Di Balik Wajah Sangar Harry Roesli

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 15 Sep 2018 10:57 WIB
Harry Roesli ternyata memiliki karakter yang bertolak belakang dari wajahnya yang terkenal sangar.
Harry Roesli ternyata memiliki karakter yang bertolak belakang dari wajahnya yang terkenal sangar. (Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cuaca Bandung pagi itu, di suatu hari di bulan September 2018, amat cerah. Udaranya yang masih menyisakan dingin menemani aktivitas sejumlah orang di sebuah rumah yang berplang 'Rumah Musik Harry Roesli' (RMHR).

Rumah dengan desain khas era '80-an di Bandung itu merupakan lokasi yang bisa dibilang bersejarah bagi musisi Kota Kembang. Rumah itu adalah kediaman musisi legendaris mendiang Harry Roesli.

Harry Roesli yang dikenal dengan berewok, pakaian serba hitam, rambut gondrong, topi ala Che Guavara, dan wajah sangar namun tatapan mendayu itu mestinya berusia 67 tahun pada 10 September lalu.

Namun ia telah tiada sejak 11 Desember 2004. Meninggalkan kesedihan, bukan hanya bagi sepasang anak kembar dan istrinya, tapi juga musisi Kota Kembang dan dunia musik Indonesia. Kala itu, Indonesia kehilangan putra sekaligus musisi jeniusnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah 14 tahun Harry meninggalkan dunia fana, tak ada lagi perayaan ulang tahun yang biasanya dirayakan Harry secara sederhana.

Biasanya kala ulang tahun, Harry hanya berkumpul bersama keluarga, para sahabat, dan anak jalanan yang ia asuh di rumah tersebut. Tak ada makanan mewah ala katering, hanya ada hidangan merakyat yang didapat dari pedagang kaki lima.

Harry Roesli memang tak suka kemewahan, walaupun lahir dari keluarga terpandang dan cucu pujangga besar Indonesia, Marah Roesli sang pencipta Siti Nurbaya.

Layala Khrisna Patria, anak Harry, tengah berada di rumah, menunggu CNNIndonesia.com yang sengaja datang di hari ulang tahun mendiang ayahnya itu. Ia menyapa kami dengan ramah. Perawakannya mirip dengan sang ayah.

"Lahami [kembaran Layala] sedang mengajar, dia dosen," papar Layala sembari mempersilahkan duduk.

Layala Khrisna Patria, Anak Harry Roesli.Layala Khrisna Patria, Anak Harry Roesli. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)

Di sisi rumah yang lain, istri Harry, Kania Perdani Handiman tampak tengah asyik duduk di meja ruang keluarga berkutat di depan laptop sembari menghabiskan sarapan sepiring ketupat sayur. Usianya kepala enam tak menghentikan dirinya beraktivitas dengan jiwanya yang masih bergelora.

Layala masih ingat betul kebiasaan dan kelakuan tipikal bapaknya, termasuk bagaimana orang selama ini 'ketakutan' melihat Harry Roesli. Dengan catatan, orang itu mungkin belum mengenal Kang Harry.

"Dia itu sangat humoris ya. Banyak sekali bercanda-canda. Dia juga jahil sih. Mungkin kalau dari luar mah liat dia serem, sosok yang menakutkan, sangar gitu," kata Layala.

Salah satu kejahilan yang diingat Layala dari Harry adalah kala ia dan Lahami pernah dibangunkan mengunakan simbal drum. Ia menyebut dirinya 'setengah mati' kaget. Tapi bukan hanya dirinya, teman-temannya juga jadi korban kejahilan Harry.

Layala bak tenggelam dalam kenangan menyenangkan bersama sang ayah. Tawa puas Harry melihat anaknya jadi korban kejahilan masih terpatri dalam benak Layala.

Melihat Layala asik mengenang sang ayah, Kania rupanya ikut tergerak nimbrung dalam obrolan kami. Ia, yang dinikahi oleh Harry pada 1981 jelas memiliki kenangan yang beragam, baik di kala senang maupun susah.

"Dia tuh jahil, tapi itu justru yang mengisi hari-hari kami," kata Kania, yang rupanya sudah rampung dengan sarapannya dan ikut nimbrung di tengah keseruan Layala. Kenangan membawanya kembali nyaris empat dekade silam.

Kala itu, keduanya baru menikah. Namun berhubung Harry tengah menempuh pendidikan doktoral di Belanda, maka Kania pun diboyong. Di sana, Harry tengah menempuh pendidikan musik elektronik, hasil beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM).

Meski tinggal seadanya, namun Kania tak pernah melupakan canda dan tawa dirinya bersama Harry kala itu. Semua terasa indah, dan romantis.

"Dulu saat tinggal di Belanda, flatnya kecil banget, dia sering ngagetin saya. Semakin latah, semakin dia senang. Mungkin karena dia anak paling kecil, jadi paling manja dan suka cari perhatian," kata Kania.

Harry Roesli (kiri) bersama anak-anaknya.Harry Roesli (kiri) bersama anak-anaknya. (Dok. Pribadi)

Tapi Kania tak mengeluh akan kejahilan Harry, karena ia tahu suaminya memiliki karakter yang amat protektif terhadap keluarganya. Menurut Kania, sifat itu merupakan turunan masa lalu.

Sejak kecil, Harry tumbuh dalam keluarga yang sangat mapan. Dia bungsu dari seorang Jenderal bernama Roeshan Roesli. Kemana pun dirinya pergi, keberadaannya harus diketahui.

"Kalau misalnya [orang tuanya] enggak tahu, itu CPN [pengintai], rumah sakit, teman-teman [orangtuanya] semua ditelepon. Sangat protektif, jadi ya dia harus banyak di rumah," ungkap Kania.

Tanpa sadar, Harry melakukan hal yang sama kepada Layala dan Lahami. Menurut Layala, ia dan sang kembaran memiliki batas waktu untuk pulang kala pergi bermain. Bila melewati batas waktu, yaitu pukul 12 malam, maka mereka harus bersiap menghadapi Harry yang mengikuti jejak orang tuanya.

Pernah suatu kali, Layala dan Lahami terpaksa pulang terlambat. Pengingatan pulang dari Harry melalui pager pun sudah bak hujan di bulan Desember. Merasa tak mempan, Harry kirim pasukan yang terdiri dari paman Layala dan Lahami, ditambah beberapa orang.

Kania mendadak teringat kenangannya kala masih berpacaran dengan Harry. Merasa geli karena mendiang suaminya itu melakukan hal yang sama kepada anaknya seperti yang dilakukan orang tua dulu.

"Seluruh bala tentara disuruh cari! Kalau apel [kencan] lebih dari jam 12 juga dimarahin. Dulu soalnya dia [Harry] juga begitu, lebih dari jam 12 sudah disusulin sama kakaknya," timpal Kania.

"Ketika anak-anak pulang, Harry ngasih ke saya. 'Tuh anak-anak pulang! Marahin!' katanya," kenang Kania yang kemudian menyebut tak pernah menuruti perintah suaminya itu. Bagi Kania, pengertian kepada anak agar tak lagi melakukan hal tersebut jauh lebih dibutuhkan alih-alih bentakan.

Selebihnya, keputusan baik atau benar itu akan diserahkan kepada anak-anaknya sendiri agar dapat belajar bertanggung jawab atas keputusannya.

Meski begitu, ada satu hal yang Kania sebut menjadi ketegasan mutlak dari seorang Harry Roesli. Narkoba. Harry benar-benar tegas soal barang tersebut, mengingat lingkungannya banyak korban narkotika.

Harry Roesli kala menjadi tajuk utama sebuah majalah.Harry Roesli kala menjadi tajuk utama sebuah majalah. (Dok. Pribadi)

Selayaknya orang tua pada umumnya, Harry tak ingin anak-anaknya terjebak dalam pergaulan negatif. Ia tak sungkan mengusir teman anaknya saat tahu mereka menggunakan narkoba.

"Rumah ini rumah banyak orang, kita enggak tahu siapa saja yang datang. Nah kebetulan pas teman saya ini datang, dia lagi pakai dan bodohnya ketemu bapak saya. Itu langsung ngamuk," kenang Layala. (end/end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER