Jakarta, CNN Indonesia -- Memperingati jelang satu dekade kepergian seniman besar
WS Rendra, keluarga serta sahabat membuat acara khusus di kawasan Cipayung, Jawa Barat yang merupakan kediaman sekaligus Bengkel Teater Rendra, Minggu (5/8).
Acara itu bakal menyugukan aktivitas kesenian selama sehari penuh dan memiliki tema 'Festival Kecil Rendra'. Banyak karya diadakan untuk mengenang Rendra yang berpulang pada 6 Agustus 2009 silam.
Anggota Bengkel Teater sekaligus panitia acara, Jay AM mengatakan selain untuk memperingati kepergian seniman dengan nama asil Willibrordus Surendra Broto Rendra itu, festival tersebut sekaligus sebagai respons terhadap situasi saat ini yang dianggap membuat seni dan kebudayaan sulit tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sulit tumbuh berkembang, harus dimotivasi dan diberi semangat agar melahirkan sesuatu. Dan kami pakai spirit Rendra," kata Jay.
Terlebih, kini semua orang dianggap oleh Jay terpaku pada politik dan ponsel. Aspek kehidupan lainnya bak angin lalu.
"Dengan spirit itu kalau bahasanya Rendra 'manjing ing kahanan' atau 'masuk ke dalam konteks'. Nah kita harus masuk ke sana, masuk, lalu menyemangati yang muda-muda untuk melanjutkan Indonesia agar punya mutu dan produktif," ujar dia.
Acara sendiri baru akan dimulai pada pukul 15.00 WIB hingga dini hari dengan beberapa kegiatan di antaranya adalah workshop, pertunjukan seni olah tubuh, vokal, tari dan sebagainya.
Festival di rumah Rendra ini bukan hanya diisi oleh seniman terkenal seperti Dodi Katamsi, namun juga pertunjukan oleh para murid sang maestro membawakan karya-karyanya. Sejumlah anggota komunitas seni dan mahasiswa juga ikut berpartisipasi.
Selain itu, film yang dibintangi oleh Rendra dan musisi Iwan Fals,
Kantata Takwa (2008), juga bakal diputar dalam acara tersebut. Kantata Takwa merupakan film dokumenter musikal karya Eros Djarot dan Gatot Prakosa bertema sosial politik dan kritik tajam pada sistem pemerintahan Orde Baru.
"Acara seperti Ini baru sekali. Selebihnya hanya sekadar tahlilan saja. Tahun ke-10 kami tidak tahu, apa punya rezeki atau tidak, soalnya kami punya obsesi agar semua karya Rendra akan dipentaskan oleh anak-anak," kata anggota Bengkel Teater Rendra, Budi Sadewo yang sudah bergabung di bengkal sejak 1990.
BerkarakterRendra, melalui bengkelnya, sudah mencetak banyak murid yang memiliki segudang keahlian dibidang seni. Tapi, menurut Dewo semua murid ditekankan untuk menjadi diri sendiri.
Dewo mengatakan bengkel tersebut didirikan tidak untuk mencetak "Rendra-Rendra baru", melainkan seniman yang akan mempunyai karakternya masing-masing.
"Tidak. Rendra menolak itu. Murid-murid dia tidak boleh sama, karena jika ini bertentangan. Karena Remdra harus mencetak orang dengan jati dirinya si A ya si A, bukan Rendra," kata Dewo.
Bagi Rendra, dijelaskan oleh Dewo bahwa terpenting adalah sebagai seniman harus mempunyai karya dengan karakter tersendiri. "Ya dituntut seperti itu agar punya karakter sendiri. Jadi tidak membunuh karakter," ucap Dewo.
WS Rendra dikenal sebagai sastrawan juga seniman besar Indonesia. Ia telah menghasilkan banyak karya sastra yang dikenal bukan hanya di dalam negeri namun juga mancanegara. Salah satunya adalah
Empat Kumpulan Sajak.
Ia pernah membuat kelompok teater bernama 'Bengkel Teater' di Yogyakarta pada 1967. Bengkel Teater amat terkenal di masanya karena dianggap memberikan suasana baru dalam kehidupan panggung drama teater di Indonesia.
Namun tekanan pemerintah Orde Baru di dekade '70-an membuat Rendra dan Bengkel Teater sulit pentas. Ia pun memindahkan Bengkel Teater tersebut ke Jakarta.
Dari didikan Rendra, lahir berbagai seniman terkenal lainnya, seperti Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lainnya.
(end)