Tintin yang Membawa Karina 'Haji' ke Belgia

CNN Indonesia
Sabtu, 19 Jan 2019 17:27 WIB
Bagi Andari Karina Anom, Tintin bukan cuma tokoh kartun. Karakter karya Herge itu adalah 'guru besar', inspirasi cita-cita dan alasan memperjuangkan banyak hal.
Karina yang 'jatuh cinta' dengan karakter Tintin. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Andari Karina Anom masih ingat bahwa dia telah dicekoki oleh ayah dan ibunya ragam bacaan sejak masih kecil. Satu yang paling membekas, yakni kisah tentang petualangan Tintin.

Meski awalnya tak memahami kisah Tintin, tapi ia mengaku larut dengan petualangan yang dilakoni karakter ciptaan kartunis Belgia, Herge. Bagaimana Tintin bisa mengunjungi berbagai tempat di belahan dunia karena profesinya sebagai wartawan.

Sedari duduk di bangku SD kelas 1, wanita yang biasa disapa Karina ini pun bertekad bahwa kelak ia ingin menjadi seperti sang reporter berambut jambul itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Saat baca] saya penasaran profesinya apa sih? Oh, wartawan. Asyik ya jadi wartawan bisa jalan-jalan, sejak SD saya bilang [ke diri sendiri] saya mau jadi wartawan seperti Tintin," ungkap Karina, saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya di Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini.


Seiring berjalan waktu, Karina berhasil mewujudkan mimpinya yang terinspirasi dari tokoh Tintin. Usai lulus kuliah, ia menjadi wartawan majalah Tempo pada 1998, dan seperti Tintin, ia pun berkempatan melancong ke beberapa wilayah.

"Sampai saya besar, saya beneran jadi wartawan setelah lulus dan berkesempatan untuk jalan-jalan seperti Tintin. Tapi kok dulu Tintin travel-nya kayaknya enak-enak, kalau kita ke daerah konflik," katanya sembari tertawa.

Selain itu, baginya Tintin merupakan guru pertama yang mengajarinya pengetahuan-pengetahuan umum. Mulai dari soal global warming, gerhana, perang dunia, perang antar Jepang dan China serta lain hal.

"Saya banyak belajar dari sana, bagi saya dia adalah guru besar, selain orang tua dan guru di sekolah. Saya merasa pengetahuan umum saya belajar dari Tintin. Buku Tintin ke Bulan itu saya belajar global warming, terus Tintin di China ternyata China dan Jepang pernah perang, Tintin juga banyak menulis tentang Nazi. Lalu yang paling berpengaruh Tawanan Dewa Matahari soal gerhana," paparnya.

"Banyak hal yang pas SMP dan SMA itu saya mengerti lebih awal, karena guru pertama saya itu Tintin."

Tintin Bawa Karina 'Haji' ke Belgia **Karina mengenal Tintin sejak duduk di kelas 1 SD. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Terlepas menjadi motivasi untuk berkiprah sebagai wartawan, Karina mengakui bahwa tokoh Tintin turut membuat dia memiliki ketertarikan untuk mengoleksi pernak-perniknya. Sesederhana menyukai ceritanya, sejak SMA ia memulai koleksi dengan melengkapi buku-buku petualangan Tintin.

Setiap ada cetakan terbaru, ia langsung membeli tanpa pikir panjang. Jika hilang, ia pun tak segan untuk membeli lagi demi kelengkapan koleksi. Begitu juga saat pameran buku digelar, ia seolah tak pernah absen untuk berburu buku-buku, khususnya berkenaan dengan Tintin.

Kala duduk di bangku SMA, kata Karina, harga buku Tintin keluaran penerbit Indira berkisar sekitar Rp1.800. Sementara sekarang, dikutip dari laman situs Gramedia, harga buku-buku Tintin mulai Rp89 ribu hingga Rp379 ribu di bawah penerbitan Gramedia.

Lambat laun, koleksi Karina bukan hanya buku semata. Ia turut mengumpulkan pernak-pernik berbau Tintin mulai dari poster, action figure, kalender, baju, topi, tas, bantal, mug, replika sketsa, patung, hingga buku-buku Tintin terjemahan bahasa asing.

Karina punya buku Tintin berbahasa Rusia, Perancis, serta Nepal.


Setiap berpelesir ke suatu tempat, wanita yang sejak empat tahun terakhir menjadi dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta ini pun selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi toko-toko sekitar. Itu sekadar untuk mencari peruntungan menemukan 'harta karun' tentang Tintin.

"Sampai sekarang, kalau ada teman yang lihat mereka juga suka beliin atau mahasiswa saat lulus bikinin nametag kerja saya ada Tintin-nya. Terus jam, itu semua enggak sengaja awalnya," ungkap Karina sembari mamamerkan nametag berbahan kulit dengan cap Tintin.

Dari ragam koleksinya, Karina mengaku bahwa pajangan kayu berbentuk Patung Kuping Belah dan Tintin saat mengenakan topi menjadi yang paling berharga. Dua pajangan itu ia dapat dari sebuah toko kecil di pasar di kota Essaouira, Maroko.

Dia menuturkan, tiga tahun silam, saat berlibur ke Maroko dengan keluarga, ia mengunjungi sebuah kota kecil di sana. Butuh waktu sekitar satu malam untuk dapat tiba di kota Essaouira, menggunakan transportasi kereta api.

Tintin Bawa Karina 'Haji' ke Belgia **Karina dalam salah satu 'perburuan'nya. (Foto: Dok. Karina Tintin)

Bak menemukan jarum di tengah tumpukan jerami, ia yang semula tak berekspektasi menemukan barang apapun terkait Tintin, ternyata berjodoh dengan sebuah toko kayu yang membuat patung karakter favoritnya

"Di sana banyak pasar-pasar kecil dan tokonya toko-toko lokal. Terus lagi iseng jalan, ada toko kayu kecil, apa sih. Dan ternyata yang punya pencinta Tintin, dia bikin patung dari kayu. Kecil tapi harganya sampai satu juta, mahal banget," tuturnya.

Sudah kepalang 'naksir', Karina pun berusaha menawar harga patung tersebut. Dengan harapan sang penjual luluh, ia lantas memulai pendekatan dengan mengobrol tentang kecintaan yang sama akan Tintin. Namun, ia gagal.

Sang empunya ogah melepas patung buatannya dengan harga yang lebih murah.

"Saya bikin karena senang, enggak dibeli ya enggak apa-apa," kata Karina menirukan sang pematung.


Mau tak mau ia pun membelinya. "Dipikir-pikir enggak akan ada lagi. Ini bukan barang yang diproduksi massal, ya sudah menurut saya itu jadi rejeki sih," katanya.

"Bahkan, saat saya bolak-balik lagi selama tiga malam untuk beli yang Captain Haddock. Tapi tutup, ya namanya toko kecil jadi enggak tahu buka tutupnya, sesukanya dia kan."

Selain patung, bagi Karina, satu yang berharga miliknya yakni poster Tintin di Tanah Soviet. Dia memperolehnya saat bersekolah di London pada 2003.

"Dulu di sini kan yang berkaitan tentang Soviet enggak boleh masuk, karena ada palu arit dan disebut komunitas, saat jaman Orde Baru saja bukunya enggak diterjemahin ke Indonesia. Jadi itu sesuatu yang berharga dan langka juga, walaupun mungkin sekarang kalau cetak sendiri bisa saja ya," katanya.

"Untungnya sekarang sudah jaman sosmed [sosial media], jadi tuker-tukeran info, 'ini nih ada di sini'. Jadi tahu. Bahkan lokal sudah ada yang bikin kaosnya, yang dekat ada Tintin Shop di Singapura, Hong Kong juga, Eropa pusatnya."

Tintin Bawa Karina 'Haji' ke Belgia **Setiap item punya cerita untuk Karina. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

'Pergi Haji' ke Tanah Kelahiran Tintin

Obsesi Karina tentang Tintin turut mempengaruhinya untuk dapat berkunjung ke tempat-tempat yang menjadi bagian di dalam buku-buku. Ia menyambangi Rusia, pergi ke Gurun Sahara seperti di buku Tintin dan Kepiting Bercapit Emas, hingga menapakkan kaki di tanah kelahiran Tintin, Belgia.

Baginya, mengunjungi Belgia merupakan sebuah pencapaian tertinggi. Ia mengunjungi museum Tintin serta Herge, dan berburu beragam perniknya, langsung di surga pencinta Tintin.

"Di sana ada museum komik, museum Tintin, museumnya Herge. Dan saking mengerti banget, saya bahkan jadi guide gadungan buat pengunjung lain. Karena sudah hapal sejarahnya. Teman saya yang tinggal Belgia itu sampai heran, karena dia yang di sana saja tidak paham itu," ungkapnya.

Dia pun mengaku tak cukup sekali untuk mengunjungi museum-museum itu. Selama seminggu di sana, ia berkali-kali bolak-balik datang ke museum. Ia bahkan nekat foto di beberapa spot meski saat itu masih dilarang.

"Dulu enggak boleh foto-foto, terus kan enggak tahan ya, jadi foto tuh tapi setiap masuk ruangan diumumin kalau enggak boleh foto, jadi kayak dikuntitin. Sekarang sih sudah boleh, kata temanku," ujarnya.

Dia menambahkan, "Sejarah Tintin kan di sana. Jadi yang paling diinginkan sih balik lagi ke sana kalau ada kesempatan." (agn/rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER