Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah resor diving di pesisir Laut Merah, Sudan, menjadi saksi bisu lihainya agen intelejen Mossad dalam menjalankan operasinya pada tahun 1980-an.
Resor bernama Arous yang berisi 15 unit penginapan itu ternyata bukan cuma beroperasi sebagai tempat menginap turis, melainkan juga menjadi tempat penampungan ribuan pemeluk Yahudi asal Ethiopia.
Selama lima tahun, tepatnya sejak tahun 1981 sampai 1985, pemerintah Sudan dan penduduk lokal tak ada yang mengetahui operasi rahasia yang dijalankan agen Mossad di resor tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari luar, Resor Arous beroperasi sebagai tempat penginapan milik orang Eropa yang mempekerjakan warga lokal.
Fasilitas dan layanannya terkait wisata bahari di Laut Merah.
Ide operasi itu dicetuskan oleh Perdana Menteri Israel saat itu, Menachem Begin, yang ingin menyelamatkan kaum Yahudi Ethiopia dari aksi persekusi berdarah pada tahun 1977.
Begin menunjuk salah satu anggota agen Mossad, Daniel Limor, untuk menjalankan operasi yang dinamakan
'Operation Brothers' itu.
"Ia mengetahui saya gemar menyelam. Saya lalu mendapati ada resor yang pernah dikelola orang Italia di sekitar Sudan. Kami memutuskan melakukan operasi dari resor tersebut," kata Limor, yang juga mengatakan kalau kondisi perairan di sekitar resor sangatlah cantik dan kaya, bahkan ikan-ikan kecil sering menabrak kacamata penyelam yang sedang berenang.
"Sebenarnya ada tempat penampungan pengungsi, namun keamanan mereka tak terjamin. Banyak yang diperkosa atau dibunuh di sana," lanjut Limor.
Kisah yang diangkat dari buku
'Mossad Exodus' tulisan Gad Shimron, salah satu agen Mossad yang menjalankan operasi tersebut, sebentar lagi bakal menjadi film layar lebar yang diperankan oleh
Ben Kingsley,
Haley Bennett dan
Chris Evans.
Berjudul
'The Red Sea Diving Resort', film itu dibesut oleh sutradara asal Israel, Gideon Raff.
Lokasi syuting mengambil tempat di Afrika Selatan dan Namibia.
Kisah Penyelamatan HeroikUntuk memperkuat cerita, tim produksi melakukan diskusi langsung dengan kaum Yahudi Ethiopia yang sempat merasakan suasana Resor Arous.
"Kami menjadi mata, telinga dan kaki untuk agen Mossad," kata Miki Achihon, salah satu Yahudi Ethiopia yang ketika itu masih berstatus sebagai pelajar.
Tak ada telepon atau jaringan internet, semua rencana operasi dilakukan dari mulut ke mulut.
Termasuk informasi saat kaum Yahudi Ethiopia diminta datang ke Gurun Sudan untuk menunggu "jemputan" ke Resor Arous.
Dari gurun, sebanyak 200 orang yang berkumpul lalu diangkut ke dalam truk yang berjalan sejauh 700 kilometer sebelum sampai ke resor cantik itu.
"Tak ada kontrak, tak ada bayaran. Kami membantu operasi itu untuk rekan-rekan kami," ujar Achihon, yang lalu terjun ke militer Israel dan sempat berpangkat letnan kolonel.
Sampai di resor, seluruh penumpang diminta naik ke kapal milik Israel yang bakal mengantar mereka ke Tel Aviv, ibu kota Israel.
Hingga resor berhenti beroperasi karena mulai dicurigai oleh militer Sudan, agen Mossad mengklaim telah berhasil menyelamatkan sekitar 8.000 Yahudi Ethiopia.
"Kisah ini sangatlah menarik, cerita
James Bond Zionis," kata Shimron.
(ard)