Di Balik Suara 'Adem' Bruno Major

CNN Indonesia
Jumat, 26 Okt 2018 09:36 WIB
Sebagai pendatang baru, musisi indie asal Inggris Bruno Major memiliki pesona yang unik. Memulai karier sebagai gitaris, ia memberanikan diri jadi solois.
Sebagai pendatang baru, musisi indie asal Inggris Bruno Major memiliki pesona yang unik. (dok. Java Festival Production)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai pendatang baru, musisi indie asal Inggris Bruno Major memiliki pesona yang unik. Memulai karier sebagai seorang gitaris, Major memberanikan diri maju jadi solois.

Ia pun melahirkan album A Song for Every Moon pada 2017 silam. Album yang ia garap itu pun membawa dirinya memiliki penggemar yang terbuai akan suaranya yang adem seperti yang terjadi pada Rabu (24/10) malam.

Sebelum membius para penggemar dengan suara 'adem' miliknya, Bruno Major duduk bersama dengan CNNIndonesia.com membahas tentang alasannya bermusik hingga pengalamannya pertama kali ke Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Apa musik Anda sebenarnya?

Saya sangat terinspirasi dari musik jazz dan musik saya pun terpengaruh olehnya. Penulis lagu favorit saya itu musisi jazz lawas seperti Jimmy van Heusen.

Dalam menulis lagu, saya mencampurkannya dengan hal yang modern seperi hip-hop dan elektronik. Saya merujuk sejumlah musisi seperti Kendrick Lamar, Radiohead, James Blake, D'Angelo, dan banyak juga dari yang lain.

Saya pikir, dalam bahasa sederhananya, ini jazz dengan nuansa elektronik.

Mulai sebagai gitaris, kapan beralih jadi solois?

Ya, saya [jadi gitaris] hingga berusia 22 tahun. Saya belum menulis lagu sebelum pindah ke London, dan tak lama setelahnya baru menulis lagu. Saya tahu itu hal yang harus dilakukan. Ketika saya menulis lagu pertama saya, saya merasa ini lah yang seharusnya saya lakukan.

Apa lagu pertama itu?

Lagunya jelek. Lagu itu tentang tunawisma yang saya temui di bus. Dia dan saya mengobrol sebentar. Dia pria yang ramah dan, saya tak mengerti kenapa, tapi itu memengaruhi saya bahwa dia tak punya rumah. Mungkin saya harus merilis lagu itu.

Penampilan Bruno Major di Kemang, Rabu (24/10).Penampilan Bruno Major di Kemang, Rabu (24/10). (dok. Java Festival Production)

Tantangan terbesar dari gitaris ke solois?

Pertanyaan bagus. Karena ada sebuah tantangan besar. Karena saya menghabiskan terlalu lama bermain gitar, saya latihan enam jam sehari dan saya amat kompeten hingga tahu banyak hal. Sehingga ketika saya mengambil gitar dan melihatnya, saya melihat kumpulan skala, dan hal-hal teknis lainnya.

Sedangkan untuk menulis sebuah lagu, Anda tidak ingin memikirkan hal-hal yang berkaitan soal teknis atau pengetahuan tetapi tentang rasa.

Jadi untuk menjadi seorang penulis lagu yang baik, saya harus menaruh gitar saya jauh-jauh dan menulis lagu di piano. Saya selalu menulis [lagu] di piano meski saya bukan pemain piano yang andal.

Namun justru karena saya tak tahu banyak soal piano, kala saya bermain tiba-tiba ada momen magis ketika saya merasa 'Oh, apa yang baru saja terjadi?'. Hal itu adalah sebuah magis.

Momen seperti ini yang tak banyak terjadi kala saya bermain gitar karena saya sudah bermain gitar dalam waktu yang lama. Sedikit kejutannya.


Tentang album 'A Song for Every Moon', kenapa merilis lagu di dalamnya secara terpisah setiap bulan?

Sejujurnya, saya telah lama ingin membuat sebuah album dan saya tak pernah menemukan musik yang tepat. Saya punya banyak lagu, saya punya gitar, tapi saya belum memiliki rekaman musik saya.

Ketika saya membuat Wouldn't Mean a Thing, saya menemukan bahwa inilah yang saya cari dan saya tak ingin menunggu lebih lama lagi.

Saya membuat keseluruhannya dan merilisnya setiap bulan untuk mendapatkan hal yang menyenangkan dan segar bagi saya. Saya percaya bila saya merasa senang dan segar, maka orang juga merasakan hal yang sama. Jadi, saya merilisnya dan membuat untuk bulan depannya, dan seterusnya.

Lagu Anda terasa sendu. Apa ini terkait dengan momen patah hati?

Yeah, maksud saya, saya sedang menjalani sebuah hubungan ketika [menulis] A Song For Every Moon. Jadi, cukup lucu kala saya membuat judul lagu Wouldn't Mean a Thing saat saya merasa tak ada lagi yang tersisa.

Apapun itu, lagu ini menceritakan tentang hubungan yang gagal, hubungan yang sedang bergerak ke titik akhir. Sejujurnya saya senang memainkan Places We Won't Walk, sangat istimewa untuk saya.

Saya juga suka menyanyikan lagu Easily karena itu adalah lagu yang paling populer. Dan saya suka lagu Just The Same, saya sungguh bangga akan lagu itu. Saya menyukai momennya.

Bruno Major semula adalah gitaris.Bruno Major semula adalah gitaris. (dok. Java Festival Production)

Bagaimana cara Anda menulis lagu?

Tidak ada proses sama sekali. Itu acapkali berubah, kadang liriknya datang dan saya memberikannya nada.

Kadang pula saya membuat nadanya kemudian memberikan liriknya. Kadang, mereka datang sekaligus dan umumnya itu jadi hal terbaik. Kadang, amat menyebalkan sampai memakan waktu berbulan-bulan.

Saya terinspirasi oleh apa pun, buku yang saya baca, film yang saya tonton, kata yang saya dengar dari orang, reklame, apa pun.

Dengan siapa Anda ingin berkolaborasi?

Rendy Newman. Dia mungkin nomor satu, pahlawan sepanjang hidup saya. Beethoven juga. Saya membayangkan kembali ke masa lalu dan bermain musik dengannya. Itu keren.

Anda pertama kali ke Jakarta, bagaimana menurut Anda?

Saya baru mendarat empat jam lalu dan menghabiskan dua jam untuk tidur. Sehingga, saya belum banyak melihat-lihat namun sejauh ini menakjubkan.

Saya suka bir yang saya pegang ini [merk lokal]. Normalnya, saya hanya mengira ini seperti bir pada umumnya, namun ini pengecualian karena enak.

Di samping itu, ini adalah acara terakhir di tur Asia saya. Saya amat bersemangat dengan acara ini dan saya cukup senang bisa kembali pulang dan bertemu teman-teman saya. Jadi, saya dalam mood yang amat baik.


Bagaimana pengalaman tur Asia yang telah Anda jalani?

Sepenuhnya tak dapat dipercaya. Saya tahu banyak orang yang mengatakan itu namun perjalanan ini benar-benar tak dapat dipercaya.

Saya tak percaya saya punya penggemar di sini, di sebuah tempat yang amat jauh dari rumah saya. Saya tingal di sisi lain dunia dan saya pikir ini amatlah indah.

Saya pikir tur seperti ini 10 atau 15 tahun lalu hanya bisa dilakukan oleh, ya seperti U2, Coldplay, atau orang terkenal lainnya di dunia ini.

Namun kini, karena tidak ada negara lain selain internet, musik saya bisa mendapat tempat di mana pun atau siapa pun yang mendengarnya. Saya pikir ini hal yang hebat.

Apa rencana Anda selanjutnya?

Saya sedang membuat album lain, sudah separuh selesai. Setelah tur ini, saya akan ambil libur beberapa hari hanya untuk mengembalikan kembali stamina dan kembali ke studio untuk membuat album kedua saya.

[Gambas:Youtube] (dna/end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER