Jakarta, CNN Indonesia -- Penantian selama 10 tahun untuk sekuel
Zombieland sedikit terbayar melalui
Zombieland: Double Tap. 'Keluarga' nyentrik yang beranggotakan Columbus, Tallahessee, Wichita dan Little Rock ini kembali dengan memberikan sensasi baru kepada penonton, termasuk saya.
Zombieland: Double Tap menceritakan kisah keluarga unik tersebut yang akhirnya tiba di Gedung Putih usai bertahun-tahun hidup di jalan melawan zombie. 'Kestabilan' hidup di Gedung Putih membuat Columbus dan Tallahesse ingin menetap di sana serta menikmati hal-hal kecil bersama Wichita serta Little Rock.
Namun ternyata Wichita dan Little Rock punya keinginan lain serta konflik batin tersendiri. Mereka memutuskan keluar dari Gedung Putih dan kembali ke jalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permasalahan dimulai ketika Little Rock lebih memilih untuk bersama seorang pria asing yang bertahan hidup hanya dengan gitar dan ganja di tengah serangan para zombie.
Dari keempat pemeran utama
Zombieland memang hanya Little Rock (Abigail Breslin) yang terlihat berubah. Columbus (Woody Harrelson), Tallahassee (Jesse Eisenberg) dan Wichita (Emma Stone) terlihat sama seperti pada film pertama, baik dalam penampilan dan karakter.
Namun, perubahan itu sejalan dengan alur cerita serta karakter Little Rock dalam
Zombieland: Double Tap. Ia mulai menunjukkan karakter anak remaja normal seperti melawan, ingin menemukan jati diri, dan berkumpul dengan anak-anak seumuran. Hal itu yang membuat Little Rock memilih untuk kabur dari 'rumah'.
Zombieland: Double Tap menawarkan keseruan berbeda dibandingkan seri pertama.
Zombieland 10 tahun lalu menampilkan ketegangan dan perjuangan tiap pribadi melawan zombie yang akhirnya membuat Columbus, Tallahassee bisa bersama dengan Wichita dan Little Rock.
Sementara itu, sekuel film tersebut lebih banyak menampilkan permasalahan pribadi para tokoh atau bisa dibilang lebih banyak drama dibandingkan aksi.
 Film 'Zombieland: Double Tap' memiliki konflik layaknya sebuah keluarga. (Foto: dok Sony Pictures) |
Kendati demikian, bukan berarti
Zombieland 2 tak seseru pendahulunya. Karakter baru seperti Nevada (Rosario Dawson), Madison (Zoey Deutch), Berkeley (Avan Jogia), Albuqueque (Luke Wilson) dan Flagstaff (Thomas Middleditch) menambah bumbu yang membuat film ini layak ditonton.
Karakter Madison dalam
Zombieland 2 ini bahkan bisa dibilang lebih menarik perhatian dibandingkan Wichita yang sebelumnya menjadi 'primadona' dalam
Zombieland pertama.
Selain itu, penonton juga dihibur dengan humor-humor gelap (
dark humour) di sepanjang film. Naskah
Zombieland: Double Tap ditulis Paul Wenick dan Rhett Reese, penulis film
Deadpool.
Meski seru, saya tetap menyayangkan zombie yang tak banyak mendapat porsi dalam
Zombieland: Double Tap. Padahal, film ini memberikan adegan pembuka spektakuler yang tak boleh dilewatkan.
Dalam narasi yang disampaikan karakter Tallahassee
, ia menjelaskan bahwa zombie saat ini sudah berubah dan beragam. Penjelasan tersebut secara tak langsung membuat saya mengantisipasi adegan menegangkan melawan zombie.
Namun sayang, antisipasi itu harus saya telan sendiri karena memang
Zombieland: Double Tap lebih fokus pada permasalahan pribadi para tokoh.
Oleh sebab itu, penonton sebaiknya menonton
Zombieland pertama terlebih dahulu sebelum menyaksikan
Zombieland: Double Tap sehingga keseruan aksi dan drama bisa saling melengkapi.
Penonton juga dianjurkan masuk bioskop tepat waktu agar tak melewatkan adegan pembukaan
Zombieland: Double Tap yang luar biasa namun mungkin sulit diterima oleh perut dan kepala sekelompok orang.
Di akhir film, jangan keburu beranjak.
Zombieland: Double Tap memiliki beberapa
post-credit scene yang sayang untuk dilewatkan.
Zombieland: Double Tap yang tayang sejak 23 Oktober ini masih bisa disaksikan di seluruh jaringan bioskop Indonesia.
(chri/rea)