Jakarta, CNN Indonesia --
Ubud Writers and Readers Festival kembali diadakan di Ubud, Bali. Tahun ini adalah penyelenggaraan ke-15, setelah diadakan pertama kali di tahun 2004.
Menghadirkan 240 event diskusi dan lebih dari 180 pembicara dari berbagai negara, Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) merupakan salah satu festival
literasi terbesar yang rutin diadakan di Indonesia.
Ada Anuradha Roy dari India, Janet Steele dari Amerika Serikat, Kamin Mohammadi dari Iran, dan Gail Jones dari Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Indonesia, selain penyair Sapardi Djoko Damono yang tahun ini menerima penghargaan
Lifetime Achievement Award, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga menjadi 'bintang festival'. Susi hadir membicarakan isu-isu kelautan, dan juga membahas motonya yang terkenal dan menjadi meme di mana-mana: 'Tenggelamkan!'.
UWRF pada awalnya diinisiasi oleh Janet DeNeefe, sebagai
healing project pasca Bom Bali 1 meluluhlantakkan Bali.
"Karena kami ingin melakukan sesuatu untuk memulihkan komunitas dan mendorong semangat masyarakat. Dengan acara ini, kami berharap dapat membuat perbedaan dan diakui sama halnya dengan acara musik atau hal lain. Acara ini seharusnya dapat menjadi wadah yang menenangkan," kata Janet DeNeefe, Founder&Director UWRF.
Selain sebagai wahana pertemuan penulis dan pembaca, festival yang berlangsung pada 24-28 Oktober 2018 ini juga menjadi sarana untuk mempublikasikan aktivitas dan misi-misi literasi.
Dewi Ria Utari, PR Market Focus Country London Book Fair 2019, datang bersama timnya untuk mempresentasikan persiapan Indonesia dalam keikutsertaan di London Book Fair, Inggris, tahun depan.
Pada pameran buku internasional besar itu, Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang terpilih sebagai Market Focus Country.
Hadirnya berbagai festival literasi berskala internasional, menjadi hal yang menggembirakan. Mengingat masih sangat rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.
Dalam sejumlah survei literasi, Indonesia sering menempati peringkat yang tidak terlalu menyenangkan. Survei UNESCO tahun 2012, mencatat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari seribu orang, hanya ada satu orang yang serius membaca.
Sementara riset
The World's Most Literate Nations (WMLN) yang diadakan Central Connecticut State University pada 2016, menempatkan Indonesia di posisi 60 dari 61 negara yang disurvei. Hampir setara negara yang hancur karena konflik atau minim sumberdaya.
Dengan kehadiran festival semacam UWRF (Ubud Writers and Readers Festival) atau MIWF (Makassar International Writers Festival) yang mempertemukan penulis dan pembaca, diharapkan kondisi ini bisa berubah.
(fauzan mukrim/rea)