Meski Tergagap, Masih Ada Asa di Bahasa Indonesia

CNN Indonesia
Minggu, 28 Okt 2018 14:40 WIB
Bagi sastrawan Linda Christanty, selama bahasa Indonesia masih digunakan, ia akan selalu hidup dan punya asa di masa depan.
Ilustrasi bahasa. (Ramdlon/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sastrawan sekaligus wartawan Linda Christanty mengaku masih memandang optimis akan perkembangan bahasa Indonesia di masa depan. Meskipun, ia mengakui kegagapan berbahasa Indonesia menghadapi bahasa asing akan selalu terjadi.

Apalagi, bahasa Indonesia baru berusia 90 tahun. Sebuah usia yang masih terbilang muda dibanding bahasa-bahasa lain dengan penutur besar di dunia.

"Sangat menarik perkembangan bahasa kita dan saya sangat optimistis karena berbeda dengan bahasa negara lain yang mengakar dari bahasa ibu mereka, yang bahasa ibunya dijadikan bahasa nasional," kata Linda kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu di gedung Kemendikbud, Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Bahasa Indonesia itu adalah bahasa yang disepakati bersama. Pada waktu kita lahir, apakah nenek moyang kita dulu ada bahasa Indonesia? Tidak ada. Bahasa itu kita ciptakan, kita buat sendiri," lanjutnya.

Linda mengakui bahwa selama beberapa dekade terakhir, dirinya mengalami banyak perkembangan dalam berbahasa Indonesia. Ia mengambil contoh kala dirinya kecil, sang ayah menyebut "ramai" sebagai padanan untuk "macet".

Belum lagi soal perubahan tata bahasa seperti ejaan dan konsonan yang semakin modern, dan penambahan banyak kosa kata baru yang muncul dalam percakapan sehari-hari dan masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


Namun Linda menolak bila menyebut penambahan kosa kata sebagai satu-satunya tanda bila bahasa itu berkembang. Linda menyebut, sampai saat ini, bahasa Indonesia berkembang yang ditandai dengan penggunaannya dalam berbagai kesempatan.

"Bahasa kan tidak bisa hidup kalau tidak ada penuturnya, tidak ada teks tertulis, dia akan punah," kata Linda. "Kita masih berbicara bahasa Indonesia sekarang ini, karya sastra kita ditulis dalam bahasa Indonesia, buku-buku kita juga ditulis dalam bahasa Indonesia,"

Sastrawan peraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa itu menyadari perkembangan zaman dan kedinamisannya menghasilkan banyak istilah dan kosa kata baru yang sebagian besar dipengaruhi oleh teknologi dan ilmu pengetahuan.


Kata-kata tersebut kemudian akan mengalami 'seleksi alam', yaitu akan tetap bertahan bila digunakan dan akan punah bila tak ada yang memakainya. Dan kedinamisan tersebut disebut Linda akan terjadi di banyak bahasa di dunia.

Apalagi, kata Linda, bila istilah tersebut tercipta dari orang asing. Ia menyebut, ketika kata baru itu masuk ke Indonesia dan ditanggapi oleh masyarakat, akan butuh waktu untuk bisa masuk sebagai bahasa Indonesia.

Sehingga, Linda menganggap wajar bila ada periode tertentu bagi masyarakat Indonesia maupun pengelola bahasa Indonesia untuk beradaptasi dan tergagap menghadapi serbuan globalisasi.


"Itu merupakan PR orang yang bekerja di Badan Bahasa yang membuat kamus bahasa, dan kamus bahasa Indonesia akan terus berkembang," kata Linda.

"Menurut saya hal ini akan terus terjadi. Kata-kata muncul, teknologi masuk dengan cepat, sementara kata-kata baru, teknologi baru tidak dengan mudah diserap. Kecepatannya enggak akan selalu bisa sama, akan terus terjadi seperti ini," lanjutnya.

Linda Christanty menyarankan kepada masyarakat, sebagai penutur dan pewaris bahasa Indonesia, untuk juga aktif mengusulkan kata-kata baru ataupun padanannya kepada pihak lembaga bahasa.

Pun lembaga bahasa perlu cepat tanggap untuk menyesuaikan diri dengan banyaknya perubahan dan perkembangan berbahasa di masyarakat Indonesia, demi mempertahankan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER