Jakarta, CNN Indonesia -- Pertunjukan
teater "Nyanyi Sunyi Revolusi" yang mengangkat kisah hidup penyair besar,
Amir Hamzah, bakal diputar secara streaming pada akhir pekan ini.
Pemutaran ini sebagai salah satu obat kejenuhan bagi pencinta teater selama menjalani isolasi diri di rumah sekaligus bagian dari gerakan #NontonTeaterDiRumahAja.
Rekaman pentas yang digelar oleh Titimangsa Foundation itu akan tersedia pada Sabtu (2/5) dan Minggu (3/5), mulai 14.00 WIB di saluran YouTube Galeri Indonesia Kaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Amir Hamzah merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Perjalanan hidup Amir Hamzah, kisah cinta, dan perjuangan terhadap negara penuh ironi dan tragedi."
"Namun, semua ini tidak sedikitpun mengurangi rasa cintanya kepada tanah air sehingga akhirnya namanya diangkat sebagai Pahlawan Nasional," kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, lewat keterangan pers yang diterima
CNNIndonesia.com.
Renitasari berharap penikmat seni lebih mengenal sosok Amir Hamzah dan terjadinya revolusi sosial yang menjadi catatan sejarah terbentuknya republik Indonesia.
Pertunjukan Nyanyi Sunyi Revolusi yang ditayangkan ini, merupakan rekaman dari pementasan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta.
Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur. Lewat kumpulan puisinya Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941) memposisikan nama Amir Hamzah sedemikian penting dalam kesusastraan Indonesia. HB Jassin menyebutnya 'Raja Penyair Pujangga Baru'.
"Sudah lama saya jatuh hati pada sajak-sajak Amir Hamzah yang syahdu, penuh dengan kesenduan, tetapi juga dengan kuat mengungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada zaman itu," ujar Happy Salma, selaku produser pementasan dari Titimangsa Foundation.
"Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik. Ia aktif dalam berbagai perkumpulan pemuda yang menyuarakan kesadaran nasionalisme melawan kolonialisme Belanda," sambungnya.
Naskah pementasan ini ditulis Ahda Imran, penyair yang juga dikenal menulis sejumlah naskah panggung. Pementasan yang disutradarai oleh Iswadi Pratama dari Teater Satu Lampung ini menampilkan Lukman Sardi bermain sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution berperan sebagai Tengku Tahura, Sri Qadariatin sebagai Iliek Sundari dan Dessy Susanti sebagai Tengku Kamaliah.
"Memerankan Amir Hamzah mendorong saya untuk mempelajari literasi sastra Indonesia lebih mendalam dan ternyata di balik puisi karya Amir Hamzah yang sarat dengan tema cinta dan agama, sering juga mencerminkan konflik batin yang mendalam. Bagi saya, sosok Amir Hamzah memberikan pelajaran yang sangat berarti, bagaimana seseorang yang seumur hidupnya mempertahankan rasa cinta dan memaafkan di tengah hasrat membenci yang sangat kuat," ujar Lukman Sardi.
Nyanyi Sunyi Revolusi bercerita tentang Amir Hamzah dalam hubungannya dengan percintaan terhadap sesama manusia dan negara.
Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa, Ilik Sundari. Di tengah kemesraan mereka itulah Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya sekolahnya kemudian ditanggung Sultan Mahmud, Sultan Langkat. Paman Amir sekaligus raja kesultanan Langkat yang sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan.
Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah.
Amir bisa saja menolak tapi ia sadar betapa ia telah berutang budi pada Sultan Mahmud. Amir dan Ilik akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.
Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski tak saling mencintai. Kerinduan dan kehilangan Amir pada Ilik Sundari tetap kuat dan membekas.
Sementara diam-diam pula ternyata istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Ilik Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai. Pada putrinya, Tengku Tahura ia berniat mengajak Ilik Sundari ke Makkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, ia rela jika Amir ingin tetap menikahi Ilik Sundari.
Tapi sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang membawa kerusuhan di seluruh Langkat. Cerita ini berakhir tragis.
(agn/jun)
[Gambas:Video CNN]