Review Film: Marriage Story

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 27 Des 2019 19:32 WIB
Marriage Story memiliki gejolak emosi yang naik-turun tak keruan, konflik intrik lengkap dengan cacian, hingga suasana sunyi aneh yang tak nyaman.
Marriage Story memiliki gejolak emosi yang naik-turun tak keruan, konflik intrik lengkap dengan cacian, hingga suasana sunyi aneh yang tak nyaman. (Dok. Netflix via IMDB)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika seorang teman datang dan memberitahukan soal Marriage Story yang baru rilis dari Netflix beberapa waktu lalu, saya langsung tertarik dengan film itu. Apalagi, saya baru menonton Kim Ji Young, Born 1982 dengan tema yang tak jauh berbeda: kehidupan perkawinan.

Namun ketika saya menyaksikan Marriage Story, saya harus katakan ekspektasi saya tak terpenuhi dalam film ini.

Film ini tidak jelek. Justru secara sinematik saya menemukan kesegaran saat menontonnya. Apalagi dengan naskah dan eksekusi yang mantap, jelas film ini patut dapat apresiasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi catatan yang membuat saya bakal berpikir kembali untuk menontonnya di masa depan adalah saya tidak terhubung secara emosional dengan film ini.

Marriage Story jelas memiliki banyak keunggulan. Pertama, gaya penuturan film ini lebih cenderung teatrikal. Satu sisi film ini menjadi terasa dramatis. Namun bagi mereka yang tak terbiasa dengan pementasan panggung ala Amerika, film ini mengundang bosan untuk datang.

Marriage Story dibuka dengan narasi dari dua sudut pandang terhadap satu-sama lain, Nicole Barber yang diperankan oleh Scarlett Johansson dan Charlie Barber yang dimainkan oleh Adam Driver.

Keduanya saling mengungkapkan hal yang mereka suka terhadap satu sama lain. Namun rasa hangat yang muncul di awal film itu kemudian berganti suram dan penuh drama, pada menit-menit setelahnya.

Terlepas dari rumor bahwa film ini terinspirasi berdasarkan pengalaman pribadi Noah Baumbach selaku sutradara dan penulis naskah, skrip dari Marriage Story memang apik.

Naskahnya memiliki gejolak emosi yang naik-turun tak keruan, konflik intrik lengkap dengan cacian, hingga suasana sunyi aneh yang tak nyaman. Dengan racikan itu, Noah memang menggambarkan betapa ruwet bin drama babak akhir pernikahan bertahun-tahun Nicole dan Charlie.

Kemudian, gaya Noah yang teatrikal dalam film ini menjadi hal yang segar, mulai dari gerakan kamera, angle adegan, hingga perpindahan adegan khas panggung teater. Noah melakukannya dengan amat baik.

Hal lain yang membuat saya amat terkesan dengan Marriage Story adalah performa ScarJo dan Adam Driver. Keduanya tampak amat total dalam karakter masing-masing. 
Review Film: Marriage StoryMarriage Story dibuka dengan narasi dari dua sudut pandang terhadap satu-sama lain, Nicole Barber yang diperankan oleh Scarlett Johansson dan Charlie Barber yang dimainkan oleh Adam Driver. (Dok. Netflix via IMDB)

Apalagi ketika keduanya tampil dalam adegan adu mulut dengan durasi yang cukup lama, intens, dan tanpa jeda. Keduanya betul-betul bisa menerjemahkan naskah, tanpa ada cacat.

Namun semua nilai rasional yang memukau tersebut nyatanya tidak mampu membuat saya tergugah.

Bukan hanya karena saya memandang masalah yang terjadi antara Nicole dan Charlie semata ego masing-masing, namun latar cerita hingga situasi di dalamnya memang jauh dari latar belakang saya.

Fokus Marriage Story hanya ada pada masalah Nicole dan Charlie --yang sejatinya bila saya bisa menerjemahkan-- hanyalah masalah komunikasi. Masalah ini pun sebenarnya --kalau saya bisa jadi penulis naskah film ini-- bisa diselesaikan di awal.

Namun babak awal berisi penolakan Nicole secara terbuka menyelesaikan masalahnya dengan Charlie karena ego, adalah titik mula film ini ada. Di sisi lain, film ini kemudian secara perlahan membuka Charlie sebagai sebab tindak tanduk Nicole.

Review Film: Marriage StoryMarriage Story dibuka dengan narasi dari dua sudut pandang terhadap satu-sama lain, Nicole Barber yang diperankan oleh Scarlett Johansson dan Charlie Barber yang dimainkan oleh Adam Driver. (Dok. Netflix via IMDB)
Belum lagi soal campur tangan banyak pihak, dan hukum perkawinan di Amerika Serikat, yang membuat cara untuk berpisah bagi sepasang suami-istri terlihat begitu rumit.

Salah satu bumbu drama yang tak dimiliki oleh Marriage Story dan mungkin membuat saya tidak tergugah adalah kehampaan emosi dari anak Nicole-Charlie, Henry.

Henry, untuk usianya yang jelang remaja, ia terlalu cuek dan 'dingin' di tengah kemelut rumah tangga orangtuanya. Seolah, ia tak merasa sedih atau pun bahagia atas kondisi tersebut.

Sejumlah hal tersebut yang kemudian membuat saya tidak merasa dekat atau pun puas dengan cerita Marriage Story.

Film ini memang fokus pada masalah pasangan yang juga bisa saja terjadi pada pasangan manapun, namun untuk sebuah film yang mengisahkan drama perpisahan dengan teknik sinematik serta naskah yang baik, Marriage Story terasa hambar.

Pada akhirnya, rampung menyaksikan Marriage Story mengingatkan saya akan hidangan restoran berbintang yang kalah lezat dibanding jajanan kaki lima.

[Gambas:Youtube] (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER