Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia berkembang dengan cepat, mulai dari soal teknologi, komunikasi, dan lainnya. Namun
bahasa Indonesia masih adem ayem kala banyak warga Indonesia memilih menggunakan sebagian porsi komunikasinya dengan bahasa asing.
Alasan memilih mencampurkan bahasa asing ke bahasa Indonesia ada banyak, salah satu yang paling sering didengar adalah sulitnya menemukan padanan kata yang tepat untuk ungkapan bahasa asing.
Masalah padanan kata ini berarti perihal kekayaan diksi bahasa Indonesia yang menjadi wilayah pengembangan yang ditugaskan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa alias
Badan Bahasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak dideklarasikan pada sembilan dekade lalu, bahasa Indonesia memang telah mengalami perkembangan, penambahan kata, hingga evolusi tata bahasa yang berbeda antar generasi bangsa.
Namun ternyata ketika dunia bergerak ke era digital atau milenial, bahasa Indonesia agak tergagap menghadapi pesatnya aktivitas dan perkembangan berbahasa masyarakat, yang salah satunya dipicu globalisasi.
Badan Bahasa sebagai pihak yang dilimpahkan tanggung jawab mengembangkan bahasa persatuan itu pun seolah mendadak berlari mengejar perkembangan zaman. Salah satunya contoh adalah digitalisasi Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia dalam format
online atau daring yang baru dilakukan sejak Oktober 2016.
Bukan hanya itu. Badan yang dikepalai oleh Prof Dadang Sunendar sejak 2015 itu juga baru-baru ini saja mempersingkat periode pembaharuan kosa kata KBBI. Jika semula dilakukan setiap lima tahun sekali, kini menjadi setahun dua kali.
Penyingkatan periode ini jelas menjadi beban baru bagi Badan Bahasa lantaran juga harus memangkas masa Sidang Komisi Istilah namun dengan jumlah kata yang mesti dibahas terus bertambah.
"Jadi pengembangan terus kami optimalkan. Selain itu kami juga mengembangkan teknologi, bertujuan memberikan pelayanan lebih baik lagi kepada masyarakat," kata Dadang saat bertemu
CNNIndonesia.com di kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Kosa Kata MenggunungMenambah kata dalam KBBI bukan sekadar mengentri. Sebuah kata baru bisa masuk KBBI bila ia mendapatkan usulan dari masyarakat, Balai Bahasa yang tersebar di 30 provinsi, serta media massa yang sering menggunakannya.
Kata yang dikumpulkan akan dibahas dalam Sidang Komisi Istilah. Setiap kata diseleksi dengan ketat oleh anggota sidang karena setiap kata yang ada dalam KBBI harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sejak 2017, kurang lebih dalam setahun ada 2.000 sampai 3.500 kata baru hingga saat ini terdapat 127 ribu kata dengan 130 ribu makna.
Proses tidak berhenti sampai kata masuk KBBI. Badan Bahasa harus melakukan pemutakhiran, baik dari aspek penulisan hingga makna kata yang dianggap salah dalam 'kitab suci' bahasa Indonesia itu.
[Gambas:Instagram]Belum lagi bila ada kendala teknologi dan tugas mengkaji kosa kata bahasa daerah bila ada yang diusulkan untuk diserap menjadi bagian bahasa Indonesia.
Badan Bahasa jelas tergagap menghadapi tugas mengembangkan kosa kata baru yang menggunung. Penambahan kata dalam KBBI masih jauh tertinggal dengan yang terjadi dalam percakapan masyarakat dan bahasa asing.
Bahasa Inggris misalnya. Dalam tujuh tahun terakhir, masyarakat dunia akrab dengan kata
selfie. Dua kata itu muncul di era generasi milenial yang aktif dalam dunia maya, terutama media sosial, termasuk di Indonesia.
Kepopuleran
selfie membuat pihak Oxford University menambahkan kata tersebut dalam kamusnya yang menjadi rujukan bahasa Inggris dunia itu pada 2013. Sedangkan dalam KBBI, padanan kata tersebut baru masuk pada 2017 dengan menyertakan swafoto sebagai padanannya.
Begitu pula dengan istilah asing
netizen. Kata yang muncul seiring dengan kepopuleran media sosial dalam satu dekade terakhir itu tercatat baru masuk KBBI pada 2017.
Tak PeduliKeterbelakangan empat tahun tersebut mungkin kecil secara angka. Namun dampaknya, masyarakat lebih awam dengan istilah asing dibanding padanannya dalam bahasa Indonesia.
Kondisi masyarakat tersebut diperparah dengan sosialisasi yang minimalis dan penegakan berbahasa Indonesia yang melempem. Hal ini pun berujung pada memudar dan menurunnya keterampilan berbahasa Indonesia di tengah masyarakat.
Situasi itu juga pernah ditulis oleh pegiat bahasa Indonesia Ivan Lanin dalam sebuah esai bertajuk Bahasa Indonesia dan Generasi Kini yang sempat dibawakan dalam sebuah diskusi di Komunitas Salihara pada Oktober 2018.
Dalam esai itu,Ivanmenyebutbahwamemudarnya bahasa Indonesia terjadi karena banyak masyarakat yang menyisipkan bahasa asing saat berbicara hingga menamakan sebuah lokasi.
Selanjutnya, salah satu yang menunjukkan penurunan keterampilan adalah nilai ujian bahasa Indonesia yang lebih rendah dari bahasa Inggris di sekolah. Pun terlihat dari tugas akhir mahasiswa, pemberitaan media massa, pengumunan pemerintah, dan surat resmi.
Ivan juga pernah mengadakan sebuah survei melalui Twitter tentang penyebab utama kesalahan berbahasa Indonesia.
Hasilnya, sebanyak 50 persen memilih penyebab utama kesalahan berbahasa Indonesia adalah karena tidak peduli. Kemudian sebanyak 31 persen karena tak tahu aturannya dan 19 persen karena tidak cermat.
"Ketidaktahuan tentang kaidah bahasa Indonesia disebabkan oleh kurangnya sumber rujukan dan minat orang untuk belajar. Ketidakcermatan bersumber dari kurang pedulinya penutur terhadap mutu. Ketidakpedulian berakar dari mentalitas bangsa sendiri," kata Ivan dalam esainya.
Butuh DanaDadang mengakui memang ada kendala dalam mengimplementasikan tugas pengembangan bahasa Indonesia. Kendala tersebut ia sebut berupa tidak banyak masyarakat yang aktif memberikan usulan, dana, dan sumber daya manusia (SDM).
"Untuk pengembangan kita butuh dana yang sangat besar. Para pekamus masih bekerja ketika yang lain sudah pulang, kerja mereka butuh keahlian, kesabaran dan biaya. Kendala biaya ada, tapi masih bisa berjalan," kata Dadang.
Dadang membantah Badan Bahasa lambat mengembangkan bahasa Indonesia. Namun ia terdiam kala CNNIndonesia.com menanyakan padanan kata untuk istilah 'single' yang akrab di dunia musik.
Single dalam pengertian dunia musik bermakna jenis dari rilisan karya yang biasanya berupa sebuah lagu dan merupakan bagian dari album atau berdiri sendiri dengan tujuan mempromosikan sang musisi atau album si musisi.
Wikipedia bahasa Indonesia yang ikut dikelola Ivan Lanin memilih kata singel sebagai padanan untuk
single. Namun KBBI yang merupakan sumber rujukan resmi dan ilmiah, tak punya saran sama sekali.
Dadan mengatakan bahwa bisa jadi padanan
single ada di kamus bidang ilmu seni. Ia pun mengakui banyak kosa kata dalam kamus berbagai bidang ilmu belum masuk dalam KBBI. Alasannya, masyarakat belum menguasai kata-kata dalam kamus tersebut.
Dadang pun mengatakan bahwa saat ini banyak kata dalam beberapa kamus bidang ilmu sedang mengantre masuk KBBI. Namun ia tak bisa memastikan kapan kata-kata itu sah dianggap sebagai bahasa Indonesia.
Hal tersebut cukup kontradiktif dengan pemaparannya bahwa akan selalu ada kata baru setiap enam bulan dan kata yang sering digunakan media massa akan bisa masuk dalam KBBI.
Single jelas sebuah kata yang sering digunakan media massa untuk mengabarkan perilisan karya musisi.
"[Coba] usulkan saja. Coba melalui aplikasi KBBI misalnya. Kalau punya pikiran mengenai terjemahan bahasa bisa saja usulkan, nanti dimunculkan juga seperti album solo. Itulah prosesnya," kata Dadang.