 10 ribuan, kalau di Jakarta ada 100-an. Cabang komunitas sampai saat ini sudah ada di Bandung, Surabaya, Solo, Bali, Medan, Palembang, Samarinda, Jambi, Manado dan Makassar," kata Dedi.
Anggota yang semakin banyak membuat KMI dilirik berbagai perusahaan ketika ada film Marvel Cinematic Universe yang tayang. Biasanya mereka diajak nonton bersama film itu.
[Gambas:Video CNN]"Ya sesuai komitmen awal, kami enggak komersial. Jadi bentuk kerja samanya mereka promo sesuatu dan kami dapat nonton. Paling kalau ada bayaran itu untuk anggota kami yang
cosplay, biasanya Rp500 ribu untuk satu
cosplayer," kata Dedi.
Anggota KMI Ikhwanussofa alias Oplet menambahkan, "Ini sampai 2020-an agenda kami sepertinya padat. MCU kan akan rilis film terus, setahun bisa dua kali."
Dua tahun belakangan KMI menggagas acara baru bertajuk 'Talking Marvelties.' Itu merupakan acara bincang-bincang membahas apa pun yang berkaitan dengan Marvel. Biasanya mereka mengundang komikus Marvel asal Indonesia dan mengadakan berbagai lomba memeriahkan acara.
Bertemu Bos MarvelSalah satu agenda KMI yang pernah membawa mereka bertemu langsung dengan salah satu petinggi Marvel adalah sebuah konvensi komik Indonesia di Jakarta pada 2014. Ajang itu digelar promotor asal Singapura. KMI diajak bergabung setelah ditanya keabsahan mereka.
Tak disangka, acara itu mempertemukan mereka dengan Pemimpin Redaksi Komik Marvel, C.B. Cebulski. "Satu hari sebelum acara kami lagi persiapan, tiba-tiba ada bule bertubuh tambun yang datang ke
booth kami dan bilang 'Oh, di sini ada komunitas Marvel?'," cerita Dedi.
Ia lantas menjelaskan tentang KMI padanya.
"Kami tahu Cebulski, tapi belum pernah lihat langsung jadi enggak tahu fisiknya. Dia enggak nyangka kalau ada komunitas Marvel di Indonesia, dia mengapresiasi. Akhirnya dia minta foto bareng dan tanda tangan di
banner KMI," tutur Dedi lagi, bangga.
KMI kembali bertemu Cebulski Januari lalu. Selang beberapa tahun, ia ternyata masih ingat.
"Baru kami mau mengenalkan diri, Cebulski ngomong duluan 'Kalian komunitas di konvensi 2014 lalu kan?' Ternyata dia masih ingat, enggak nyangka sih," kata Dedi.
 Action figure di markas KMI. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Koleksi Jutaan RupiahKMI bukan sekadar komunitas euforia yang punya banyak acara. Beberapa anggotanya, yang memang pencinta Marvel, juga punya koleksi yang nilainya bisa mencapai jutaan rupiah. Sebagian besar koleksi itu disimpan rapi di markas mereka di Fatmawati.
Pada lantai dua markas yang baru ditempati KMI pada 2010 itu, terdapat lemari kaca yang berisikan koleksi action figure milik Dedi. Ada juga koleksi anggota KMI yang dititipkan.
"Kadang kalau habis pameran anak-anak suka malas bawa pulang, akhirnya pada nitip di sini. Sama di sini juga ada diorama pahlawan super melawan penjahat super berukuran 2 X 1 meter. Diorama ini kami yang buat untuk pameran," kata Dedi.
 Koleksi di markas KMI. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Dedi salah satu anggota KMI yang paling gila koleksi
action figure. Ia mulai mengoleksi sejak 2007. Koleksi pertamanya adalah
action figure Iron Man, seharga Rp350 ribu.
"Sejak itu saya sering banget beli
action figure berbagai karakter. Tapi belakangan sudah dijual, sekarang lebih fokus koleksi karakter yang masuk ke Avengers," kata Dedi.
Kurang lebih saat ini Dedi memiliki 150
action figure yang per barangnya berharga sekitar Rp400 ribu. Ia juga punya dua patung Iron Man, satu seharga Rp900 ribu dan satu lagi Rp3 juta. Ia mengaku tidak menghitung uang yang ia keluarkan untuk membeli
action figure.
 Dedi termasuk penggila action figure karakter Marvel. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Semua mainan itu ia anggap sebagai investasi jangka panjang. Tak jarang Dedi menjual beberapa
action figure yang sedang diminati banyak orang.
"Setelah dijual, uang itu saya pakai untuk beli
action figure lagi. Beberapa juga ada sih
action figure yang memang saya beli untuk dijual. Biasanya satu
action figure bisa untung Rp20 ribu sampai Rp30 ribu," katanya menjelaskan. Keuntungan itu ternyata lumayan.
"Kalau laku sepuluh, kan, bisa dapat sekitar Rp300 ribu, bisa buat beli satu
action figure lagi. Ya, sebenarnya koleksi seperti ini, kan, buat kepuasan pribadi," ia menambahkan.
 Ruang KMI yang dipenuhi koleksi. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Berbagai cara Dedi tempuh untuk mendapat
action figure yang ia inginkan, terutama yang langka. Mulai dari membeli lewat situs eBay, sampai datang langsung ke Amerika.
Patung Iron Man seharga Rp900 ribu miliknya misalnya, didapat Dedi ketika berkunjung ke Amerika Serikat. Ia tak ingin kehabisan patung itu karena cukup langka.
"Saya sekarang sudah berkeluarga, selama uang untuk beli
action figure enggak mengganggu kebutuhan keluarga, istri saya membolehkan," kata ayah dua anak itu.
(rsa)