Jakarta, CNN Indonesia -- Berperan menjadi karakter utama dari film adaptasi novel karya
Pramoedya Ananta Toer yang bertajuk
Perburuan, aktor
Adipati Dolken mengaku sempat kesulitan. Ia merasa sukar menghafal dialog yang menggunakan bahasa sastra, seperti bukunya.
Selain itu, ia dituntut harus memiliki pemahaman tentang apa yang disampaikan melalui dialog tersebut. Adipati menjelaskan, dalam salah satu adegan ia sempat mendapat dialog sepanjang 13 halaman.
"Akan jadi beban kalau menyampaikannya sampai salah. Harus mengerti dialog, terlebih bahasanya pakai bahasa sastra dan dialognya sendiri sudah panjang. Panjangnya ada yang sampai-sampai satu
scene itu 13 lembar sendiri," katanya kala ditemui di perilisan poster
Perburuan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (26/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menghafal dialognya pusing," ujar Adipati menambahkan.
Menurut pria yang kerap dipanggil Dodot ini, ia tak bisa asal mengucap dialog tanpa memahami maknanya. "Ya harus ngerti apa yang mau disampaikan, kemudian ada pengulangan. Ini kan bahasanya sastra, jadi harus persis dengan apa yang ditulis walaupun kadang boleh sedikit improvisasi," katanya.
Sutradara Richard Oh mengungkapkan, ia memang ingin agar para pemeran
Perburuan bisa menjaga intonasi bicara dan pembawaan kala berakting.
"Walaupun dialog panjang, semua aktor yang terlibat saya inginkan agar mereka menjaga tempo dalam dialognya, juga
tone dan pembawaan. Kita jaga tempo-tempo dalam dialog sebagaimana yang diinginkan sejak awal," jelas Richard.
Perburuan menjadi proyek kedua rumah produksi Falcon Pictures yang mengadaptasi tulisan Pramoedya. Sebelumnya, mereka juga memiliki
Bumi Manusia. Kedua film tersebut dijadwalkan tayang bersamaan pada 15 Agustus mendatang.
Produser Falcon Pictures, Frederica menegaskan penayangan bersamaan itu bukan untuk menonjolkan persaingan antar kedua film, namun lebih kepada cara merayakan karya-karya seorang Pramoedya Ananta Toer.
Perburuan menceritakan kisah Hardo (diperankan Adipati Dolken) yang seorang bekas komandan pleton dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pada akhirnya ia diburu karena dianggap sebagai musuh negara.
[Gambas:Video CNN] (taj/rea)