Menapak Jejak George Floyd di Lantai Musik Rap Houston

CNN Indonesia
Rabu, 10 Jun 2020 15:15 WIB
A person takes photographs of a mural in memory of George Floyd with flowers and other memorial items below, on a wall of the Cup Foods store at the corner of Chicago Avenue and East 38th Street, Friday, May 29, 2020, in Minneapolis. Protests over the death of Floyd in Minneapolis police custody have spread to other areas across the United States. (Dave Schwarz/St. Cloud Times via AP)
George Floyd tak hanya meninggalkan jejak perjuangan anti-rasial ketika dimakamkan, Selasa (9/6), tapi juga sederet karya di lantai musik rap Houston. (AP/Dave Schwarz)
Jakarta, CNN Indonesia -- George Floyd tak hanya meninggalkan jejak perjuangan anti-rasial ketika dimakamkan pada Selasa (9/6), tapi juga sederet karya di lantai musik rap Houston, Amerika Serikat.

Namanya mungkin baru terdengar di berbagai penjuru dunia kala ia menjadi korban kekerasan aparat, tapi Floyd sudah dikenal di ranah hip hop Houston sejak puluhan tahun silam.

Saat menginjak usia 20-an tahun, Floyd sudah menjadi legenda di ruas-ruas jalan Third Ward, sebuah kawasan bersejarah bagi kaum kulit hitam AS di selatan Houston, Texas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan postur tubuh tegap dan tinggi, Floyd sudah dikenal sebagai atlet di Sekolah Menengah Atas Jack Yates dengan nama jalanan Big Floyd.

Berkat kepribadiannya yang hangat, Floyd mudah berteman dengan siapa pun, termasuk orang-orang di bidang musik, salah satunya DJ Screw.

Namun, Floyd mulai menarik perhatian Screw pada 1994, kala ia "nongkrong" di tempat pencinta musik rap berkumpul. Dengan percaya diri tinggi, Floyd mengambil alih mikrofon dan mulai melafalkan bait-bait rap berciri khas.

Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Floyd menjadi bintang rap dan membentuk kelompok hip hop legendaris di Houston, Screwed Up Click.

Floyd kian dikenal sebagai rapper yang kerap memasukkan keadaan sekitar dalam freestyle-nya. Lirik-liriknya sering kali memasukkan angan-angan akan perubahan di sekitarnya.

Pada 1998, misalnya, Floyd merilis Chapter 068: Tre World dan dipersembahkan bagi Fat Pat, rapper yang mati tertembak secara tragis di tahun tersebut.

Dalam salah satu lagu, Floyd menimpa musik instrumental lagu "One More Chance" milik Notorious B.I.G. dengan rap-nya.

"Everybody gotta stick together, man, know what I'm sayin? All this motherfuckin' hatin' man, people coming up dead man. Let a nigga shine. That's for real."

[Gambas:Youtube]

Meski menumpahkan amarah dalam beberapa lagu, Floyd dikenal selalu menyisipkan pesan positif yang membangun komunitasnya.

Tak hanya berbau protes, Floyd juga kerap menangkap fenomena lokal yang terjadi di sekitar Houston.

Dalam rilisan spesial ulang tahun DJ Screw pada 1997, Chapter 007: Ballin In Da Mall, misalnya, Floyd bergurau mendapatkan sepatu yang belum dirilis dari Foot Action.

[Gambas:Youtube]

Namun, kepiawaian Floyd dalam menyusun rima kata-kata dalam waktu cepat baru bisa terdengar jelas dalam aransemen ulang lagu Tired of Ballin milik Tella.

Merapal rap selama 14 menit, Floyd nyaris tak memberikan kesempatan anggota Screwed Up Click lainnya untuk menguasai mikrofon.

"Catch me on the TV, nationwide I went/Me and MJG and we both gettin' bent... Big Floyd runnin' the industry, wineberry over gold," demikian salah satu penggalan rap Floyd.

Secara keseluruhan, Floyd tampil dalam enam rekaman Screw sebelum DJ tersebut meninggal dunia pada 2000.

Meski jejak musik Floyd terbilang sedikit, tapi kehadirannya di lantai rap Houston membawa dampak besar, terutama karena gaya freestyle-nya yang santai.

"Setiap lagu yang saya buat, kalian bisa tahu siapa yang mengajarkan saya, Georg Big Floyd," ujar rapper yang kini tengah naik daun, Cal Wayne, kepada Pitchfork. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER