Review Film: Doctor Sleep

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Sabtu, 09 Nov 2019 17:24 WIB
'Doctor Sleep' adalah jawaban atas kisah hidup Danny Torrance setelah keluar dari hotel berhantu, Hotel Overlook, pada 1980 silam dalam 'The Shining'.
'Doctor Sleep' adalah jawaban atas kisah hidup Danny Torrance setelah keluar dari hotel berhantu, Hotel Overlook, pada 1980 silam dalam 'The Shining'. (dok. Warner Bros Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Doctor Sleep adalah jawaban atas kisah hidup Danny Torrance setelah keluar dari hotel berhantu, Hotel Overlook, pada 1980 silam dalam The Shining.

Meski mengisahkan kelanjutan cerita Danny Torrance yang kini diperankan oleh Ewan McGregor, Doctor Sleep merupakan sekuel yang benar-benar berbeda dari The Shining.

Bila The Shining menawarkan horor thriller yang membuat film itu menjadi salah satu legenda, Doctor Sleep menawarkan petualangan nostalgia dengan genre fantasi thriller.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Doctor Sleep menceritakan upaya Danny Torrance (Ewan McGregor) bisa terbebas dari trauma akibat tinggal di Hotel Overlook bersama orang tuanya, Jack dan Wendy Torrance, lebih dari 39 tahun lalu.

Dalam upaya melepas trauma itu, Danny malah bertemu Abra, seorang gadis kecil yang juga 'senasib' seperti dirinya, yaitu sama-sama tergolong The Shining.

The Shining merupakan julukan bagi orang yang memiliki kemampuan psikis khusus yang mampu melihat kejadian, baik di masa lalu maupun di masa depan, dan menarik 'minat' para makhluk astral yang jahat.

Abra datang untuk meminta bantuan Danny menghadapi True Knot, sebuah kelompok yang membahayakan nyawa The Shining.

Permintaan itu membuat Danny terpaksa membuka kembali Hotel Overlook dan segala mimpi buruk yang sudah ia kunci selama bertahun-tahun.

Segala perjuangan Danny itu digarap oleh sutradara Mike Flanagan dengan mengadaptasi novel bertajuk serupa karya sang legenda penulis horor, Stephen King.

Sebagai penggemar horor, saya amat menyukai karya Flanagan dalam Ouija: Origin of Evil, Hush dan terlebih serial The Haunting of Hill House. Tiga karya tersebut berhasil memberikan teror, rasa tidak nyaman, serta jalan cerita yang mencengangkan.

Review Film: Doctor SleepDoctor Sleep menceritakan upaya Danny Torrance (Ewan McGregor) bisa terbebas dari trauma akibat tinggal di Hotel Overlook bersama orang tuanya, Jack dan Wendy Torrance, lebih dari 39 tahun lalu. (dok. Warner Bros Pictures)

Sehingga, agaknya menjadi hal yang lumrah ketika ada harapan yang muncul saat akan menonton Doctor Sleep. Tapi, ekspektasi itu redup perlahan ketika melihat cara Flanagan mengeksekusi film 151 menit ini.

Flanagan yang juga bertindak sebagai penulis membawa penonton kembali ke masa lalu saat era The Shining dan menunjukkan kehidupan Danny dan Wendy usai bebas dari Hotel Overlook, sekaligus hubungan panas-dingin Danny dengan ayahnya, Jack.

Setelah itu, Flanagan menggambarkan jatuh-bangun usaha Danny sembuh dari trauma, menjadi manusia biasa hingga mendapatkan julukan Doctor Sleep.

Kisah tersebut dibangun secara detail dan runut. Hal itu bisa dimengerti karena Flanagan ingin penonton bisa mengenal karakter dan turut merasakan trauma Danny meski belum menonton The Shining.

Namun, konsekuensi yang muncul dari cara Flanagan itu adalah kebosanan yang menyapa di bagian tengah film.

Di tengah pembangunan karakter Danny, Flanagan mengenalkan Abra yang diperankan Kyliegh Curran, dan pimpinan True Knot Rose The Hat yang diperankan oleh Rebecca Ferguson.

Review Film: Doctor SleepDi tengah pembangunan karakter Danny, Flanagan mengenalkan Abra yang diperankan Kyliegh Curran, dan pimpinan True Knot Rose The Hat yang diperankan oleh Rebecca Ferguson. (dok. Warner Bros Pictures)

Kehadiran kedua karakter itu adalah penyelamat film ini dari jurang kebosanan. Pembasmian The Shining oleh True Knot memberi bumbu tegang film Doctor Sleep.

Aksi-aksi Abra pun menambah keseruan film ini. Kemampuan Abra sekilas mengingatkan akan Eleven Stranger Things yang mampu membangkitkan kembali minat saya menonton Doctor Sleep.

Karakter Rose The Hat yang 'buas' di balik ketenangan serta sikap elegan dirinya selalu menarik perhatian setiap kali ia muncul di layar. Sehingga, pertempuran duo Abra dan Rose The Hat jelas terasa menghibur dan menyenangkan.

Hal itu kemudian menjadi sebuah pertanyaan besar atas peran utama dan fokus dari film ini.

Pertarungan Danny dengan True Knot serta 'nostalgia' di dalam Hotel Overlook seharusnya menjadi menu utama film Doctor Sleep. Namun, pengemasan kedua hal tersebut kurang diatur dengan baik.

Ketegangan yang dibangun ketika mempersiapkan pertarungan inti melawan True Knot jadi kendur ketika melihat hasil dari perkelahian yang terjadi di Hotel Overlook.

Pertempuran Danny, Abra dan Rose The Hat memang tak vulgar seperti yang dilakukan Jack Torrance di The Shining. Kali ini mereka lebih banyak bermain dalam pikiran, sesuai dengan genre Doctor Sleep yakni fantasy dan psychological thriller.

Namun hal itu dikemas sangat singkat. Pertarungan di Hotel Overlook yang notabene tempat terseram dalam seri ini serta penyebab trauma Danny pun jadi terlihat tak memiliki nilai spesial.

Padahal, kebangkitan Hotel Overlook seharusnya bisa menambah unsur horor atau thriller Doctor Sleep. Secara umum, Doctor Sleep lebih menonjolkan unsur fantasi bahkan drama dibandingkan thriller.

Flanagan juga fokus pada perubahan karakter Danny seperti berdamai dengan masa lalu, mulai berhubungan dengan orang lain, serta upaya bertahan hidup seperti orang awam.

Belum lagi humor gelap yang dimunculkan film ini, membuat versi sekuel lebih 'ramah' dibanding pendahulunya, The Shining.

[Gambas:Youtube]

Akan tetapi, bisa jadi keputusan Flanagan ini jadi jawaban atas kritik dan ketidakpuasan Stephen King terhadap perlakuan Stanley Kubrick yang mengadaptasi novelnya, The Shining. Kubrick menggarap film The Shining, empat dekade silam, penuh akan teror yang membuat penonton tak akan nyaman.

Meski begitu, Mike Flanagan masih memberikan penghargaan kepada Stanley Kubrick dalam Doctor Sleep.

Dalam Doctor Sleep, Flanagan menghidupkan kembali The Shining melalui penggunaan efek suara serta sinematografi pada beberapa adegan yang mirip dengan karya 1980 itu. Sehingga, nuansa nostalgia jadi lebih terasa.

Tak hanya itu, Flanagan juga memasukkan sedikit unsur Stephen King lainnya dalam Doctor Sleep.

Secara umum, penonton akan lebih baik untuk menyaksikan The Shining terlebih dahulu sebelum menonton aksi Danny Torrance dalam Doctor Sleep.

Memang masa lalu Danny dikisahkan kembali dalam Doctor Sleep, namun segala konflik yang muncul di hidup karakter itu kini akan lebih mudah dipahami bila melihat langsung The Shining.

Doctor Sleep telah tayang sejak 7 November dan bisa disaksikan di seluruh jaringan bioskop Indonesia.

[Gambas:Youtube] (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER