Jakarta, CNN Indonesia -- Pyotr Verzilov, personel unit feminis Pussy Riot, dilarikan ke rumah sakit setelah diduga keracunan pada Kamis (17/9) waktu Rusia. Menurut salah satu anggota dan teman dekatnya, Veronika Nikulshina, pria yang diakui berwarganegaraan Kanada itu harus dirawat setelah menjalani persidangan.
"Penglihatannya berkurang... Awalnya kami menduga karena kelelahan, tapi kondisinya terus memburuk dan dia mulai tak bisa berbicara. Dia tak mengenaliku lagi, tidak bisa bereaksi apa-apa," kata Nikulshina dalam salah satu wawancara radio.
Tengah menunggu keluarnya hasil medis, Nikulshina punya pendapat lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak akan menyingkirkan kemungkinan kejadian ini terkait adanya campur tangan pihak lain," katanya.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, pun merujuk pada dugaan keberadaan agen mata-mata Kremlin di Inggris.
"Kami menangani masalah ini sangat serius, tapi saat ini terlalu awal untuk menarik kesimpulan apapun, tentang apa yang terjadi dan bagaimana," katanya.
Verzilov disebutkan telah dipindah ke Sklifosovsky, sebuah rumah sakit di Moskow yang memiliki unit perawatan khusus keracunan.
Seorang operator telepon rumah sakit itu mengonfirmasi bahwa Verzilov berada dalam kondisi serius.
Keempat personel Pussy Riot sedang ditahan selama 15 hari setelah mereka berlari masuk ke dalam lapangan di tengah pertandingan final Piala Dunia pada Juli lalu, sebagai bentuk protes terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh polisi Rusia.
Verzilov hadir pun saat vonis dijatuhkan kepada Nikulshina dan seorang personel lain.
"Teman kami, saudara, rekan terpercaya Peter Verzilov sedang dalam perawatan khusus. Hidupnya dalam bahaya. Kami pikir dia diracuni," tulis Pussy Riot di akun Twitter.
Tulisan itu pun disusul beberapa cuitan lain, termasuk meminta tolong informasi tentang ahli yang mempelajari tentang racun, dan pengumuman bahwa mereka telah menemukan yang dibutuhkan.
Nikulshina menegaskan kekasihnya yang bekerja di situs independen dan kerap menulis tentang sistem dalam penjara Rusia, tidak dalam kondisi mengonsumsi obat-obatan apapun.
(rea/ard)