Sejak pertengahan Maret lalu, Sofyan Marta hanya menghabiskan waktu di rumah selama akhir pekan. Padahal biasanya seniman Betawi itu kerap turun ke lapangan bersama Orkes Tanjidor Sanggar Putra Mayang Sari Cijantung yang ia pimpin.
Orkes tanjidor yang berdiri sejak 1922 ini tidak bisa tampil dan tak pula mendapat tawaran tampil sejak pandemi melanda Indonesia. Setidaknya lima penampilan dari bulan Maret sampai pertengahan Juni, terpaksa ditunda.
"Alhamdulillah saya bekerja di pasar swalayan, jadi masih ada pemasukan dan kondisi ekonomi saya aman. Tetapi tidak dengan personel saya," kata Sofyan kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (19/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan Orkes Tanjidor Sanggar Putra Mayang Sari Cijantung dihuni 15 personel termasuk dirinya. Sebanyak 12 personel memiliki pekerjaan lain sehingga masih ada pemasukan, sementara sisa dua lainnya tidak ada pemasukan karena hanya bekerja sebagai pemain tanjidor.
Kondisi itu membuat Sofyan selaku koordinator Orkes Tanjidor Sanggar Putra Mayang Sari Cijantung bingung. Di satu sisi ia harus bertahan hidup dengan keluarganya, di sisi lain ia tidak bisa membiarkan personelnya hidup luntang-lantung.
![]() |
"Sebisa mungkin saya membantu mereka dengan uang pribadi dan tabungan orkes untuk membelikan kebutuhan pokok. Walau hanya dua orang, tetap terasa berat," kata Sofyan.
Tidak berhenti sampai di sana, Sofyan juga mendaftarkan diri pada Borang PSPS untuk mendapat bantuan. Program tersebut digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pekerja seni yang terdampak corona.
Dari program itu, Sofyan mendapat bantuan berupa sembako yang isinya serupa dengan sembako bantuan presiden beberapa waktu lalu. Namun jumlah sembako tersebut lebih sedikit. Menurut Sofyan, sembako akan habis dalam waktu satu pekan.
"Saya mendaftar pakai nama pribadi, tapi setelah saya terima, saya berikan kepada personel saya yang sama sekali tidak ada pemasukan. Hanya itu yang bisa saya perbuat," kata Sofyan.
Ia melanjutkan, "Kalau mengenai Kartu Prakerja, personel saya belum ikut karena enggak mengerti. Sosialisasi dari pemerintah kurang, jadi banyak yang bingung. Personel saya juga ada yang enggak punya ponsel."
Bukan hanya Sofyan. Hasanuddin alias Hasan yang mengelola dua sanggar sekaligus, gambang kromong dan ondel ondel, juga mendaftar Borang PSPS. Sayang, sampai saat ini ia tidak mendapat kabar setelah mendaftar.
![]() |
"Saya daftar dengan nama pribadi dengan penjelasan usaha kesenian tradisional. Sampai saat ini saya sama sekali enggak dapat kabar diterima atau ditolak," kata Hasan.
Ia menjelaskan kehidupannya saat ini seperti manusia yang sesak napas. Hasan yang bekerja sebagai seniman seutuhnya hampir tidak memiliki pendapatan sejak pandemi melanda Indonesia. Tercatat, dua penampilan gambang kromong dan satu penampilan ondel ondel ditunda.
Kondisi ini membuat Hasan beralih profesi menjadi supir ojek tradisional. Ia menerima pesanan bila ada tetangga yang minta diantar, biasanya ke pasar dan rumah sakit, dengan tarif Rp10 ribu sampai Rp15 ribu.
Selain itu, istrinya juga menjual jajanan anak-anak untuk tambahan pendapatan. Apa mau dikata, total pendapatan Hasan dan istrinya tidak cukup membuat dapur berasap setiap hari. Hingga akhirnya Hasan meminjam uang pada kerabatnya.
"Saya seniman sejati, keahlian saya cuma di bidang seni. Sekarang saya bertahan hidup dengan pinjam uang sementara, menunggu keadaan pulih agar saya bisa kembali melakukan kegiatan seni," kata Hasan.
Padahal, katanya, pertengahan bulan Juni sampai Juli biasanya menjadi berkah bagi seniman Betawi. Pada masa ini seharusnya ada Lebaran Betawi dan perayaan ulang tahun DKI Jakarta pada 22 Juni selama satu bulan.
Mal saja bisa buka, saya harap kegiatan seni mendapat izin dari pemerintah sehingga seniman bisa kembali mendapat penghasilan. Kini napas seniman sulit, kami seperti mati suri,Hasan, seniman Ondel-ondel |
Ia mengingat, biasanya tawaran penampilan di acara pemerintah atau swasta kerap membanjiri sanggar kesenian Betawi pada bulan Juni sampai Juli. Tapi sekarang, tawaran tersebut sama sekali tidak ada.
"Kalau lagu bulan Juni-Juli biasanya gambang kromong dan ondel ondel masing-masing tampil lima kali dalam sebulan. Bukan hanya sanggar yang saya kelola, seluruh sanggar juga kebagian karena ada acara setiap hari selama satu bulan," kata Hasan.
Hal itu juga dirasakan oleh Sofyan. Orkes Tanjidor Sanggar Putra Mayang Sari Cijantung bisa tampil dua sampai lima kali dalam bulan Juni-Juli. Tapi kini, sama sekali tidak ada penampilan.
Lebih lanjut, Hasan berharap pemerintah memberikan izin berkegiatan seni. Ia menjamin bahwa pekerja seni bisa menjalankan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Mal saja bisa buka, saya harap kegiatan seni mendapat izin dari pemerintah sehingga seniman bisa kembali mendapat penghasilan. Kini napas seniman sulit, kami seperti mati suri," kata Hasan.