Women Playwrights Conference dan Peran Ratna Sarumpaet

Tim | CNN Indonesia
Jumat, 05 Okt 2018 09:08 WIB
Ratna Sarumpaet dicekal ketika akan pergi ke Cile untuk hadir di Women Playwright International Conference. Di acara itu, Ratna punya peran sendiri.
Ratna Sarumpaet dicekal ketika akan pergi ke Cile untuk hadir di Women Playwright International Conference. (Detikcom/Muhammad Ridho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seniman teater sekaligus aktivis Ratna Sarumpaet ditangkap pihak kepolisian pada Kamis (4/10) malam di Bandara Soekarno-Hatta, sesaat sebelum pergi ke Cile. Ratna ke negara itu untuk menghadiri Women Playwright International Conference ke-11 di Ibu Kota Santiago.

Ratna mengaku dirinya akan menjadi pembicara dalam acara berskala internasional tersebut. Pun, Ratna menyebut dirinya menjadi anggota senior dalam organisasi yang diketahui mengkhususkan diri pada penulis naskah teater atau playwright perempuan itu.

Dalam buletin milik Women Playwright International Conference yang diterbitkan Agustus lalu, diketahui nama Ratna Sarumpaet memang tercatat sebagai senior advisors acara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia merupakan satu dari 12 penulis naskah teater perempuan di dunia yang dipilih menjadi penasihat senior dan satu-satunya dari Indonesia.


Ratna Sarumpaet bersanding dengan sejumlah penulis naskah lainnya dari luar negeri, seperti penulis Anna Kay France dari Amerika Serikat, Lene Therese Teigen dari Norwegia, dan Linda Parris-Bailey dari Amerika Serikat.

Acara Women Playwright International Conference sendiri mulai diadakan pertama kali pada 1989 di Buffalo, New York, dan diketahui diadakan setiap tiga tahun sekali.

Acara ini dibuat sebagai bentuk upaya mempertemukan para penulis naskah teater perempuan dari berbagai dunia guna saling menjalin komunikasi dan berbagi pengalaman untuk memperkaya pencipta naskah perempuan di dunia teater.

"Tujuan kami adalah memiliki dampak yang mendukung kerjasama dan membangun jembatan antar orang [penulis naskah teater perempuan] dari berbagai belahan dunia," kata Women Playwright International Conference dalam buletin kedua yang mereka terbitkan.

Ratna Sarumpaet kala dicegah berangkat ke Santiago, Cile. Ratna Sarumpaet kala dicegah berangkat ke Santiago, Cile, Kamis (4/10). (CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor)
"WPI [Women Playwright International] didirikan pada 1988 dan mengadakan konferensi pertamanya di Buffalo, New York, Amerika Serikat. Dua ratus wanita berasal lebih dari 30 negara hadir dalam pertemuan tersebut," lanjut pernyataan tersebut.

"Sejak saat itu, penulis naskah [teater] wanita telah berkumpul di Kanada, Irlandia, Yunani, Australia, Filipina, Indonesia, India, Swedia, dan Afrika Selatan. Pertemuan ke-11 akan diadakan di Santiago, Cile, pada Oktober 2018," katanya.

Organisasi yang menaungi para penulis naskah teater perempuan ini mengaku memiliki sejumlah tujuan, mulai dari memperluas peluang komunikasi antar penulis teater perempuan, meningkatkan produksi dan peluang terhadap penulis naskah teater perempuan, hingga membela hak perempuan untuk bisa menulis naskah sebuah pementasan.

Acara yang tahun ini yang memiliki tema "Territory, society, and female playwriting", memiliki sejumlah kegiatan, mulai dari pembacaan naskah, workshop, hingga bisa menampilkan pertunjukan sendiri. Acara pembacaan naskah dan pertunjukan harus melalui seleksi yang dilakukan oleh panitia.


Ketimpangan Gender 

Pada November 2006, Women Playwright International Conference diketahui pernah diadakan di Jakarta dan didukung oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso, dan Dewan Kesenian Jakarta.

Ratna Sarumpaet sendiri merupakan salah satu orang yang paling berperan dalam penyelenggaraan acara tersebut. Kala itu, ia tercatat sebagai steering committee sekaligus director.

Dalam sambutannya yang berjudul 'Women Playwrights International and World Issues' di buku program acara itu, Ratna Sarumpaet banyak menyinggung soal pembatasan ekspresi dan diskriminasi yang terjadi pada perempuan akibat minimnya pengetahuan dan pandangan konservatif, baik secara budaya, agama, hingga sosial.

"Dan lagi, literasi, terutama drama, adalah sarana sempurna untuk melawan semua bentuk konservatif, entah dalam agama, bermasyarakat, politik, atau sektor budaya," kata Ratna dalam sambutannya di buku itu.

Pencekalan Ratna Sarumpaet ke luar negeri terjadi sehari setelah pengakuan kebohongan penganiayaan,Pencekalan Ratna Sarumpaet ke luar negeri terjadi sehari setelah pengakuan kebohongan penganiayaan. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
"Sebagai penulis atau seniman, kita harus menggunakan bakat kita untuk memaksimalkan perlindungan Cultural Liberty [kebebasan budaya] dan membebaskan masyarakat (baik pria dan wanita) dari segala jenis ketakutan. Melindungi kesehatan dan kreativitas mereka sehingga mereka tetap menjadi 'manusia'," kata Ratna.

Ratna juga pernah menyinggung soal peran Women Playwright International dalam karier dan kehidupannya. Ia menyebut bahwa WPI secara kontinu memainkan naskahnya, 'Marsinah, A Song From The Underworld' untuk menekan pemerintah membebaskan Ratna yang dikurung sejak 10 Maret 1998 hingga 20 Mei 1998.

"Tak bisa ditampik atas dukungan ini, melalui sejumlah demonstrasi yang dilakukan di sejumlah negara, berbagai surat protes yang dikirim untuk pemerintah Indonesia, adalah sejumlah faktor tekanan internasional yang membuat saya bisa bebas," lanjutnya.

Women Playwright International sendiri disebut muncul untuk mendukung para penulis naskah teater perempuan yang semakin tersudut, baik secara jumlah maupun kesempatan berekspresi.


Media The Guardian pada 28 April 2015 melaporkan pertumbuhan penulis naskah perempuan tak menunjukkan perbaikan berarti. Di Inggris pada 2005, sebanyak 30 persen naskah pementasan dibuat oleh perempuan. Namun pada 2013, hanya naik satu persen menjadi 31 persen.

Di Amerika Serikat pun terjadi hal serupa. Dalam sebuah laporan American Theatre pada 2017, terjadi ketimpangan gender dalam penulis naskah teater. Tercatat pada kala itu, naskah teater yang dibuat oleh perempuan hanya 26 persen dari keseluruhan karya yang dihasilkan di tahun tersebut.

Media pementasan teater The Stage pun melaporkan pada September 2018, bahwa penulis naskah teater perempuan hanya mampu menghasilkan 28 persen dari konten yang muncul di National Theatre Inggris pada 2017-2018. Jumlah tersebut turun dari jumlah tahun sebelumnya, 42 persen. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER