ANALISIS

Mengukur Kemampuan Film '212' Memutihkan Bioskop

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mei 2018 06:55 WIB
Film '212 The Power of Love' berambisi 'memutihkan' bioskop dengan satu juta penonton, namun di sisi lain, jumlah layar film tersebut amatlah sedikit.
Film '212 The Power of Love' berambisi 'memutihkan' bioskop dengan satu juta penonton, namun di sisi lain, jumlah layar film tersebut amatlah sedikit. (dok. Warna Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Film 212 The Power of Love yang terinspirasi dari kejadian aksi damai 2 Desember 2016 lalu resmi rilis Rabu (9/5).

Dalam masa promosinya, film garapan Warna Pictures itu berambisi untuk mampu 'memutihkan' bioskop seperti ketika massa 212 memadati kawasan silang Monumen Nasional, satu setengah tahun lalu.

Ambisi 'memutihkan' itu bisa ditangkap sebagai para alumni 212 bersiap memenuhi bioskop untuk menonton film tentang pencarian makna agama oleh seorang jurnalis tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi serupa pernah terjadi sebelumnya pada satu dekade lalu, ketika kelompok agamis berbondong-bondong ke bioskop untuk menyaksikan film Ayat Ayat Cinta (2008). Hingga kini, AAC masih dianggap sebagai salah satu ikon film religi dengan kesuksesan menjual 3,7 juta tiket.


Apalagi, Oki Setiana Dewi selaku eksekutif produser sempat berujar kepada media pada Februari 2018, menargetkan satu juta penonton untuk film 212 The Power of Love.

Namun dalam kenyataannya, film The Power of Love yang mendaulat para alumni aksi 212 dan sejumlah pesohor tersebut mendapatkan jumlah layar yang terbilang amat sedikit untuk sampai di tahapan 'memutihkan bioskop'.

Berdasarkan penghitungan CNNIndonesia.com pada tiga jaringan bioskop terbesar di Indonesia, yaitu Cinema XXI, Cinemaxx, dan CGV, 212 The Power of Love hanya diberikan 135 layar di kisaran 40 kota di Indonesia, per hari pertamanya, Rabu (9/5).

Angka tersebut jauh berbeda dengan AAC yang notabenenya disokong MD Pictures.


Memantau dari laman resmi Cinema XXI, jaringan bioskop terbesar dengan kepemilikan 970 dari 1.578 layar lebar di Indonesia itu hanya memberikan 80 layar pada film 212 di 25 kota. Jakarta jadi kota dengan layar terbanyak, yaitu tiga layar di tiga lokasi.

Jaringan Cinemaxx yang dimiliki oleh Lippo Group diketahui memberikan 22 layar untuk film 212. Sedangkan CGV Blitz yang dimiliki oleh investor Korea Selatan memberikan layar terbanyak untuk 212, yaitu 83 layar di 31 lokasi bioskop mereka.

Dengan jatah rata-rata layar film 212 adalah satu layar dengan jam penayangan dua hingga lima kali per layar per hari, maka pihak produser harus bekerja keras untuk bisa 'memutihkan' bioskop. Salah satunya adalah dari menambah kopian film.

Satu dekade lalu, MD Pictures menyokong AAC dengan menduplikasi film tersebut hingga lebih dari 120 kopi, padahal biasanya film lokal kala itu cukup puas menduplikat filmnya sampai 30-an kopi.

Film '212 The Power of Love' diisi oleh sejumlah alumni gerakan 212. Film '212 The Power of Love' diisi oleh sejumlah alumni gerakan 212. (dok. Warna Pictures)

Dengan jumlah besar itu, AAC bisa ditayangkan lebih dari dua layar di satu bioskop. Jangan lupa, kala itu pembajakan film lokal masih 'liar' dengan bertebarnya ragam cakram padat (VCD) bajakan di pasaran dan MD menunjukkan keseriusannya ingin menguasai bioskop melalui AAC.

Sedangkan berdasarkan jumlah layar yang diberikan pada film 212, hampir bisa dipastikan jumlah kopi film ini tak memungkinkan adanya penayangan lebih dari dua layar dalam satu bioskop.

Di sisi lain, jumlah layar film 212 yang sedikit bisa datang dari kebijakan bioskop yang tak ingin melepas layarnya dari Avengers: Infinity War yang masih menguasai layar di pekan keduanya.

Secara bisnis, jaringan bioskop sudah dipastikan tak ingin melewatkan kesempatan mendulang pundi-pundi dari pertarungan sengit pahlawan Marvel menghadapi Thanos hingga masa euforianya diramal berakhir dua pekan lagi.


Warna Pictures tampaknya sadar akan posisi yang berhadapan langsung dengan blockbuster seperti Avengers: Infinity War. Dengan pemasaran seadanya melalui media sosial, sumber lain pun digunakan, yaitu pengerahan massa alumni 212.

Pengerahan massa alumni 212 ini penting dilakukan. Bila performa film 212 buruk di mata bioskop, jumlah 135 layar tersebut bisa anjlok. Namun sebaliknya, bila performa penjualan tiket film 212 laris manis, maka tidak ada alasan bagi pihak bioskop tak menambahkan layar mereka.

Tampaknya strategi ini telah digunakan dan mulai berdampak cukup positif. Hal ini terlihat dari pantauan CNNIndonesia.com di sejumlah lokasi penayangan film 212. Semua jadwal penayangan penuh. Semua bangku terisi.

Kondisi tersebut terbilang sebagai kejutan. Biasanya, film lokal dengan genre religius yang tak terlalu komersil seperti 212 The Power of Love ini hanya mampu mengisi tak sampai 30 persen dari jumlah bangku yang tersedia.

[Gambas:Instagram]

Dengan kondisi penonton memenuhi asumsi 90 persen bangku di 135 layar di Indonesia, berdasarkan penghitungan CNNIndonesia.com, maka film 212 diprediksi akan mampu menjual lebih dari 24 ribu tiket di hari pertama penayangannya.

Bila terkesan sedikit, namun sejatinya dengan jumlah penjualan tersebut film ini diprediksi sudah mendapatkan Rp899 juta. Angka ini cukup positif bagi film yang bujetnya diprediksi tak terlalu besar tersebut.

Andai pun euforia ini tetap bertahan melewati hari libur pada 10 Mei hingga akhir pekan pada 13 Mei nanti yang merupakan akhir pekan pertama film ini, 212 The Power of Love diprediksi hanya mampu menjual 162-190 ribu tiket yang setara dengan Rp5,9-7 miliar.

[Gambas:Youtube]

Dengan prediksi capaian tersebut, peluang film 212 The Power of Love untuk 'memutihkan' bioskop, atau minimal mendapatkan satu juta penonton, tampaknya akan amat sulit walaupun punya basis massa yang mencapai angka tersebut.

Namun mengingat jumlah pendapatan kotor yang bisa didapat hanya dengan penjualan tiket tersebut, film ini tetap mampu mengeruk keuntungan dari basis masa alumni 212. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER