The Rolling Stones mengancam bakal menggugat Presiden Donald Trump masih memakai lagu band asal Inggris tersebut dalam kampanye.
Sebagaimana dilansir NME, saat ini tim hukum The Rolling Stone sedang bekerja sama dengan organisasi hak cipta terbesar, BMI, untuk mencegah Trump menggunakan musik mereka dalam acara politik.
BMI lantas memperingatkan Trump bahwa penggunaan musik The Rolling Stones tanpa izin merupakan pelanggaran kesepakatan hak cipta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Trump terus mengabaikan peringatan The Rolling Stones dan BMI, ia akan menghadapi gugatan "karena melanggar embargo dan memutar musik yang tak resmi."
Peringatan ini dirilis setelah Trump memainkan sejumlah lagu The Rolling Stones, seperti You Can't Always Get What You Want dan Start Me Up dalam kampanye pemilu presiden pada 2016 lalu.
The Rolling Stones lantas mengirimkan permintaan resmi agar Trump berhenti menggunakan lagu mereka, layaknya tuntutan yang diajukan Adele, Neil Young, dan Steven Tyler.
Namun, Trump tetap menggunakan musik para musisi tersebut. Setelah menang pemilu dan mengambil sumpah Presiden pada Januari 2017, Trump bahkan hadir ke konser pelantikannya dengan diiringi lagu Heart of Stone milik The Rolling Stones.
Ini bukan kali pertama The Rolling Stones harus berurusan dengan Trump. Pada 1989 silam, salah satu kasino milik Trump menjadi sponsor konser The Rolling Stones di Atlantic City.
Kala itu, Trump mengambil alih ruang pers untuk after-show The Rolling Stones. Di sana, Trump menggelar jumpa pers sendiri.
Perwakilan promotor konser The Rolling Stones saat itu, Michael Cohl, mengatakan bahwa salah satu personel band, Keith Richards, mengamuk ketika mengetahui kelakuan Trump tersebut.
"Ia mengambil pisau lalu menghujamkannya ke meja dan berkata kepada saya, 'Untuk apa ada kamu? Apa saya harus ke sana sendiri dan memecatnya? Salah satu dari kita harus meninggalkan gedung ini, dia atau kami,'" kata Cohl menirukan omongan Richards.
(has)