Menanti Akhir Nasib Si Doel di Tangan Rano Karno

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Jul 2018 11:46 WIB
Rano Karno adalah pemeran pertama karakter Doel pada 1972. Tapi kemudian, ia juga sebagai pengembang dan penentu nasib Doel di era modern.
Rano Karno adalah pemeran pertama karakter Doel pada 1972. Tapi kemudian, ia juga sebagai pengembang dan penentu nasib Doel di era modern. (CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak usia 12 tahun Rano Karno sudah menjadi aktor dengan membintangi film Si Doel Anak Betawi (1972). Ia berperan sebagai Doel, seorang anak Betawi yang hanya sekolah sampai tingkat Sekolah Rakyat (SR) yang setara Sekolah Dasar. Tapi setelahnya, ia adalah penentu akhir karakter Doel.

Film Doel itu diadaptasi dari novel Si Doel Anak Betawi (1932) karya Aman Datuk Madjoindo yang diterbitkan Balai Pustaka. Sebelum berperan dalam film, Rano sendiri sudah membaca novel tersebut. Hanya satu hal yang ia protes dari novel dan film, yaitu Doel hanya lulusan SR.

"Doel harus sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selama 17 tahun cerita sinetron Si Doel Anak Sekolahan ada dalam kepala saya," kata Rano saat mengunjungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 1993, Rano mulai menulis naskah sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ia akan berperan sebagai Kasdoellah alias Doel. Pada saat bersamaan, ia juga memikirkan aktor-aktor yang dirasa tepat untuk memerankan karakter lain. 


Rano menilai Benyamin Sueb merupakan aktor yang tepat untuk memerankan ayah Kasdoellah yang bernama Sabeni. Sebelumnya Benyamin juga berperan sebagai ayah Doel dalam film Si Doel Anak Betawi.

"Si Doel Anak Sekolahan enggak ada sangkut paut dengan film Si Doel Anak Betawi. Tapi diilihami film tersebut, di credit title selalu ada penjelasan," kata Rano.

Usai rampung menulis naskah, Rano datang ke salah satu televisi swasta untuk menawarkan cerita sinetron. Walau sudah menjadi aktor terkenal, Rano tidak diterima dengan terbuka oleh televisi tersebut.

Rano ingat ia datang berkali-kali selama enam bulan dan sering menunggu di ruang tunggu. Pihak stasiun televisi menolak dengan berbagai alasan, mulai dari cerita yang dianggap 'kampung' sampai pemain yang tidak terkenal.

Hanya Rano, Benyamin dan Aminah Cendrakasih yang dikenal oleh stasiun televisi tersebut. Sementara Mandra, Cornelia Agatha, Maudy Koesnaedi belumlah terkenal.
Menebak Akhir Nasib Si Doel di Tangan Rano KarnoMaudy Koesnaedi berperan sebagai Zaenab dalam sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' (1994-2003).  (Dok. Karnos Film)
"Saya yakin mereka terima cerita karena kasian saya menunggu. Waktu itu saya sudah jadi pemain besar, tapi seorang Rano Karno [harus] nunggu di ruang tunggu," kata Rano sambil tertawa.

Sinetron itu mengisahkan seorang anak sulung dari keluarga Sabeni yang merupakan lulusan sarjana teknik dan dididik oleh ayahnya untuk menjadi 'orang'. Rano pun memberikan unsur Betawi yang kental, mulai dari dialek, hingga bentuk rumah juga alat kesenian.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat lebih banyak mengenal kisah percintaan Doel dengan dua wanita yang sama-sama jatuh cinta kepadanya, yaitu Sarah (Cornelia Agatha) dan Zaenab (Maudy Koesnaedi).

Drama percintaan itu ternyata membawa untung. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan menjadi serial televisi Indonesia terpanjang kala itu dan tersukses, tayang selama enam musim, 124 episode, dari 1994 hingga 2003.

Di akhir cerita, Doel menikah dengan Sarah dan Zaenab menikah dengan pria yang mempersuntingnya.
Menebak Akhir Nasib Si Doel di Tangan Rano KarnoSeiring berjalannya waktu, masyarakat lebih banyak mengenal kisah percintaan Doel dengan dua wanita yang sama-sama jatuh cinta kepadanya, yaitu Sarah (Cornelia Agatha) dan Zaenab (Maudy Koesnaedi). (Dok. Falcon Pictures)
Tapi cerita cinta segitiga itu belum berakhir dan berlanjut pada serial televisi Si Doel Anak Gedongan (2005). Zaenab bercerai dengan suaminya usai keguguran. Sedangkan Doel menghadapi guncangan rumah tangga akibat Doel membantu Zaenab menyelesaikan masalahnya.

Sarah yang tak kuasa menahan cemburu, minggat ke Belanda. Mereka belum resmi bercerai, tetapi Sarah tetap meninggalkan Doel. "Kenapa Doel enggak ke Belanda, dia enggak sanggup nyusul karena enggak punya uang," kata Rano menanggapi akhir serial tersebut.

Kisah cinta masih berlanjut pada film televisi Si Doel Anak Pinggiran (2011). Doel masih menantikan Sarah kembali meski tak pernah memberi kabar. Pun akhirnya Doel menikahi Zaenab.

Ternyata cerita itu menggantung di akhir film, seperti nasib Zaenab yang menjadi istri kedua Doel sedangkan pria itu masih mencintai Sarah. Pun begitu dengan nasib anak Doel dan Sarah yang tak banyak terungkap.


Polemik itulah yang kemudian menjadi landasan cerita Si Doel The Movie (2018). Secara garis besar cerita, pengembangan film ini lebih berat pada kisah cinta segitiga antara Doel, Sarah, dan Zaenab, alih-alih perjuangan seorang anak Betawi untuk lulus pendidikan dan membantu orang tuanya seperti empat dekade silam.

Melihat perjalanan kisah Doel yang mencapai 24 tahun, Rano berencana melanjutkan kisah anak betawi itu usai film Si Doel The Movie. Tapi tidak dalam bentuk sinetron, melainkan dalam bentuk film.

"Film bisa menceritakan tentang Sarah dan Zaenab. Kan masih ada yang menggantung di situ, saya ingin menjawab yang belum sempat," kata Rano.

Dalam film Si Doel The Movie yang rilis pada 2 Agustus mendatang, Doel dan Sarah memiliki anak bernama Abdullah yang diperankan Rey Bong. Selama 14 tahun, dikisahkan anak itu hidup di Belanda dan tidak kenal budaya Betawi.

[Gambas:Youtube]

Rano mengisyaratkan kisah si Doel akan berlanjut pada anaknya yang juga dipanggil Dul. Dul akan ikut ke Jakarta dan mengalami kecanggungan budaya, terlebih ketika ia satu rumah dengan anak Atun (Suti Karno) dan Karyo (Basuki).

"Ini seperti konsep dulu lagi, dulu modern si Doel dan yang trasidional babe [Benyamin Sueb]. Kalau ini anaknya Doel yang modern," kata Rano. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER