Jakarta, CNN Indonesia -- Sutradara Mouly Surya memboyong Piala Citra kedua sebagai Sutradara Terbaik pada malam penganugerahan
Festival Film Indonesia (FFI), Minggu (9/12) kemarin di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Sebelumnya, sutradara yang menang berkat karya
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak ini mendapatkan penghargaan yang sama pada 2008 untuk karya berjudul fiksi.
Bagi Mouly, kemenangannya pada 10 tahun silam meninggalkan sebuah kisah menarik. Da merasa telah memiliki firasat lewat bagian sepatu yang lepas. Dan menariknya, kejadian itu terulang saat ia dinobatkan kembali sebagai Sutradara Terbaik.
"Ini lucu ya. Jadi tahun 2008, ketika saya menang
Piala Citra itu sepatu saya ada yang lepas bawahnya. Tadi barusan lepas juga loh. Saya bisikin suami saya, 'sepatunya lepas. De javu, enggak?'" kenangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain bercerita tentang firasat unik itu, Mouly turut mengungkapkan tentang insiden saat ia berhasil mengantongi
Piala Citra pertamanya. Dia mengingat, bahwa saat itu ia tak berani untuk menyampaikan pidato kemenangan. Kala piala sudah di tangan, ia memilih kabur.
"Itu saya enggak pidato sama sekali. Saya langsung kabur, enggak berani. Gila nih di tv nasional, gitu kan istilahnya," ungkapnya.
Keterkejutannya diungkap menjadi alasan ia tak sanggup berkata-kata. Terlebih dia memenangkan penghargaan untuk film pertamanya hingga lebih memilih kabur ketimbang harus berdiri terpaku di atas podium.
Meski demikian, ia merasa begitu bersyukur dengan pencapaian itu. Kariernya berubah, tawaran yang datang pun semakin banyak.
"Jadi makanya saya selalu mendukung seandainya bisa diberikan kepada
filmmaker yang masih berkembang, menurut saya itu bagus banget," katanya.
Selain memenangkan Sutradara Terbaik tahun ini, Mouly turut mendapatkan piala untuk Penulis Skenario Asli Terbaik. Film yang diarahkannya pun menjadi jawara umum dengan mendapatkan 10 piala dari 15 nominasi untuk 14 kategori. Di antaranya Film Terbaik, Pemeran Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, Penata Suara Terbaik, serta Penyunting Gambar Terbaik.
Hanya saja, dia kemudian mengungkapkan merasa sedih bahwa pada kemenangan kali ini sang ayah tak dapat menyaksikannya karena telah meninggal dunia.
"Saya melihat dulu itu [menang] untuk menyenangkan orangtua. sekarang ayah saya sudah enggak ada, tiba-tiba rasanya jadi beda. Ya jadi
bittersweet mungkin, karena ya harusnya ini juga buat dia karena akan membuat dia bangga," ungkapnya.
(agn/rea)