Kala Badan Bahasa Kalah Beken dari Ivan Lanin

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Minggu, 28 Okt 2018 10:49 WIB
Menambah kata saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah dalam berbahasa Indonesia. Ada masalah pembinaan yang tak kalah rumit.
Ilustrasi guru mengajar. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bahasa Indonesia memang mengalami perkembangan selama sembilan dekade terakhir, misalnya saja dengan penambahan kata. Namun hal ini tidak cukup membuat bahasa Indonesia dengan mulus digunakan di era globalisasi.

Ada tugas pembinaan yang juga menjadi beban Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa alias Badan Bahasa yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Pembinaan yang dilakukan pun terbilang amat luas. Mulai dari sekadar sosialisasi ke masyarakat hingga mengadakan sejumlah pelatihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Badan Bahasa Prof Dadang Sunendar mengklaim organisasi yang punya tugas mulia itu masih melakukan pembinaan, meski terbilang saat ini masih dalam lingkup yang sempit. Lembaga itu juga mengirimkan ratusan orang ke seluruh penjuru Indonesia, mulai ke lembaga pemerintah hingga sekolah.

"Pembinaan dilakukan terus, tugas teman-teman di pembinaan itu melakukan penyuluhan ke sekolah, desa, membantu Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan karena mereka yang langsung berhubungan dengan anak-anak kita," kata Dadang kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Kemudian ke media massa, BUMN, BUMD, pengusaha," lanjutnya. "Kalau ke sekolah itu jelas."

Satu cara lainnya adalah lewat media sosial, medium yang sejatinya punya jangkauan paling luas. Apalagi di era internet seperti saat ini, ketika nyaris semua individu memiliki setidaknya satu akun media sosial.

Badan Bahasa memang sudah memiliki akun media sosial. Lembaga itu mulai 'bergaul' sejak dua tahun terakhir, baik di Instagram maupun Twitter. Badan Bahasa telah memiliki 81 ribu pengikut di Instagram dan 32 ribu pengikut di Twitter.

Namun kemunculan Badan Bahasa di dunia maya tak serta merta mengalihkan kegandrungan masyarakat bertanya soal bahasa ke pihak ketiga.

Pihak ketiga yang menjadi 'selebritas' bahasa di dunia maya adalah pegiat bahasa Indonesia, Ivan Lanin.

Pria yang memiliki lebih dari 640 ribu pengikut di Twitter ini kerap menjadi sandaran warganet untuk bertanya mencari solusi permasalahan berbahasa yang mereka temui, meski sebenarnya Ivan juga adalah 'mitra' dekat Badan Bahasa.

Badan Bahasa sendiri tak ambil pusing dengan keberadaan pihak lain yang menjalankan fungsi 'misionaris', mengajari masyarakat soal bahasa.

"Masyarakat diberikan kebebasan untuk itu ya silakan, karena pada prinsipnya semua orang bisa memanfaatkan tentang urusan bahasa ini," kata Dadang.

"Asal masyarakat hati-hati saja. Kalau ditanya standar pasti datangnya ke Badan Bahasa, bukan ke siapa-siapa. Kalau pemanfaatan teknologi, ya tidak masalah," lanjutnya.

"Justru kami senang. Pak Ivan Lanin sering ke sini diskusi segala macam. Harapan saya lebih banyak Ivan Lanin lainnya, kami malah senang dan menjadi harapan kita. Orang malah jadi tertarik dengan urusan bahasa, jangan sampai tidak tertarik." kata Dadang.

Tak Lagi Ada

Klaim bahwa Badan Bahasa melakukan penyuluhan seperti disebut Dadang mungkin benar adanya, tapi bisa juga belum menyeluruh bila tak ingin disebut tak dirasakan kehadirannya.

Bila berjalan optimal, maka sepatutnya tidak ada lagi media massa yang masih menggunakan bahasa Indonesia yang berantakan. Atau hanya ada sejumlah media massa tertentu yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik.

Itu baru dari segi media massa. Atik Agustini, guru bahasa Indonesia di Cikal Kindergarten School sebagai sekolah yang menggunakan kurikulum internasional dengan tantangan menerapkan bahasa Indonesia lebih tinggi, mengeluh soal masalah pembinaan ini.

Atik mengatakan sempat mengalami pelatihan dari Kemendikbud, tapi itu beberapa tahun lalu. Kini, pelatihan itu tak lagi ia rasakan. Padahal ia menyebut para guru amat menantikan dan senang bila ada pelatihan secara rutin dari pemerintah.

[Gambas:Instagram]

"Bukan masalah bisa atau enggak bisa, tapi alangkah baiknya kami dapat dari ahlinya supaya referensi juga tambah banyak. Kalau referensi makin banyak, itu akan memperkaya guru," kata Atik usai mengajar beberapa waktu lalu.

Simak tantangan yang dihadapi Atik dalam mengajarkan bahasa Indonesia pada siswa TK di halaman selanjutnya...

'Hanya Bantu Bila Dibutuhkan'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER