
Tujuh Peribahasa yang Jadi Senjata Berbahaya
Jumat, 09 Jun 2017 21:05 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menguasai bahasa berarti menguasai dunia. Begitu prinsip yang dipegang cerita dalam komik Peri Bahasa yang mengabadikan peribahasa sejak awal tahun ini. Komik itu menjadi sisipan dalam Kosmik Second Orbit Issue 01 yang dirilis platform penerbitan komik lokal Kosmik.
Sejak beredar Januari lalu, komik karya Fachreza Octavio dan LSS itu sudah punya enam bab.
Peri Bahasa mengangkat pertentangan Polisi Bahasa dan Peri Bahasa. Polisi Bahasa bertugas mengontrol penggunaan bahasa agar sesuai kaidah yang berlaku. Di sisi lain, sekelompok orang yang tergabung dalam Peri Bahasa justru menginginkan kebebasan penggunaan bahasa.
Mereka lantas berperang, menggunakan senjata berupa pantun dan peribahasa. Setiap serangan dikenal dengan istilah karya. Adu karya, dalam komik itu, sama dengan adu serangan.
Berikut beberapa peribahasa yang dijadikan senjata dalam Komik Peri Bahasa:
1. Diikat Tali Sehasa
Peribahasa ini berarti sedang berada dalam keadaan yang sangat terbatas.
Sesuai dengan artinya, saat peribahasa ini dikeluarkan, muncul seutas tali lebar yang diarahkan pada suatu objek. Tali itu kemudian melilit objek tersebut hingga tak dapat bergerak. Biar pun begitu, kekuatannya bervariasi tergantung penggunanya.
2. Jahit Sudah, Kelindan Putus
Efek dari serangan ini membuat jurus lawan tak akan berasa sehingga berarti apa-apa. Pasalnya, arti peribahasa ini sesungguhnya adalah sesuatu yang sudah habis sama sekali.
3. Kaca Dihempas Batu
Serangan ini dapat membuat semua yang dikenainya pecah berkeping-keping. Peribahasa ‘kaca dihempas batu’ sebenarnya berarti kesedihan atau kekecewaan yang mendalam.
4. Kurang-Kurang Bubur, Lebih-Lebih Sudu
Peribahasa ini mempunyai makna masalah kecil yang menjadi besar. Sama halnya ketika diterapkan, sentuhan-sentuhan kecil dari serangan ini justru menciptakan kerusakan yang hebat.
5. Seperti Sirih Pulang ke Gagang
Untuk membalas senjata ‘kurang-kurang bubur, lebih-lebih sudu,’ dapat menggunakan jurus ‘seperti sirih pulang ke gagang.’ Ia membuat semua yang hancur kembali seperti semula.
Serupa peribahasa ini, yang berarti kembali ke asal.
6. Delapan Tapak Bayang
Senjata ini mengambil arti literal dan bakal mengeluarkan delapan kaki bayangan dari dalam tanah dengan cepat jika digunakan. Arti peribahasa ini menunjukkan pukul 08.00 pagi.
7. Karam di Darat
Ketika digunakan, peribahasa ini akan melumerkan tanah yang dipijak hingga membuat orang di atasnya terjebak. Peribahasa ini sesungguhnya berarti celaka di tempat yang aman.
Sejak beredar Januari lalu, komik karya Fachreza Octavio dan LSS itu sudah punya enam bab.
Peri Bahasa mengangkat pertentangan Polisi Bahasa dan Peri Bahasa. Polisi Bahasa bertugas mengontrol penggunaan bahasa agar sesuai kaidah yang berlaku. Di sisi lain, sekelompok orang yang tergabung dalam Peri Bahasa justru menginginkan kebebasan penggunaan bahasa.
Lihat juga:Tradisi Balas Pantun di Komik 'Peri Bahasa' |
Berikut beberapa peribahasa yang dijadikan senjata dalam Komik Peri Bahasa:
1. Diikat Tali Sehasa
Peribahasa ini berarti sedang berada dalam keadaan yang sangat terbatas.
Sesuai dengan artinya, saat peribahasa ini dikeluarkan, muncul seutas tali lebar yang diarahkan pada suatu objek. Tali itu kemudian melilit objek tersebut hingga tak dapat bergerak. Biar pun begitu, kekuatannya bervariasi tergantung penggunanya.
Lihat juga:Lima Rekomendasi Film Akhir Pekan |
2. Jahit Sudah, Kelindan Putus
Efek dari serangan ini membuat jurus lawan tak akan berasa sehingga berarti apa-apa. Pasalnya, arti peribahasa ini sesungguhnya adalah sesuatu yang sudah habis sama sekali.
3. Kaca Dihempas Batu
Serangan ini dapat membuat semua yang dikenainya pecah berkeping-keping. Peribahasa ‘kaca dihempas batu’ sebenarnya berarti kesedihan atau kekecewaan yang mendalam.
4. Kurang-Kurang Bubur, Lebih-Lebih Sudu
Peribahasa ini mempunyai makna masalah kecil yang menjadi besar. Sama halnya ketika diterapkan, sentuhan-sentuhan kecil dari serangan ini justru menciptakan kerusakan yang hebat.
5. Seperti Sirih Pulang ke Gagang
Untuk membalas senjata ‘kurang-kurang bubur, lebih-lebih sudu,’ dapat menggunakan jurus ‘seperti sirih pulang ke gagang.’ Ia membuat semua yang hancur kembali seperti semula.
Serupa peribahasa ini, yang berarti kembali ke asal.
![]() |
Senjata ini mengambil arti literal dan bakal mengeluarkan delapan kaki bayangan dari dalam tanah dengan cepat jika digunakan. Arti peribahasa ini menunjukkan pukul 08.00 pagi.
7. Karam di Darat
Ketika digunakan, peribahasa ini akan melumerkan tanah yang dipijak hingga membuat orang di atasnya terjebak. Peribahasa ini sesungguhnya berarti celaka di tempat yang aman.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK